Makalah Perkembangan Agama Islam di Indonesia
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama islam adalah
agama samawi atau agama langit yang dibawa oleh Rasulullah SAW atas perintah
Allah SWT. Kata “Islam” sendiri berasal dari kata dalam bahasa arab aslama yang
berarti selamat. Sejahtera atau berserah diri. Islam juga berarti kedamaian,
dan keselamatan yang berdasarkan penyerahan diri kepada Allah SWT. Islam juga
dimaknai dengan perbuatan bijak dan orang yang menganut agama islam disebut
dengan sebutan muslim
Islam datang dibawa
oleh Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW yang lahir dari kalangan bangsawan
Quraisy. Ia terlahir yatim, Ayahnya yang bernama Abdullah bin Abu Muthalib
wafat saat berdagang dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Diketahui bahwa
Nabi Muhammad adalah keturunan nabi ismail. Muhammad saw dilahirkan pada 12
Rabi’ul Awal Tahun Gajah, atau pada tanggal 20 April 571 (baca keutamaan bulan maulid). Ketika berusia 40 tahun dia
diangkat menjadi Rasul dengan turunnya wahyu pertama Alqur’an yang difirmankan
oleh Allah dan disampaikan oleh malaikat Jibril yakni Surat al- Alaq ayat 1-5.
B.
Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang begaimana Islam datang ke
Indonesia.
2. Menjelaskan tentang bagaimana caranya Islam bisa berkembang
di Indonesia.
3. Menjelaskan tentang apa saja hikmah bagi Indonesia
setelah Islam datang.
C.
Tujuan
1. Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk
ke Indonesia.
2. Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara berdakwah
yang baik
3. Mengenang kembali jasa-jasa para pejuang terdahulu
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan
kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut
oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah
berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan
Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan
Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah
tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa
prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut
kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret
1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada
abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai
ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu
Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib),
disebarkan langsung dari Madinah.
Dalam waktu yang tidak terlalu
lama islam telah tersebar ke seluruh pelosok kepulauan Indonesia, sehingga
mayoritas bangsa Indonesia beragama islam. Hal ini disebabkan antara lain
sebagai berikut:
1.
Adanya dorongan kewajiban bagi setiap Muslim/Muslimah,
khususnya ulamanya untuk berdakwah menyiarkan islam sesuai dengan kemampuan
mereka masing-masing.
2.
Adanya kesungguhan hati dan keuletan para juru dakwah
untuk berdakwah secara terus menerus kepada keluarga, para tetangga, dan
masyarakat sekitarnya.
3.
Persyaratan untuk memasuki Islam sangat mudah,
seseorang telah dianggap masuk islam hanya dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat.
4.
Ajaran agama islam tentang persamaan dan tidak adanya
system kasta dan diskriminasi mudah menarik simpati rakyat terutama dari
lapisan bawah.
5.
Banyak raja-raja islam yang ada di berbagai wilayah
Indonesia ikut berperan aktif melaksanakan kegiatan dakwah islamiyah khususnya
terhadap rakyat mereka.
B.
PERKEMBANGAN ISLAM DI
INDONESIA
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun
penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai
dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang
teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
لآَإِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ
مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ
بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada
buhultali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 256).
Adapun
cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
·
Perdagangan
Jalur
ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan
Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama
dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.
Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
·
Kultural
Artinya
penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan
Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit,
mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan
pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari
masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri
menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran,
ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
·
Pendidikan
Pesantren
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang
yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren
Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean,
Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang
pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam
di seluruh Indonesia.
·
Kekuasaan politik
Artinya
penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para
Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan
menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang. Adapun Perkembangan Islam di
Beberapa Wilayah Nusantara sebagai berikut:
1.
Di Sumatra
Kesimpulan
hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa wilayah Nusantara
yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah
Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah
tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan
Samudra Pasai.
2.
Di Jawa
Benih-benih
kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama
Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam
bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat
Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga)
menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja,
tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari
Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur
hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah
begitu pesat. Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya
dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu sbb :
a.
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau
dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran
Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai
perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di
Gapura Wetan Gresik
b.
Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan
di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai
mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan
terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan
madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1.
Mendirikan pesantren
di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan
seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden
Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang
pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2.
Berperan aktif dalam
membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.
3.
Mempelopori
berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan
c.
Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia
putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu
Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja
peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel
wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d.
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra
Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden
Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e.
Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah
Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan
Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar
manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang
kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di
bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f.
Sunan Drajat
Nama
aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau
terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan
dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g.
Syarif Hidayatullah
Nama
lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah,
yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang
wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak
selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif
Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang
hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak
dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h.
