KARYA TULIS MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MENGARANG


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Mengarang merupakan kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang tingkatannya paling tinggi. Empat jenjang kemampuan berbahasa yang melekat pada setiap manusia normal adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis atau mengarang. Secara kronologis, keempatnya tumbuh dalam diri setiap individu. Pada tingkatan paling sederhana, yaitu dalam wujud kemampuan berkomunikasi langsung dengan bahasa lisan, kita memiliki kemampuan menyimak dan berbicara. Selanjutnya tahap yang setingkat lebih tinggi adalah membaca, dan yang paling rumit adalah menulis atau mengarang dalam bentuk bahasa tulis.

Atas dasar asumsi di atas, sungguh tepat bila upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia harus dijembatani dengan menggalakkan kegiatan menulis atau mengarang. Hal ini disebabkan kemampuan mengarang membutuhkan penguasaan materi-materi pendukung sebagai modal dasar, seperti penguasaan kosakata, diksi, penyusunan kalimat, pembentukan paragraph, pemahaman secara aplikatif tentang ejaan dan tanda baca, logika, serta struktur berpikir yang runtut.

Pada masa sekarang, khususnya di lingkungan MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas, jarang sekali ditemukan siswa yang berminat dengan pelajaran mengarang. Siswa yang berminat terhadap pelajaran mengarang bahkan dapat dihitung dengan jari. Mengapa hal itu terjadi? Apa yang menyebabkan mereka kurang berminat dengan pelajaran mengarang?

1.2  Rumusan Masalah
Menurut Hadari Nawawi (1985:15), suatu masalah muncul karena tidak terdapatnya keseimbangan antara yang diharapkan berdasarkan teori-teori atau buku-buku yang menjadi tolak ukur dengan kenyataan sehingga menimbulkan pertanyaan mengapa demikian atau apa sebabnya demikian. Di samping itu, masalah juga dapat muncul karena keragu-raguan tentang keadaan sesuatu dan kurang objektif.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan mengarang?
2.      Apa yang dengan karangan?
3.      Apa manfaat mengarang?
4.      Mengapa mengarang itu penting?
5.      Mengapa siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas kurang berminat terhadap pelajaran mengarang?
6.      Apa penyebab siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas kurang berminat terhadap pelajaran mengarang?

1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
·         Mengetahui minat siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas terhadap pelajaran mengarang
·         Mengetahui penyebab kurangnya minat siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas terhadap pelajaran mengarang

1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
·         Agar siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas yang kurang berminat pada pelajaran mengarang mengetahui betapa pentingnya kegiatan mengarang.
·         Agar siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas yang awalnya kurang berminat pada pelajaran mengarang menjadi berminat.









BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Mengarang
Mengarang berarti menyusun atau merangkai. Secara luas, mengarang dapat diartikan sebagai pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau mengulas topic dan tema tertentu guna memeperoleh hasil akhir berupa karangan. Sebagai bahan perbandingan, di sini dikutipkan pendapat Widyamartaya dan Sudiati (1997:77). Menurut keduanya, mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada para pembaca untuk dipahami.

2.2 Pengertian Karangan
Karangan merupakan hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topic atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.

2.3 Manfaat Mengarang
Seorang pengajar karang-mengarang bernama Bernerd Percy dalam bukunya yang berjudul The Power of Creative Writing mengungkapkan sekurang-kurangnya ada enam manfaat karang mengarang, yaitu sebagai berikut.
1.      Sarana untuk pengungkapan diri
Kadang hati seseorang dapat begitu tersenuth saat mengalami peristiwa atau kejadian tertentu sehingga orang itu merasa perlu mengungkapkan gejolak yang ada dalam dirinya. Cara pengungkapan diri ini biasanya berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Ada orang yang mengungkapkannya dengan bersiul-siul, berjingkrak-jingkrak, melahap makanan dalam jumlah banyak, menciptakan lagu, dan sebagainya. Mengarang seuntai sajak atau menulis serangkaian kalimat juga merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan seseorang.

2.      Sarana untuk memahami sesuatu
Pada saat mengarang, seseorang mengungkapkan gagasannya dan menyempurnakan penangkapannya terhapad sesuatu sehingga akhirnya ia dapat memperoleh pemahaman yang baru atau yang lebih mendalam tentang hal yang sedang ditulisnya.
3.      Sarana untuk mengembangkan kepuasan pribadi , kebanggaan, dan rasa harga diri
Rasa bangga, puas, dan harga diri merupakan imbalan dari keberhasilan seseorang melahirkan suatu karya tulis. Selanjutnya, perasaan itu akan membangkitkan kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri untuk terus menciptakan karya-karya tulis lainnya.

