Makalah Seni Teater
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Dan juga bapak Syafwan Effendi S.Sn
tanpa bimbingan nya kami tidak akan pernah sampai disini .
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang beberapa cerita teater di Indonesia, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang beberapa cerita teater di Indonesia, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Tugas ini memuat tentang “TEATER” , Teater adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang.
Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teeater dalam arti sempit adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehiudpan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis.
Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru Seni Budaya yaitu Ibu Hasni yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya tulis.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun Karya tulis ini ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Kasui, 05 Mei 2017
Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang. Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan teater tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.
Disini kami mengangkat tema seni teater tentang kehidupan seorang
wanita yang mencoba melawan segala ketidakadilan yang dialaminya, mencoba
melawan itu semua walau ia hanya seorang wanita . mungkin kisah ini sebagian
besar pernah dialami oleh para TKW di Indonesia, apa yang mereka lakukan dan
apa reaksi orang orang terhadap mereka . Tetapi sebelum itu mari kita kupas
lebih dalam lagi tentang teater, demi mendukung seni teater INDONESIA.
Pengertian teater
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia
bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual
keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan
kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam
tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni
teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa
seni teater itu? bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara
kita. Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang
banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan
sebagainya.
Arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakanx diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media :
percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah
tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan
tarian.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan
Sejarah perkembangan teater di Indonesia
Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang
berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang
menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain
(aktif) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu
memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat
l angsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus
membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan.
Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama dengan istilah teater.
1. Teater Tradisional
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di
Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai
sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur
teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater
tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan
ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada
saat itu, yang disebut “teater”, sebenarn ya baru merupakan unsur-unsur
teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah
melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk
suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat
lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia
sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan
oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung
kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater
tradisional lahir.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang wong, lenong, randai, drama gong,arja,ubrug,ketoprak, dansebagainya.
2. Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode
saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain.
Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model
garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan.
Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai
ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau
outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan
menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung
pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan
teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional
berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda
di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang
hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung
Schouwburg pada tahun 1821
(Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya pada tahun 1891, yang pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti budaya dan teater Barat (Eropa), yang pada saat itu masih belum menggunakan naskah drama/lakon. Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal sastra lakon dengan diperkenalkannya lakon yang pertama yang ditulis oleh orang Belanda F.Wiggers yang berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw Giok Lan lewat Karina Adinda, Lelakon Komedia Hindia Timoer (1913), dan lain-lainnya, yang menggunakan bahasa Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama.
Unsur-unsur teater menurut urutannya
* Tubuh manusia sebagai
unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
* Gerak sebagai unsur
penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak bunyi
dan gerak rupa)
dan gerak rupa)
* Suara sebagai unsur
penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran)
* Bunyi sebagai efek
Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
* Rupa sebagai unsur
penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum
* Lakon
sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi
dan narasi)
* Teater sebagai hasil
karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia sebagai
unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan penjalinnya. Dan dapat
dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni.
Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya
a. Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh
masyarakat kalangan pedesaan , bentuk teater ini punya karakter bebas tidak
terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku,
sifat nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak
dll.
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang
dilingkungan keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan
dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat
artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan
yang dekat dengan dewa-dewa. Contoh;teater wayang
c. Teater Urban atau kota-kota. Teater ini Masih
membawa idiom bentuk rakyat dan keraton teater jenis
ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya
kelompok-kelompok baru dalam masyarakat dan sebagai
produk dari kebutuhan baru sebagai fenomena modern dalam seni
pertunjukan diIndonesia
d. Teater kontemporer,yaitu
teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe melainkan
sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk
tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater
ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater
secara serius mengabdikan hidupnya pada teater
dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater untuk
mewujudkan teater Indonesia masa kini.
Sebagian besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan berteater
yang tumbuh dan berkembang secara turun menurun. Kegiatan ini masih bertahan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang erat hubungannya dengan budaya agraris
(bertani) yang tidak lepas dari unsur-unsur ritual kesuburan, siklus kehidupan
maupun hiburan. Misalnya : untuk memulai menanam padi harus diadakan upacara
khusus untuk meminta bantuan leluhur agar padi yang ditanam subur, berkah dan
terjaga dari berbagai gangguan. Juga ketika panen, sebagai ucapan terima kasih
maka dilaksanakan upacara panen. Juga peringatan tingkat-tingkat hidup
seseorang (kelahiran, khitanan, naik pangkat/ status dan kematian dll) selalu
ditandai dengan peristiwa-peristiwa teater dengan penampilan berupa
tarian,nyanyian maupun cerita, dengan acara,tatacara yang unik danmenarik
Teater sebagai seni kolektif
Teater merupakan seni yang cukup istimewa, dalam proses pembuatan
karya pun sangat panjang dengan latihan (fisik/mental) serta melibatkan orang
banyak atau berbagai kelompok yang membutuhkan kerja sama sehingga mewujudkan
suatu karya yang maksimal. Adapun orang-orang yang terlibat
langsung adalah actor/aktris, sutradara, produser, manager, art director dan
penata teknis. Teater merupakan karya seni yang istimewa
karena kisahnya yang menunjukan kehidupan didunia atau masyarakat sehari-hari
yang dapat dinikmati oleh media audio visual. Teater juga
karya seni gabungan dari berbagai seni, yaitu seni gerak atau peran, seni suara
dan seni sastra.
Teater sebagai Imitasi Kehidupan
1.
Ciri-ciri
teater sebagai imitasi kehidupan Plot atau alur cerita sebagai bentuk kehidupan
manusia Adanya suatu action sebagai pelukisan hidup manusia Adanya hubungan
bahasa pentas dan sastra Pemeran (penokohan atau perwatakan) Konflik manusia
merupakan dasar lakon Dialognya banyak berorientasi pada dialog hidup
masyarakat
2.
Ciri-ciri
peran dramatis dalam pertunjukan teater Peran merupakan kreasi yang dilakukan
oleh actor atau aktris Peran yang dibawakan bersifat alamiah dan wajar Peranan
penyutradaraan dalam menciptakan struktur penyajian teater Sutradara
yaitu orang yang mengoordinasikan segala anasir Pementasan. Sejak
latihan dimulai sampai selesai. Maka dari itu sutradara harus menguasai
segi artistic dan segi teknis pementasan. Adapun tugas dan peranan sutradara
adalah :
-> Memilih pemain
-> Menjelaskan
penafsiran lakon kepada pemain
-> Menyusun rencana
pembiayaan
-> Mendiskusikan
rancangan tata panggung, tata rias, dan tata cahaya
-> Menyusun program
teaterikal
-> Melatih para pemain
-> Mewujudkan lakon di
atas pentas
-> Memberikan dorongan
moral dan mengamati pertunjukan selama pertunjukan Berlangsung
Persiapan Pementasan Teater
1. Pemilihan peran
Aktor dan aktris merupakan tulang
pementasan. Pemilihan actor atau aktris biasanya disebut
casting. Ada lima macam teknik casting yaitu: Casting by ability, yaitu
pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran
yang sama atau mendekati peran yang dibawakan Casting
ti type, yaitu pemilihan peran berdasarkan atas kecocokan fisik
pemain Antitype casting, yaitu pemilihan peran bertentangan
dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan (berlawanan
dengan watak dan cirri fisiknya sendiri)
Casting to emotional temperament, yaitu pemilihan pemeran
berdasarkan observasi kehidupan pribadi calon pemeran
Therapeutic casting, yaitu pemilihan pemeran dengan maksud untuk
penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologi dalam diri
seseorang
2. Mengadaptasikan karakter peran
sesuai casting Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan tuntutan lakon
drama. Sejauh mana keterampilan seseorang actor dalam
berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya
sendiri dan memasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakannya
3. Hal yang harus
diperhatikan oleh pemeran:
a. Kreasi yang dilakukan actor
atau aktris
b. Peran yang dibawakan harus
bersifat Alamiah dan wajar
c. Peran yang dibawakan harus
disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasan.
d. Peran yang dibakan harus
diosesauikan dengan periode tertentu dan watak yang harus
direpresentasikan.
4. Menunjukan pola permainan (blocking)
Dalam seni peran setiap tokoh harus mampu memerintah badan, suara,
emosi dan semua situasi dramatic. Ia harus mampu membantu dan mengontrol. Adapun contoh permainan (blocking) gerak-gerak pokok yang harus disiapkan oleh pemeran, yaitu:
emosi dan semua situasi dramatic. Ia harus mampu membantu dan mengontrol. Adapun contoh permainan (blocking) gerak-gerak pokok yang harus disiapkan oleh pemeran, yaitu:
a. Latihan tubuh
b. Latihan suara
c. Observasi dan imajinasi
d. Latihan konsentrasi
e. Latihan teknik
Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana
1) Memerankan karakterisasi peran Karakter
berkaitan erat dengan penokohan dan perwatakan. Watak tokoh menjadi
nyata terbaca dalam dialog dan catatan samping.
Berdasarkan peranan terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung
cerita.
b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penentang
cerita.
c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu (baik
untuk protagonis maupun
antagonis).
antagonis).
Berdasarkan peranannya dalam tokoh serta fungsinya, terdapat tokoh-tokoh
sebagai berikut:
a. Tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan
gerakan lakon. Tokoh sentral merupakan biang keladi
pertikaian (protagonist dan antagonis).
b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang
tokoh sentral. Dapat juga disebut perantara tokoh sentral
(tritagonis).
c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran
pelengkap atau tambahan dari mata rantai cerita.
2). Mementaskan teater Nusantara
Pementasan teater merupakan kerja atau karya kolektif.
Keberhasilan suatu pementasan tidak hanya ditentukan oleh
sutradara, tetapi juga melibatkan berbagai unsur secara serentak
dan kelompok yang mendukung pementasan. Adapun orang-orang yang terlibat
dalam pementasan:
a. Aktor atau aktris sebagai tokoh yang
memerankan langsung cerita.
b. Sutradara, yaitu pekerja teater yang bertugas
memimpin actor atau aktris dan pekerja teknis dalam pementasan.
c. Produser yang bertugas memberikan biaya pementasan
d. Manager yang mengatur pelaksanaan pementasan.
e. Penata pentas yaitu yang mengatur penghidupan
peran di pentas, pengaturan pentas seperti pengaturan pentas,
dekorasi, Tata lampu
(lighting), tata suara, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pentas\
(lighting), tata suara, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pentas\
f. Penata artistic, yaitu yang mengatur
secara artistic hal-hal yang banyak berhubungan dengan pemenyasan
secara langsung, seperti tata rias, tata busana, tata musik dan
efek suara.
Untuk mementaskan teater Nusantara, selain adanya kerja sama yang baik di segala pihak, kita pun harus menentukan cerita apa yang akan dimainkan. Hal tersebut berkaitan dengan cerita di Nusantara, misalnya Ande-ande Lumut, Si Kabayan, Jaka Tarup, Bawang Merah Bawang Putih, terjadinya Gunung Tngkuban Perahu, Danau Toba.
Peran seni teater dalam lingkup sosial masyarakat
Pertunjukkan teater rakyat tidak hanya untuk hiburan masyarakat
penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat
tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan
yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok
masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan
kehidupan politik.
Semua itu tercermin dalam bentuk garapan teaternya. Bentuk-bentuk garapan teater rakyat selalu dan merupakan cerminan kehidupan sosial. Apa yang diungkapkan dalam garapan teaternya adalah suasana hati, perasaan, dan nurani, serta keadaan jiwa. Oleh karena itu, teater merupakan media ungkap seniman teater sebagai wakil dari nurani masyarakat pendukungnya.
Berikut fungsi-fungsi teater dalam lingkup sosial masyarakat.
a. Teater berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan ide-ide keindahan (presentasi estetis). Manusia bisa tersentuh oleh ungkapan-ungkapan seniman lewat media teater. Bagaimana indahnya hidup rukun dengan sesama dan bagaimana indahnya hidup berdampingan dengan alam. Kadang-kadang, ide-ide itu tidak semuanya menyenangkan penonton. Bisa saja penonton setelah melihat pertunjukkan teater merasa benci, marah, takut, haru, atau sedih. Semua perasaan itu luruh menjadi perasaan tunggal, yaitu indah (estetis). Menonton sebuah pertunjukkan teater adalah belajar menafsirkan ide-ide apa yang dikomunikasikan oleh seniman teater kepada khalayak. Oleh sebab itu, penonton dituntut untuk tidak hanya menggunakan emosinya dalam menyaksikan pertunjukkan, tetapi juga pikirannya agar bisa mengambil hikmah dari apa yang telah disaksikannya. Dalam sebuah pertunjukkan, selalu ada tema, isi, serta pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Menonton adlah proses belajar memahami gagasan atauide yang disampaikan oleh orang lain (seniman). Jika kamu tidak paham, pertunjukkan teater tersebut tiada bermanfaat. Oleh sebab itu untuk memahami sebuah pertunjukkan, kamu harus sering menonton pertunjukkan teater agar hati dan pikiranmu terasa menerjemahkan sebuah karya drama.
b. Teater berfungsi untuk alat propaganda, misalnya
program-program pemerintah, propaganda politik, atau program-program
yayasan tertentu yang berhubungan dengan jasa layanan masyarakat.
Program-program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah sering
dititipkan pada pertunjukkan teater rakyat. Misalnya, menyosialisasikan
program Keluarga Berencana (KB), sadar hukum, disiplin nasional, bebas
narkoba, atau hidup sederhana.
Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Tetaer juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang sutradaranya. Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak dalam hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.