Sunan Kudus
Nama
aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun
1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan
sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan
salah satu warisan budaya Nusantara.
i.
Sunan Muria
Nama
aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau
menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian
daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
3. Di Sulawesi
Pulau Sulawesi sejak abad
ke-15 M sudah didatangi oleh para pedagang Muslim dari Sumatera, Malaka, dan
Jawa. Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak
terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang sebagian penduduknya memeluk kepercayaan
Animisme dan Dinamesme.
Pada tahun 1562 – 1565 M, di
bawah pimpina Raja Tumaprisi Kolama, kerajaan Gowa Tallo berhasil menaklukkan
daerah selayar, Bulukumba, Maros, Mandar, dan Luwu. Pada masa itu di Gowa Tallo
telaha terdapat kelompok-kelompok masyrakat Muslim dalam jumlah yang cukup besar.
Pada tanggal 22 September 1605 Raja Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo masuk
islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin.
4.
Kalimantan
Sebelum islam masuak ke
Kalimantan, di Kalimantan Selatan terdapat kerajaan-kerajaan Hindu yang
berpusat di Negara Dipa, Daha, dan Kahuripan yang terletak di hulu sungai
Negara dan Amuntai Kimi. Kerajaan-kerajaan ini sudah menjadi hubungan dengan
Majapahit, bahkan salah seorang raja Majapahit menikah dengan putri Tanjung
Buih. Menjelang kedataan Islam, kerajaan Daha diperintah oleh Maha Raja
Sukarama.
Proses penyebaran islam di
Kutai dan sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575 M. Penyebaran Islam
secara lebih intensif sampai ke daerah-daerah pedalaman terjadi setelah Raja
Mahkota Wafat.
5.
Maluku dan Sekitarnya
Antara tahun 1400 – 1500 M
(abad ke-15) Islam telah masuk dan berkembang di Maluku, dibawa oleh para
pedagang muslim dari Pasai, Malaka, dan Jawa. Mereka yang sudah beragama islam
banyak yang pergi ke pesantren-pesantren di Jawa Timur untuk mempelajari islam.
Selain islam masuk dan
berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian, yang disiarkan oleh Raja-raja
Islam Maluku, para pedagang dan para mubalig yang juga berasal dari Maluku.
Darah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah Miso, Jalawati, Pulau
Waigio dan Pulau Gebi.
C.
HIKMAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakar
dalam hati bangsa Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan
Islam, seperti Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum mereka
datang, umat Islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan warnanya
adalah merah putih. Ini terinspirasi oleh bendera Rasulullah saw. yang juga
berwarna merah dan putih. Rasulullah saw pernah bersabda :” Allah telah menundukkan
pada dunia, timur dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat indah, yakni
Al-Ahmar dan Al-Abyadl, merah dan putih “. Begitu juga dengan bahasa Indonesia.
Tidak akan bangsa ini mempunyai bahasa Indonesia kecuali ketika ulama
menjadikan bahasa ini bahasa pasar, lalu menjadi bahasa ilmu dan menjadi bahasa
jurnalistik.
Beberapa ajaran Islam seperti jihad, membela yang
tertindas, mencintai tanah air dan membasmi kezaliman adalah faktor terpenting
dalam membangkitkan semangat melawan penjajah. Bisa dikatakan bahwa hampir
semua tokoh pergerakan, termasuk yang berlabel nasionalis radikal sekalipun
sebenarnya terinspirasi dari ruh ajaran Islam. Sebagai bukti misalnya Ki Hajar
Dewantara (Suwardi Suryaningrat) tadinya berasal dari Sarekat Islam (SI); Soekarno
sendiri pernah jadi guru Muhammadiyah dan pernah nyantri dibawah bimbingan
Tjokroaminoto bersama S.M Kartosuwiryo yang kelak dicap sebagai pemberontak
DI/TII; RA Kartini juga sebenarnya bukanlah seorang yang hanya memperjuangkan
emansipasi wanita. Ia seorang pejuang Islam yang sedang dalam perjalanan menuju
Islam yang kaaffah. Ketika sedang mencetuskan ide-idenya, ia sedang beralih
dari kegelapan (jahiliyah) kepada cahaya terang (Islam) atau minaz-zulumati
ilannur (habis gelap terbitlah terang). Patimura seorang pahlawan yang diklaim
sebagai seorang Nasrani sebenarnya dia adalah seorang Islam yang taat. Tulisan
tentang Thomas Mattulessy hanyalah omong kosong. Tokoh Thomas Mattulessy yang
ada adalah Kapten Ahmad Lussy atau Mat Lussy, seorang muslim yang memimpin
perjuangan rakyat Maluku melawan penjajah. Demikian pula Sisingamangaraja XII
menurut fakta sejarah adalah seorang muslim.