4.      Sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap terhadap lingkungan sekeliling
Dengan sering mengarang, seseorang dapat mempertinggi kesiagaan indranya dan mengembangkan daya serapnya pada tingkat jasmani, perasaan, maupun kerohanian.

5.      Sarana untuk melibatkan diri dengan penuh semangat
Dengan jalan mengarang atau menulis, seseorang dapat mengungkapkan gagasan, menciptakan sesuatu, dan secara giat melibatkan diri dengan hasil ciptaannya.

6.      Sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan mempergunakan bahasa
Tujuan paling umum seseorang masuk sekolah adalah untuk mencapai kemampuan membaca, mengerti apa yang ditulis orang, serta kemampuan memakai kata-kata dalam tulisan untuk menyampaikan keterangan pada orang lain. Jelaslah bahwa kegiatan mengarang sangat bermanfaat untuk membantu tercapainya tujuan tersebut.

2.4 Pentingnya Mengarang
Menurut Hairston (1986), ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengenai pentingnya mengarang, antara lain sebagai berikut.
1.      Sarana untuk menemukan sesuatu
Dengan menulis, kita dapat merangsang daya piker sehingga bila dilakukan secara intensif akan dapat membuka penyumbat otak dalam rangka mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita.

2.      Memunculkan ide baru
Hal ini terjadi kalu kita membuat hubungan antara ide yang satu dengan ide yang lain, kemudian melihat keterkaitannya secara keseluruhan.


3.      Melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide
Pada saat menuliskan berbagai ide tersebut berarti kita harus dapat mengaturnya di dalam suatu bentuk tulisan yang padu.

4.      Melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang
Dengan menuliskan ide-ide tersebut ke dalam suatu tulisan, berate kita akan melatih diri kita untuk membiasakan diri membuat jarak tertentu terhadap ide yang kita hadapi dan mengevaluasinya.

5.      Membantu untuk menyerap dan memproses informasi
Bila kita akan menulis sebuah topic, kita harus belajar tentang topic itu dengan baik. Apabila kegiatan seperti itu dilakukan terus-menerus maka kita akan dapat mempertajam kemampuan dalam menyerap dan memproses informasi.

6.      Melatih untuk berpikir aktif
Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.

Dengan berbagai alasan yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa mengarang akan membuat kita semakin arif, pikiran dan perasaan mudah tergerak, serta tanggap dan mampu memberikan reaksi positif terhadap perkembangan di lingkungan yang selalu dinamis.


BAB III
PROSES PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada para siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas. Responden yang terpilih adalah respond yang memenuhi syarat, antara lain: sekolah di MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas dan mengerti apa yang dimaksud dengan mengarang.

3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di lingkungan MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas.

3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 1994:5).

Dengan demikian populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, populasi terdiri dari seluruh siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas.
TABEL 1
No
Kelas
Jumlah Siswa
Keterangan
1
X IPS
26

2
XI IPS
15

3
XII IPS
24


3.2.2 Sampel
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam suatu wilayah penelitian, maka penelitiannya adalah penelitian populasi. Tetapi apabila yang hendak diteliti hanya sebahagian dari populasi, maka penelitiannya disebut penelitian sampel.
Sugiyono (1994:7) menyatakan bahwa sampel adalah sebahagian dari jumlah populasi. Sedangkan menurut Hadi (Narbuko dan Ahmadi, 1991:107) sampel adalah sebahagian individu yang diselidiki dari kesuluruhan individu penelitian.

Dalam penelitian ini, sampel terdiri dari 15 orang siswa kelas X IPS, 15 orang siswa kelas XI IPS, 15 orang siswa kelas XII IPS.

3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini berpedoman kepada pendapat Komaruddin (1974:122), sebagai berikut : “Teknik pengumpulan data yang kerap kali dipergunakan dalam penyelidikan misalnya wawancara, daftar pertanyaan skala objektif, teknik proyeksi, dan pengamatan tindak-tanduk.

Atas dasar pernyataan tersebut, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data:
1. Daftar Pertanyaan (Angket), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membagikan daftar pertanyaan kepada responden yang ada relevansinya dengan kegiatan mengarang.

