MAKALAH SENI BUDAYA KETERAMPILAN TEATER
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Setiap karya seni, apa pun jenisnya
mengandung tiga aspek mendasar yakni: (a) Wujud (apperance); (b) bobot
(content, substance); dan (c) Penampilan (presentation). Ada tiga
unsur yang berhubungan dengan sifat-sifat keindahan suatu karya seni,
yaitu: (1) Unity (keutuhan,\ kebersatuan, kekompakan, tidak ada cacatnya);
(2) Complexity (kerumitan, keanekaragaman) dan (3) Intensity (intensitas,
kekuatan, keyakinan, kesungguhan). Kata drama berasal dari kata Yunani,
draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya.
Jadi, kata drama dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Drama adalah
karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud di pertunjukkan
oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Drama yang
memiliki muatan sastra mulai ada pada 1926, yaitu dengan lahirnya karya Rustam
Effendi yang berjudul Bebasari.
B. Perumusan Masalah
Dalam
pembahasan Laporan ini saya akan memfokuskan pada beberapa masalah
di bawah ini:
1.
Pengertian teater.
2.
Macam Macam Teater.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN TEATER
Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place)
yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya,
dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang
dipertunjukkandidepan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan
sederhana teater adalah pertunjukan. misalnya ketoprak, ludruk, wayang,
wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain
sebagainya.
Adapun
pengertian teater menurut para tokoh, antara lain :
1. Menurut
Harymawan, 1993 : Teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial
kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat
maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna
filosofis. Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi teater
itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater dapat dilihat dari sudut
pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil
manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang
dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”.
2. Menurut Bakdi Soemanto,
2001 : Teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani
Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau berbuat dan “drame” yang berasal
dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan
lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih
ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting
tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata “drama” juga dianggap telah ada
sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM).
Hubungan kata “teater” dan “drama” bersandingan sedemikian erat seiring dengan
perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai teks
atau naskah atau lakon atau karya sastra.
3. Menurut Kasim
Achmad, 2006 : Istilah Teater sekarang lebih umum digunakan tetapi sebelum
itu istilah drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di atas panggung
disebut sebagai pentas drama. Hal ini menandakan digunakannya naskah lakon yang
biasa disebut sebagai karya sastra drama dalam pertujukan teater. Di Indonesia,
pada tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara atau
tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon
dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara
berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah”
yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti
“pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993). Rombongan
teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yang
disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman
Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi
masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan.
Jadi, teater
adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di ataspanggung dan
disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah
pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”.
B.
Jenis Seni Teater
a. Teater Rakyat (tradisional)
Pertunjukan hanya dilaksanakan dalam
kaitan dengan upacara tertentu, seperti khitanan, perkawinan, selamatan dan
sebagainya. Contoh-contoh teater rakyat adalah sebagai berikut Ketoprak, Srandul,
Jemblung, Gatoloco di Jawa Tengah,
b. Teater Klasik (keraton)
Segala sesuatunya sudah teratur,
dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan yang memadai dan tidak
lagi menyatu dengan kehidupan rakyat(penontonnya). Lahirnya jenis teater ini
dari pusat kerajaan. Contohnya Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek, dan
Langendriya.
c. Teater Modern
Teater modern merupakan teater yang
bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi
oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komedi Stambul, Sandiwara Dardanela,
Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan contoh teater modern. Dalam
Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk atau Ketoprak, jenis
ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor,
dan properti lain menggunakan teknik Barat. Teater sudah
membudaya dalam kehidupan bangsa kita. Dalam teater, penonton tidak hanya
disuguhi pengetahuan tentang baik/buruk, dan indah/ jelek, tetapi ikut
menyikapi dan melihat action. Contoh Teater Modern yaitu drama,
teater, sinetron dan film. Ciri-ciri Teater
Modern adalah panggung tertata, ada pengaturan jalan cerita, tempat
panggung tertutup.
C. Jenis Teater Modern Tradisional
1. Teater Boneka
Pertunjukan
boneka telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa peninggalannya ditemukan di
makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk
menceritakan legenda atau kisah-kisah religius. Berbagai jenis boneka dimainkan
dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai di tangan sementara boneka
tongkat digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette, atau
boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali
boneka diikatkan.
2. Drama Musikal
Merupakan
pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting. Drama
musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para
pemainnya. Di panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa
disebut dengan pertunjukan kabaret. Kemampuan aktor tidak hanya pada penghayatan
karakter melalui baris kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui lagu dan
gerak tari. Disebut drama musikal karena memang latar belakangnya adalah karya
musik yang bercerita seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber yang fenomenal.
Dari karya musik bercerita tersebut kemudian dikombinasi dengan gerak tari,
alunan lagu, dan tata pentas.
Selain kabaret, opera dapat
digolongkan dalam drama musikal. Dalam opera dialog para tokoh dinyanyikan
dengan iringan musik orkestra dan lagu yang dinyanyikan disebut seriosa. Di
sinilah letak perbedaan dasar antara Kabaret dan opera. Dalam drama musikal
kabaret, jenis musik dan lagu bisa saja bebas tetapi dalam opera biasanya
adalah musik simponi (orkestra) dan seriosa. Tokoh-tokoh utama opera menyanyi
untuk menceritakan kisah dan perasaan mereka kepada penonton. Biasanya juga
berupa paduan suara. Opera bermula di Italia pada awal tahun 1600-an. Opera
dipentaskan di gedung opera. Di dalam gedung opera, para musisi duduk di area
yang disebut orchestra pit di bawah dan di depan panggung.
3. Teater Gerak
Teater gerak merupakan pertunjukan
teater yang unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi wajah serta tubuh
pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan dihilangkan seperti
dalam pertunjukan pantomim klasik. Teater gerak, tidak dapat diketahui dengan
pasti kelahirannya tetapi ekspresi bebas seniman teater terutama dalam hal
gerak menemui puncaknya dalam masa commedia del’Arte di Italia. Dalam
masa ini pemain teater dapat bebas bergerak sesuka hati (untuk karakter
tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh dasarnya untuk memancing perhatian
penonton. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah gagasan mementaskan pertunjukan
dengan berbasis gerak secara mandiri muncul.
Teater gerak yang paling populer dan
bertahan sampai saat ini adalah pantomim. Sebagai pertunjukan yang sunyi
(karena tidak menggunakan suara), pantomim mencoba mengungkapkan ekspresinya
melalui tingkah polah gerak dan mimik para pemainnya. Makna pesan sebuah lakon
yang hendak disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk gerak. Tokoh pantomim
yang terkenal adalah Etienne Decroux dan Marcel Marceau, keduanya dari
Perancis.
4. Teater Dramatik
Istilah dramatik digunakan untuk
menyebut pertunjukan teater yang berdasar pada dramatika lakon yang
dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis sangat
diperhatikan dan situasi cerita serta latar belakang kejadian dibuat sedetil
mungkin. Rangkaian cerita dalam teater dramatik mengikuti alur plot dengan
ketat. Mencoba menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita yang
disajikan. Menonjolkan laku aksi pemain dan melengkapinya dengan sensasi
sehingga penonton tergugah. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain
hingga membentuk keseluruhan lakon. Karakter yang disajikan di atas pentas
adalah karakter manusia yang sudah jadi, dalam artian tidak ada lagi proses
perkembangan karakter tokoh secara improvisatoris (Richard Fredman, Ian Reade:
1996). Dengan segala konvensi yang ada di dalamnya, teater dramatik mencoba
menyajikan cerita seperti halnya kejadian nyata.
5. Teatrikalisasi
Puisi
Pertunjukan
teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya
hanya dibacakan dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena bahan dasarnya
adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan estetika puitik di
atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya teatrikal. Tata panggung dan
blocking dirancang sedemikian rupa untuk menegaskan makna puisi yang
dimaksud. Teatrikalisasi puisi memberikan wilayah kreatif bagi sang seniman
karena mencoba menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan laku aksi dan tata
artistik di atas pentas.
D. Contoh-Contoh Teater
1. Wayang
Wayang dikenal sejak zaman
prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia
memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut
hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Dalam pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di
belakang layar tipis dan sinar lampu menciptakan bayangan wayang di layar.
Penonton wanita duduk di depan layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria
duduk di belakang layar dan menonton wayang secara langsung.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan , dalam bahasa melayu artinya: bayang-bayang, yang artinya bayangan, samar-samar, menerawang. Bahasa Bikol menurut keterangan Profesor Kern, bayang, barang atau menerawang. Semua itu berasal dari akar kata "yang" yang berganti-ganti suara yung, yong, seperti dalam kata: laying (nglayang)=yang, dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong yang berarti selalu berpindah tempat sambil membawa sesuatu, poyang-payingen, ruwet dari kata asal: poyang, akar kata yang. Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal dari yang dan sebagainya tadi, maka jelas bahwa arti dari akar kata: yang, yung, yong ialah bergerak berkali-kali, tidak tetap, melayang.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
G.A.J. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata Jawa berarti: bayangan , dalam bahasa melayu artinya: bayang-bayang, yang artinya bayangan, samar-samar, menerawang. Bahasa Bikol menurut keterangan Profesor Kern, bayang, barang atau menerawang. Semua itu berasal dari akar kata "yang" yang berganti-ganti suara yung, yong, seperti dalam kata: laying (nglayang)=yang, dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong yang berarti selalu berpindah tempat sambil membawa sesuatu, poyang-payingen, ruwet dari kata asal: poyang, akar kata yang. Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal dari yang dan sebagainya tadi, maka jelas bahwa arti dari akar kata: yang, yung, yong ialah bergerak berkali-kali, tidak tetap, melayang.
2. Makyong
Makyong adalah seni teater
tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang masih digemari dan sering
dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional. Makyong dipengaruhi
oleh budaya Hindu-Buddha Thai dan Hindu-Jawa. Nama makyong berasal dari mak
hyang, nama lain untuk dewi sri, dewi padi. Makyong adalah teater tradisional
yang berasal dari Pulau Bintan, Riau. Makyong berasal dari kesenian istana
sekitar abad ke-19 sampai tahun 1930-an. Makyong dilakukan pada siang hari atau
malam hari. Lama pementasan ± tiga jam
3. Drama Gong
Drama Gong adalah sebuah bentuk seni
pertunjukan Bali yang masih relatif muda usianya yang diciptakan dengan jalan
memadukan unsur-unsur drama modern (non tradisional Bali) dengan unsur-unsur
kesenian tradisional Bali. Dalam banyak hal Drama Gong merupakan pencampuran
dari unsur-unsur teater modern (Barat) dengan teater tradisional (Bali). Karena
dominasi dan pengaruh kesenian klasik atau tradisional Bali masih begitu kuat,
maka semula Drama Gong disebut "drama klasik". Nama Drama Gong
diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap gerak
pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan Gong (Gong
Kebyar). Drama Gong diciptakan sekitar tahun 1966 oleh Anak Agung Gede Raka Payadnya
dari desa Abianbase (Gianyar).
Drama Gong mulai berkembang di Bali sekitar tahun 1967 dan puncak kejayaannya
adalah tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun 1980 kesenian ini mulai
menurun popularitasnya, sekarang ini ada sekitar 6 buah sekaa Drama Gong yang
masih aktif.
4. Randai
Randai adalah kesenian (teater) khas
masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat yang dimainkan oleh beberapa orang
(berkelompok atau beregu). Randai dapat diartikan sebagai “bersenang-senang
sambil membentuk lingkaran” karena memang pemainnya berdiri dalam sebuah
lingkaran besar bergaris tengah yang panjangnya lima sampai delapan meter.
Cerita dalam randai, selalu mengangkat cerita rakyat Minangkabau, seperti
cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya.
Konon kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat Pariangan, Padang
Panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari laut.
Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di Indonesia dan bahkan
dunia. Bahkan randai dalam versi bahasa Inggris sudah pernah dipentaskan oleh
sekelompok mahasiswa di University of Hawaii, Amerika Serikat.
Kesenian randai yang kaya dengan
nilai etika dan estetika adat Minangkabau ini, merupakan hasil penggabungan
dari beberapa macam seni, seperti: drama (teater), seni musik, tari dan pencak
silat.
5. Mamanda
Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari
Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih
mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan
penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan
komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih
mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab
pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti
Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama,
Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.
Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda".
Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan.
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.
Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda".
Seni drama tradisional Mamanda ini
sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada umumnya
6. Longser
Longser merupakan salah satu bentuk
teater tradisional masyarakat sunda, Jawa barat. Longser berasal dari akronim
kata melong (melihat dengan kekaguman) dan saredet (tergugah) yang artinya
barang siapa yang melihat pertunjukan longser, maka hatinya akan tergugah.
Longser yang penekanannya pada tarian disebut ogel atau doger. Sebelum longser
lahir dan berkembang, terdapat bentuk teater tradisional yang disebut lengger.
Busana yang dipakai untuk kesenian ini sederhana tapi mencolok dari segi warnanya
terutama busana yang dipakai oleh ronggeng. Biasanya seorang ronggeng memakai
kebaya dan kain samping batik. Sementara, untuk lelaki memakai baju kampret
dengan celana sontog dan ikat kepala.
7. Ketoprak
Ketoprak merupakan teater rakyat
yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah.
Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di daerah-daerah tersebut
ketoprak merupakan kesenian rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan
mengalahkan kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan emprak.
Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. Serat Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R. Ng. Rangga Warsita dalam bukunya Kolfbunning tahun 1923 menyatakan “…
Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. Serat Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R. Ng. Rangga Warsita dalam bukunya Kolfbunning tahun 1923 menyatakan “…
Tetabuhan ingkang nama kethoprak
tegesipun kothekan” ini berarti kethoprak berasal dari bunyi prak, walaupun
awalnya bermula dari alat bernama tiprak.
Kethoprak juga berasal dari kothekan atau gejogan. Alat bunyi-bunyian yang berupa lesung oleh pencipta kethoprak ditambah kendang dan seruling.
Kethoprak juga berasal dari kothekan atau gejogan. Alat bunyi-bunyian yang berupa lesung oleh pencipta kethoprak ditambah kendang dan seruling.
Ketoprak
merupakan salah satu bentuk teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang
digunakan. Bahasa sangat memperoleh perhatian, meskipun yang digunakan bahasa
Jawa, namun harus diperhitungkan masalah unggahungguh bahasa. Dalam bahasa Jawa
terdapat tingkat-tingkat bahasa yang digunakan, yaitu:
- Bahasa Jawa biasa (sehari-hari)
- Bahasa Jawa kromo (untuk yang
lebih tinggi)
- Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu
untuk tingkat yang tertinggi)
Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan
tingkat-tingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena itu muncul yang
disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa dengan bahasa yang halus dan spesifik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kethoprak adalah seni pertunjukan teater atau drama yang sederhana yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur lakon, dialog, busana rias, maupun bunyi-bunyian musik tradisional yang dipertunjukan oleh rakyat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kethoprak adalah seni pertunjukan teater atau drama yang sederhana yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur lakon, dialog, busana rias, maupun bunyi-bunyian musik tradisional yang dipertunjukan oleh rakyat.
8. Ludruk
Ludruk
merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni
panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Ludruk merupakan
suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di
gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat
sehari-hari (cerita wong cilik), cerita perjuangan dan lain sebagainya yang
diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa,
menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu dari
daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda.
Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh
kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkutan umum, dll).
9. Lenong
"Lenong" adalah seni pertunjukan teater tradisional masyarakat
Betawi, Jakarta. Lenong berasal dari nama salah seorang Saudagar China yang
bernama Lien Ong. Konon, dahulu Lien Ong lah yang sering memanggil dan
menggelar pertunjukan teater yang kini disebut Lenong untuk menghibur
masyarakat dan khususnya dirinya beserta keluarganya. Pada zaman dahulu (zaman
penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh masyarakat sebagai bentuk apresiasi
penentangan terhadap tirani penjajah.
Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi
atas kesenian serupa seperti "komedi bangsawan" dan "teater
stambul" yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman
Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik
gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela
Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong
denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti “dinas” atau “resmi”),
aktor dan aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting
kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan, sedangkan dalam lenong preman busana
yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang
kehidupan sehari-hari. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari
bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus
(bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan
sehari-hari.
10. Ubrug
"Ubrug" di Pandeglang dikenal sebagai kesenian tradisional rakyat
yang semakin hari semakin dilupakan oleh penggemarnya. Istilah ‘ubrug’ berasal
dari bahasa Sunda ‘sagebrugan’ yang berarti campur aduk dalam satu lokasi.
Kesenian ubrug termasuk teater
rakyat yang memadukan unsur lakon, musik, tari, dan pencak silat. Semua unsur
itu dipentaskan secara komedi. Bahasa yang digunakan dalam pementasan,
terkadang penggabungan dari bahasa Sunda, Jawa, dan Melayu (Betawi). Alat musik
yang biasa dimainkan dalam pemenetasan adalah gendang, kulanter, kempul, gong
angkeb, rebab, kenong, kecrek, dan ketuk.
Selain berkembang di provinsi
Banten, kesenian Ubrug pun berkembang sampai ke Lampung dan Sumatera Selatan
yang tentunya dipentaskan menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Teater Ubrug pada awalnya dipentaskan di halaman yang cukup luas dengan tenda daun kelapa atau rubia.
Teater Ubrug pada awalnya dipentaskan di halaman yang cukup luas dengan tenda daun kelapa atau rubia.
Untuk penerangan digunakan lampu
blancong, yaitu lampu minyak tanah yang bersumbu dua buah dan cukup besar yang
diletakkan di tengah arena. Lampu blancong ini sama dengan oncor dalam ketuk
tilu, sama dengan lampu gembrong atau lampu petromak. Sekitar tahun 1955, ubrug
mulai memakai panggung atau ruangan, baik yang tertutup ataupun terbuka di mana
para penonton dapat menyaksikannya dari segala arah.
Seni teater bangkit lagi
setelah jaman Renaisans (sekitar tahun 1500M-1700M). Pada masa itu, lahirlah
pengarang-pengarang besar seperti William Shakespeare (dengan karyaHamlet,
Romeo dan Juliet, Pedagang Venesia, Mimpi di Tengah Malam Musim Panas, dll).
Pada era modern, tokoh yang berkembang adalah Henrik Ibsen dan George
Bernard Shaw.Wayang
11. Wong (wayang orang)
Wayang Wong dalam bahasa Indonesia
artinya wayang orang, yaitu pertunjukan wayang kulit, tetapi dimainkan oleh
orang. Wayang wong adalah bentuk teater tradisional Jawa yang
berasal dari Wayang Kulit yang dipertunjukan dalam bentuk berbeda: dimainkan
oleh orang, lengkap dengan menari dan menyanyi, seperti pada umumnya teater tradisional
dan tidak memakai topeng. Pertunjukan wayang orang terdapat di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan di Jawa Barat ada juga pertunjukan wayang
orang (terutama di Cirebon) tetapi tidak begitu populer. Lahirnya Wayang Orang,
dapat diduga dari keinginan para seniman untuk keperluan pengembangan wujud
bentuk Wayang Kulit yang dapat dimainkan oleh orang. Wayang yang dipertunjukan
dengan orang sebagai wujud dari wayang kulit -hingga tidak muncul dalang yang
memainkan, tetapi dapat dilakukan oleh para pemainnya sendiri. Sedangkan wujud
pergelarannya berbentuk drama, tari dan musik.
Wayang orang dapat dikatakan masuk
kelompok seni teater tradisional, karena tokoh-tokoh dalam cerita dimainkan
oleh para pelaku (pemain). Sang Dalang bertindak sebagai pengatur laku dan
tidak muncul dalam pertunjukan. Di Madura, terdapat pertunjukan wayang orang
yang agak berbeda, karena masih menggunakan topeng dan menggunakan dalang
seperti pada wayang kulit. Sang dalang masih terlihat meskipun tidak seperti
dalam pertunjukan wayang kulit. Sang Dalang ditempatkan dibalik layar penyekat
dengan diberi lubang untuk mengikuti gerak pemain di depan layar penyekat. Sang
Dalang masih mendalang dalam pengertian semua ucapan pemain dilakukan oleh Sang
Dalang karena para pemain memakai topeng. Para pemain di sini hanya
menggerak-gerakan badan atau tangan untuk mengimbangi ucapan yang dilakukan
oleh Sang Dalang. Para pemain harus pandai menari. Pertunjukan ini di Madura
dinamakan topeng dalang. Semua pemain topeng dalang memakai topeng dan
para pemain tidak mengucapkan dialog
12. Gambuh
Gambuh merupakan teater tradisional
yang paling tua di Bali dan diperkirakan berasal dari abad ke-16. Bahasa yang
dipergunakan adalah bahasa Bali kuno dan terasa sangat sukar dipahami oleh
orang Bali sekarang. Tariannya pun terasa sangat sulit karena merupakan tarian
klasik yang bermutu tinggi. Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau gambuh
merupakan sumber dari tari-tarian Bali yang ada. Sejarah gambuh telah dikenal
sejak abad ke-14 di Zaman Majapahit dan kemudian masuk ke Bali pada akhir Zaman
Majapahit. Di Bali, gambuh dipelihara di istana raja-raja.
Kebanyakan lakon yang dimainkan
gambuh diambil dari struktur cerita Panji yang diadopsi ke dalam budaya Bali.
Cerita-cerita yang dimainkan di antaranya adalah Damarwulan, Ronggolawe,
dan Tantri. Peran-peran utama menggunakan dialog berbahasa Kawi,
sedangkan para punakawan berbahasa Bali. Sering pula para punakawan
menerjemahkan bahasa Kawi ke dalam bahasa Bali biasa.
Suling dalam
gambuh yang suaranya sangat rendah, dimainkan dengan teknik pengaturan nafas
yang sangat sukar, mendapat tempat yang khusus dalam gamelan yang mengiringi
gambuh, yang sering disebut gamelan “pegambuhan”. Gambuh mengandung kesamaan
dengan “opera” pada teater Barat karena unsur musik dan menyanyi mendominasi
pertunjukan. Oleh karena itu para penari harus dapat menyanyi. Pusat kendali
gamelan dilakukan oleh juru tandak, yang duduk di tengah gamelan dan berfungsi
sebagai penghubung antara penari dan musik. Selain dua atau empat suling,
melodi pegambuhan dimainkan dengan rebab bersama seruling. Peran yang paling
penting dalam gamelan adalah pemain kendang lanang atau disebut juga kendang
pemimpin. Dia memberi aba-aba pada penari dan penabuh.
13. Arja
Arja
merupakan jenis teater tradisionalyang bersifat kerakyatan, dan
terdapat di Bali. Seperti bentuk teater tradisi Bali lainnya, arja merupakan
bentuk teater yang penekanannya pada tari dan nyanyi. Semacam gending yang
terdapat di daerah Jawa Barat (Sunda), dengan porsi yang lebih banyak diberikan
pada bentuk nyanyian (tembang). Apabila ditelusuri, arja bersumber dari gambuh
yang disederhanakan unsur-unsur tarinya, karena ditekankan pada tembangnya.
Tembang (nyanyian) yang digunakan memakai bahasa Jawa Tengahan dan bahasa Bali
halus yang disusun dalam tembang macapat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil
dari uaraian diatas, yaitu: teater diartikan sebagai segala hal yang
dipertunjukkandidepan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan
sederhana teater adalah pertunjukan. misalnya ketoprak, ludruk,
wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan
lain sebagainya
3.2 Saran
Dalam penulisan atau pembuatan makalah ini ada beberapa
saran yang dapat dicantumkan disini. Dalam penciptaan seni musik hendaknya
disisipkan nilai – nilai moral, sehingga secara otomatis terdapat pembelajaran
yang bernilai positif bagi perkembangan tiap orang yang mendengarkannya
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=pengertian+teater+menurut+para+tokoh&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a
http://www.e-bookspdf.org/download/jenis-teater-modern-tradisional.html
https://www.google.com/search?q=berbagai+contoh+teater&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a#q=contoh-contoh+teater+indonesia&rls=org.mozilla:id:official
http://seninusantaraelly.blogspot.com/2013/02/10-seni-teater-tradisional.html
http://www.bimbingan.org/contoh-teater.html
https://www.google.com/search?q=contoh+teater+mancanegara&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a#q=kumpulan+teater+mancanegara&revid=1482920426&rls=org.mozilla:id:official
http://adina-111.blogspot.com/2013/12/bab-10-teater-mancanegara.html
http://www.e-bookspdf.org/download/jenis-teater-mancanegara.html