Semangat jihad yang dikumandangkan para pahlawan
semakin terbakar ketika para penjajah berusaha menyebarkan agama Nasrani kepada
bangsa Indonesia yang mayoritas sudah beragama Islam yang tentu saja dengan
cara-cara yang berbeda dengan ketika Islam datang dan diterima oleh mereka,
bahwa Islam tersebar dan dianut oleh mereka dengan jalan damai dan persuasif
yakni lewat jalur perdagangan dan pergaulan yang mulia bahkan wali sanga
menyebarkannya lewat seni dan budaya. Para da’i Islam sangat paham dan
menyadari akan kewajiban menyebarkan Islam kepada orang lain, tapi juga mereka
sangat paham bahwa tugasnya hanya sekedar menyampaikan. Hal ini sesuai dengan
Q.S. Yasin ayat 17 :”Tidak ada kewajiban bagi
Di bawah ini hanya sebagian kecil contoh atau bukti
sejarah perjuangan umat Islam Indonesia dalam mengusir penjajah.
1. Penjajah Portugis
Kaum penjajah yang
mula-mula datang ke Nusantara ialah Portugis dengan semboyan Gold (tambang
emas), Glory (kemulyaan, keagungan), dan Gospel (penyebaran agama Nasrani).
Untuk
menjalankan misinya itu Portugis berusaha dengan menghalalkan semua cara.
Apalagi saat itu mereka masih menyimpan dendamnya terhadap bangsa Timur (Islam)
setelah usai Perang Salib.
2. Penjajah Belanda
Belanda
pertama kali datang ke Indonesia tahun 1596 berlabuh di Banten dibawah pimpinan
Cornelis de Houtman, dilanjutkan oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jakarta
pada tanggal 30 Mei 1619 serta mengganti nama Jakarta menjadi Batavia.
Tujuannya sama dengan penjajah Portugis, yaitu untuk memonopoli perdagangan dan
menanamkan kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan di wilayah Nusantara. Jika
Portugis menyebarkan agama Katolik maka Belanda menyebarkan agama Protestan.
Betapa berat penderitaan kaum muslimin semasa penjajahan Belanda selama kurang
lebih 3,5 abad. Penindasan, adu domba (Devide et Impera), pengerukan kekayaan
alam sebanyak-banyaknya dan membiarkan rakyat Indonesia dalam keadaan miskin
dan terbelakang adalah kondisi yang dialami saat itu. Maka wajarlah jika
seluruh umat Islam Indonesia bangkit dibawah pimpinan para ulama dan santri di
berbagai pelosok tanah air, dengan persenjataan yang sederhana: bambu runjing,
tombak dan golok. Namun mereka bertempur habis-habisan melawan orang-orang
kafir Belanda dengan niat yang sama, yaitu berjihad fi sabi lillah. Hanya satu
pilihan mereka : Hidup mulia atau mati Syahid. Maka pantaslah almarhum Dr.
Setia Budi (1879-1952) mengungkapkan dalam salah satu ceramahnya di Jogya
menjelang akhir hayatnya antara lain mengatakan : “Jika tidak karena pengaruh
dan didikan agama Islam, maka patriotisme bangsa Indonesia tidak akan sehebat
seperti apa yang diperlihatkan oleh sejarahnya sampai kemerdekaannya”. Sejarah telah mencatat sederetan pahlawan Islam
Indonesia dalam melawan Belanda yang sebagian besar adalah para Ulama atau para
kyai antara lain :
Di Pulau Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai
Tapa dan Bagus Buang dari kesultanan Banten, Sultan Agung dari Mataram dan
Pangeran Diponegoro dari Jogjakarta memimpin perang Diponegoro dari tahun
1825-1830 bersama panglima lainnya seperti Basah Marto Negoro, Kyai Imam
Misbah, Kyai Badaruddin, Raden Mas Juned, dan Raden Mas Rajab. Konon dalam perang
Diponegoro ini sekitar 200 ribu rakyat dan prajurit Diponegoro yang syahid,
dari pihak musuh tewas sekitar 8000 orang serdadu bangsa Eropa dan 7000 orang
serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa Barat misalnya Apan Ba Sa’amah dan Muhammad
Idris (memimpin perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1886 di daerah
Ciomas)
Di
pulau Sumatra tercatat nama-nama : Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusi
(Memimpin perang Padri tahun 1833-1837), Dari kesultanan Aceh misalnya Teuku
Syeikh Muhammad Saman atau yang dikenal Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim,
Panglima Ibrahim, Teuku Umar dan istrinya Cut Nyak Dien, Habib Abdul Rahman,
Imam Leungbatan, Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah, dan lain-lain
3.
Penjajahan Jepang
Pendudukan
Jepang di Indonesia diawali di kota Tarakan pada tanggal 10 januari 1942.
Selanjutnya Minahasa, Balik Papan, Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang
dan Bali. Kota Jakarta berhasil diduduki tanggal 5 Maret 1942.
Untuk
sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah
Jepang. Ibarat pepatah “Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya”, yang
ternyata penjajah Jepang lebih kejam dari penjajah manapun yang pernah
menduduki Indonesia. Seluruh kekayaan alam dikuras habis dibawa ke negerinya.
Bangsa Indonesia dikerja paksakan (Romusa) dengan ancaman siksaan yang
mengerikan seperti dicambuk, dicabuti kukunya dengan tang, dimasukkan kedalam
sumur, para wanita diculik dan dijadikan pemuas nafsu sex tentara Jepang
(Geisha).
Pada awalnya Jepang membujuk rayu bangsa Indonesia dengan
mengklaim dirinya sebagai saudara tua Bangsa Indonesia (ingat gerakan 3 A yaitu
Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia). Mereka
juga paham bahwa bangsa Indonesia kebanyakan beragama Islam. Karena itu pada tanggal
13 Juli 1942 mereka mencoba menghidupkan kembali Majlis Islam A’la Indonesia
(MIAI) yang telah terbentuk pada pemerintahan Belanda (September 1937). Tapi
upaya Jepang tidak banyak ditanggapi oleh tokoh-tokoh Islam. Banyak tokoh-tokoh
Islam tidak mau kooperatif dengan pemerintah penjajah Jepang bahkan melakukan
gerakan bawah tanah misalnya dibawah pimpinan Sutan Syahrir dan Amir
Syarifuddin.
4. Sekutu
dan NICA
Tanggal
17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia baru saja diproklamirkan, tanggal 15
september 1945 datang lagi persoalan baru, yaitu datangnya tentara sekutu yang
diboncengi NICA (Nederland Indies Civil Administration). Mereka datang dengan
penuh kecongkakan seolah-olah paling berhak atas tanah Indonesia sebagai bekas
jajahannya. Kedatangan mereka tentu saja mendapat reaksi dari seluruh bangsa
Indonesia. Seluruh umat Islam bergerak kembali dengan kekuatan senjata seadanya
melawan tentara sekutu dan NICA yang bersenjatakan lengkap dan modern.
Perlawanan terhadap sekutu dan NICA antara lain: Dengan taktik perang gerilya,
pertempuran arek-arek Surabaya, Bandung lautan Api, pertempuran di Ambarawa dan
lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sesungguhnya allah swt menciptakan manusai untuk
barpasang-pasangan menjadikan umat bersuku-suku untuk adanya persatuan bangsa,
dan perlu di ingat untuk menyebarkan perkembangan umat islam di indonesia perlu
waktu berangsur-angsur lamanya dan adanya perlakuan suwenang-wenang antar
sesama manusia.
Islam adalah agama yang diridhoi Allah. Islam adalah
agama yang cinta perdamaian dan kesejahteraan, sangat menjunjung keadilan dan
kejujuran. Tetapi dewasa ini banyak hal yang telah mencoreng citra Islam di
mata dunia. Mulai dari anggapan bahwa Islam adalah teroris sampai usaha-usaha
untuk mempecah belahkan persatuan dan kesatuan umat Islam di dunia. Semua hal
tersebut juga tidak dipungkiri juga terjadi di Indonesia
B.
SARAN
Semua hal-hal yang merusak citra Islam di mata dunia
tidak terlepas dari kurangnya perhatian umat Islam serta kurangnya pemahaman
ajaran Islam di kalangan tertentu, yang pada akhirnya menyalahgunakan setiap
hal tentang Islam guna untuk kepentingan sepihak. Oleh karena itu sebagai sesam
umat Islam kita harus tetap mempertahankan persatuan dan kesatuan di antara
kita agar tidak dapat digoyahkan. Selain itu yang paling penting adalah
memperdalam kajian kita tentang Islam agar tidak terjadi kesalahan pemahaman
dan yang paling utama harus selalu memperkuatkan keyakinan kita tentang Islam
sebagai agama yang diridhoi Allah SWT
DAFTAR
PUSTAKA
http://bambangajinagan.blogspot.co.id/2013/04/makalah-perkembangan-islam-di-indonesia.html
http://elviravhira.blogspot.co.id/2012/12/makalah-perkembangan-islam-di-indonesia.html
Prof.Dr.
H. I. NURUL Aen, MA.Sejarah peradaban islam, bandung: puistaka setia , 2008.
H.darsono.
T. Ibrahim. Tonggak islam kebudayaan islam, solo: tiga serngkai pustaka mandiri,2008