3.4 Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan responden ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok pendukung, bukan pendukung, dan acuk tak tidak. Pengelompokan tersebut diperolah dari hasil pertanyaan-pertanyaan angket.
Untuk mengambil kesimpulan tentang minat siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas terhadap pelajaran mengarang, dapat dilihat dari hasil analisis data. Jika kelompok pendukung lebih banyak daripada dua kelompok lain, maka minat siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas terhadap pelajaran mengarang dapat dikatakan besar. Sebaliknya, jika dua kelompok lain itu yang lebih besar maka dapat disimpulkan bahwa minat siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas terhadap pelajaran mengarang itu kurang atau dapat dikatan mereka tidak berminat.



BAB IV
HASIL PENELITIAN


4.1 Hasil Angket
Angket ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka. Angket ditujukan untuk mengetahui secara umum gambaran bagaimana ketertarikan responden terhadap pelajaran mengarang.

4.2 Analisis data
Pengelompokan penjawab dibagi menjadi tiga, yaitu kelompok A: kelompok pendukung, B: kelompok bukan pendukung, dan C: kelompok yang acuh tak acuh. berdasarkan data selanjutnya dapat dihitung kelompok siswa yang termasuk memilih A, B, atau C.
• Kelompok A :
13 siswa x 100% = 16,25%
• Kelompok B :
20 siswa x 100% = 61,25%
• Kelompok C :
12 siswa x 100% = 22,5%

TABEL 2
Hasil Persentase Angket
No
Kelompok
Persentase
Keterangan
1
A
16,25%

2
B
61,25%

3
C
22,5%









BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil bahwa siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas kurang berminat terhadap pelajaran mengarang. Hal ini didasarkan pada hasil angket. Kelompok pendukung mendapat persentase terkecil, yaitu 16,25%. Sedangkan kedua kelompok lain mendapat persentase sebanyak 82,75%, dengan perincian kelompok bukan pendukung sebanyak 61,25% dan kelompok acuh tak acuh sebanyak 22,5%.

Ketidakminatan para siswa tersebut didasarkan oleh berbagai macam factor, antara lain:
1.      Sulit berbahasa Indonesia yang baik dan benar
Dalam mengarang, kita dituntut untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pengetahuan siswa yang kurang tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti pembentukan kata, penyusunan kelompok kata, penyusunan kalimat, serta penguasaan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar menyulitkan siswa untuk bebas mengutarakan isi pikirannya. Hal ini membuat siswa kurang berminat untuk mengarang.

2.      Sulit berimajinasi
Dalam mengarang, imajinasi sangat dibutuhkan. Namun beberapa siswa sangat sulit untuk berimajinasi. Sehingga malas untuk mengarang.

3.      Sulit menemukan topic/tema
Sebelum mengarang, kita harus menentukan topic atau tema. Topic atau tema inilah yang menjiwai karangan dan harus dijabarkan dengan sebaik-baiknya, serta menjadi benang merah karangan dari awal sampai akhir. Banyak dari siswa yang sangat sulit untuk menemukan topic atau tema yang akan ia kembangkan menjadi sebuah karangan.

4.      Sulit membuat paragrap yang koheren satu sama lain
Karangan yang baik haruslah memiliki paragraph yang koheren satu sama lain. Namun, beberapa siswa sangat sulit untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk mendukung kekoherenan suatu paragraph. Sehingga mereka kurang berminat untuk mengarang.



BAB VI
PENUTUP


6.1    Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1.         Pelajaran mengarang mempunyai kelompok pendukung paling sedikit.
2.         Siswa MA Bahrul Ulum Rebang Tangkas kurang berminat terhadap pelajaran mengarang.
3.         Berdasarkan hasil angket yang disebarkan, mereka kurang berminat terhadap pelajaran mengarang karena hal-hal berikut.
• Sulit berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
• Sulit berimajinasi.
• Sulit menemukan topik/tema.
• Sulit membuat paragrap yang koheren satu sama lain.

6.2    Saran
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, penulis menyarankan:
1.      Sebaiknya guru yang memberikan tugas mengarang dapat memberikan penjelasan bagaimana mengarang yang mudah dan benar.
2.      Hendaknya ada pelatihan khusus tentang karang-mengarang. Sehingga kesulitan-kesulitan siswa dalam mengarang dapat teratasi.




DAFTAR PUSTAKA


Tim Edukatif. 2006. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Nursisto. 2000. Penuntun Mengarang. Jakarta : Adicita.
Finoza Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Media.

Subscribe to receive free email updates: