Makalah Kandungan Surah Al Kafirun Yunus dan Al Kahfi
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita egois,
kita mempunyai pendapat namun pendapat kita haruslah diterima oleh orang lain.
Atau terkadang kita memaksakan kehendak terhadap orang lain untuk mau melakukan
hal yang sama dengan kita.
Untuk menghindari itu semua, kita harus mempunyai
sikap toleransi, sikap tenggang rasa, agar tidak terjadi rasa saling tidak suka
antar sesama. Jika toleransi ada dalam setiap diri kita, Insya Allah dalam
bergaul di lingkungan baik sekolah maupun masyarakat akan menjadi lebih baik.
Untuk itulah kami mengangkat tema toleransi dalam
makalah ini. Semoga dapat diterima dan dapat dijadikan inspirasi untuk berbuat
lebih baik.
B. TUJUAN
DAN MANFAAT
1. Tujuan
a. Menambahkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. ;
b. Agar
lebih dapat meneladani sikap Rasulullah SAW. ;
c. Menambah
wawasan ;
d. Agar
mengetahui lebih dalam mengenai toleransi ;
e. Menerapkan
toleransi dalam kehidupan sehari-hari ;
f. Menghadirkan
sikap toleransi dalam bergaul.
2. Manfaat
a. Menambah
keilmuan tentang ajaran Islam ;
b. Dapat
memahami materi toleransi ;
c. Hati
menjadi tenang dengan adanya sikap toleransi ;
d. Lebih
menghargai suatu hal apapun ;
e. Mempunyai
pendirian kuat dengan tidak merendahkan orang lain ;
BAB
II
TOLERANSI
DALAM KEHIDUPAN
A. PENGERTIAN
TOLERANSI
Toleransi adalah sikap tenggang rasa, menghargai,
membiarkan, atau membolehkan oran lain untuk berpendapat atau berpendirian yang
berbeda dengan dirinya.
Toleransi bahasa Arabnya adalah tasamuh yang
artinya sama-sama berlaku baik, lemah lembut, dan saling pemaaf. Dalam
pengertian umum, toleransi adalah sikap akhlak terpuji dalam pergaulan.
B. TOLERANSI
DALAM ISLAM
Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap
sinkretis. Pemahaman yang sinkretis dalam toleransi beragama merupakan
kesalahan dalam memahami arti tasâmuh yang berarti menghargai,
yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan yang batil (talbisu
al-haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis adalah sikap yang menganggap
semua agama sama. Sementara sikap toleransi dalam Islam adalah sikap menghargai
dan menghormati keyakinan dan agama lain di luar Islam, bukan menyamakan atau
mensederajatkannya dengan keyakinan Islam itu sendiri.
Sikap toleransi dalam Islam yang berhubungan dengan
akidah sangat jelas yaitu ketika Allah SWT. memerintahkan kepada Rasulullah
SAW. untuk mengajak para Ahl al-Kitabuntuk hanya menyembah dan
tidak menye-kutukan Allah swt.
C. AYAT
AL-QUR’AN & HADITS YANG MENJELASKAN TOLERANSI
1. Q.
S. Al-Kafirun(109) : 1-6
Artinya
:
1) Katakanlah
(Muhammad), “Wahai orang-orang kafir !
2) Aku
tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
3) dan
kamu bukan penyembah apa yang kamu sembah,
4) dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5) dan
kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah,
6) Untukmu
agamau, dan untukku agamaku.
Asbabun
nuzul
Salah satu riwayat menyebutkan bahwa sekelompok pemuka
kafir Quraisy datang menemui Rasulullah SAW.. Kedatangan mereka untuk mengajak
Rasulullah bersekutu dalam segala hal, termasuk dalam peribadahan. Mereka akan
menyembah apa yang beliau sembah, beliau pun diminta menyembah apa yang mereka
sembah. Bahkan mereka akan menganngkat beliau sebagai pemimpin. Dengan adanya
peristiwa tersebut, maka turunlah wahyu Allah SWT., yaitu Q.S. Al-Kafirun.
Pada ayat 2 dan 4, Rasulullah SAW. menegaskan bahwa
beliau tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang disembah orang kafir, yaitu
berhala. Dan pada ayat 3 dan 5 Rasulullah SAW., juga menegaskan bahwa orang
kafir pun tidak akan pernah menjadi penyembah apa yang beliau sembah, yaitu
Allah SWT.
Pada ayat 6 Rasulullah SAW. menegaskan bahwa orang
kafir tetap pada agamanya dan beliau bersama kaum muslimin tetap pada agama
tauhid. Dengan demikian, ayat 6 ini sebagai landasan hukum adanya tasamuh dalam
beragama.
Kandungan
Surah
a. Kebenaran
itu sumbernya dari Allah SWT. ;
b. Manusia
diberi kebebasan memilih mau beriman atau kafir bagi orang yang beriman dan
beramal sholeh disediakan Surga dan bagi orang yang kafir disediakan neraka ;
c. Jika
manusia memilih kafir dan melepaskan keimanan maka berarti mereka telah
melakukan kezhaliman.
2. Q.
S. Al-Bayinah(98) : 1-8
Artinya
:
1) Orang-orang
kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak
akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
2) (yaitu)
seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang suci
(Al-Qur’an),
3) di
dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar),
4) Dan
tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang kepada
mereka bukti yang nyata.
5) Padahal
mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
(menjalankan) agama, dan juga agar melaksnakan sholat dan menunaikan zakat, dan
yang demikian itulah agama yang lurus (benar),
6) Sungguh,
orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk)
ke neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah
sejahat-jahat makhluk.
7) Sungguh,
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk.
8) Balasan
mereka di sisi Rabb mereka ialah surga ‘adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap
mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Rabbnya.
Asbabun
Nuzul
Sebenarnya, prinsip nabi-nabi terdahulu ialah sama
dengan prinsip agama Islam yaitu ketauhidan dengan melaksanakan segala perintah
dan menjauhi segala larangan Allah SWT.. Meskipun agama yang dibawa nabi
terdahulu sama dengan Islam, tetapi syariatnya berbeda-beda. Misalnya dalam
menjalankan kewajiban dan tata cara beribadah.
Surah Al-Bayinah yang berkaitan dengan toleransi
adalah ayat 1-2 . Kedua ayat ini menjelaskan sikap tegas yang dimiliki oleh
orang-orang kafir dari golongan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang
musyrik. Mereka menyatakan tidak akan meninggalkan ajaran agama mereka sampai
datang keterangan yang nyata. Keterangan itu adalah nabi akhir zaman yang
mereka dambakan akan memancarkan lembaran-lembaran suci sebagai pedoman hidup.
Mereka menganggap bahwa peribadatan yang mereka lakukan saat itu benar sehingga
mereka mempertahankannya. Dengan demikian, sikap tegas mereka sebagai bukti
dimilikinya fanatisme beragama.
Mereka sangat berharap nabi akhir zaman yang mereka
tunggu-tunggu itu berasal dari golongan mereka, yaitu bani Israil. Akan tetapi,
Allah SWT. mengutus nabi yang terakhir bukan dari golongan bani Israil,
muncullah rasa iri pada diri mereka. Upaya untuk membunuh Rasulullah SWT. dan
menghancurkan umat Islam selalu mereka lakukan. Hal ini akan berlangsung hingga
akhir zaman.
3. Q.
S. Al-Kahfi(18) : 29
Artinya
:
Dan
katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, barangsiapa
menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki
(kafir) biarlah dia kafir. “Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi
orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan
(minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan
wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling
jelek.
Kandungan
Surah
a. Kebenaran
itu sumbernya dari Allah SWT. ;
b. Manusia
diberi kebebasan memilih mau beriman atau kafir bagi orang yang beriman dan
beramal sholeh disediakan Surga dan bagi orang yang kafir disediakan neraka ;
c. Jika
manusia memilih kafir dan melepaskan keimanan maka berarti mereka telah
melakukan kezhaliman.
4. Q.
S. Yunus(10) : 40-41
Nåk÷]ÏBur `¨B ß`ÏB÷sã ¾ÏmÎ/ Nåk÷]ÏBur `¨B w ÚÆÏB÷sã ¾ÏmÎ/ 4 y7/uur ÞOn=÷ær& tûïÏÅ¡øÿßJø9$$Î/ ÇÍÉÈ bÎ)ur x8qç/¤x. @à)sù Ík< Í?yJtã öNä3s9ur öNä3è=yJtã ( OçFRr& tbqä«ÿÌt/ !$£JÏB ã@yJôãr& O$tRr&ur ÖäüÌt/ $£JÏiB tbqè=yJ÷ès? ÇÍÊÈ
Artinya
:
40) Dan
diantara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur’an), dan diantaranya
ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Rabbmu lebih
mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41) Dan
jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah “Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap yang
aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu
kerjakan.
Kandungan
surah
a. Ada
golongan umat manusia yg beriman terhadap al-qur'an dan ada yg tdk beriman
kepada Al-Qur'an ;
b. Allah
SWT. mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang
bertakwa kepada Allah SWT. dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat
durhaka kepada Allah SWT. ;
c. Orang-orang yang
beriman kepada Allah SWT. harus yakin bahwa Tasul Allah SWT. yang terakhir
adalah Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur'an adalah kitab suci yg harus dijadikan
pedoman umat manusia sampai akhir zaman.
5. Hadits
Di
dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau bersabda :
حَدَّثَنِا
عبد الله حدثنى أبى حدثنى يَزِيدُ قَالَ أنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ
دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ
لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ
إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ.
[Telah
menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad
bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata;
Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh
Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang
lurus lagi toleran)]"
D. TOLERANSI
ANTAR UMAT BERAGAMA
1. Kaitan
toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim
Berkaitan dengan hubungan toleransi dengan
persaudaraan sesama Muslim, dalam hal ini Allah SWT. Berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
[Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat].
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa orang-orang
mukmin bersaudara dan memerintahkan untuk melakukan islah (mendamaikannya
untuk perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman di antara
mereka atau kelompok umat Islam.
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum,
terlebih dahulu dengan mensikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin)
terjadi pada keluarga dan saudara sesama muslim. Sikap toleransi dimulai
dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya
perbedaan dan menyadari bahwa semua adalah bersaudara, maka akan timbul rasa
kasih sayang, saling pengertian yang pada akhirnya akan bermuara pada sikap
toleran. Dalam konteks pengamalan agama, Al-Qur’an secara tegas
memerintahkan orang-orang mukmin untuk kembali kepada Allah SWT. dan
sunnah Rasulullah SAW.
2. Kaitan
toleransi dengan mu’amalah antar umat beragama
Toleransi antar umat beragama dapat dimaknai sebagai
suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain dengan
memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah)
masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun
tidak beribadah dari satu pihak ke pihak lain. Sebagai implementasinya dalam
praktek kehidupan sosial dapat dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi
yang paling hakiki adalah sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari
hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak.
Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling
memulia-kan dan saling tolong-menolong. Hal ini telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. saat beliau dan para sahabat sedang berkumpul, lewatlah
rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi Muhammad saw. langsung
berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka
orang Yahudi, ya Rasul?” Nabi saw.. menjawab “Ya, tapi mereka manusia juga”.
Hadis ini hendak menjelaskan bahwa, bahwa sisi akidah atau teologi
bukanlah urusan manusia, melainkan urusan Allah SWT. dan tidak ada kompromi
serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan urusan mu’amalah antar sesama tetap
dipelihara dengan baik dan harmonis.
Saat Umar bin Khattab ra. memegang amanah sebagai
khalifah, ada sebuah kisah dari banyak teladan beliau tentang toleransi, yaitu
saat Islam berhasil membebaskan Jerusalem dari penguasa Byzantium pada Februari
638 M. Tidak ada kekerasan yang terjadi dalam ‘penaklukan’ ini. Singkat
cerita, penguasa Jerusalem saat itu, Patriarch Sophorinus, “menyerahkan
kunci” kota dengan begitu saja. Suatu ketika, khalifah Umar dan Patriarch
Sophorinus menginspeksi gereja tua bernama Holy Sepulchre. Saat
tiba waktu shalat, beliau ditawari Sophronius shalat di dalam gereja itu. Umar
menolak seraya berkata, “Jika saya shalat di dalam, orang Islam sesudah saya
akan menganggap ini milik mereka hanya karena saya pernah shalat di situ.”
Beliau kemudian mengambil batu dan melemparkannya keluar gereja. Di tempat batu
jatuh itulah beliau kemudian shalat. Umar kemudian menjamin bahwa gereja
itu tidak akan diambil atau dirusak sampai kapan pun dan tetap terbuka untuk
peribadatan umat Nasrani.
3. Tidak
ada toleransi dalam akidah
Mengenai sistem keyakinan dan agama yang berbeda-beda,
Al-Qur’an menegaskan:
قُلْ
يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ وَلَا
أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُلَكُمْ دِينُكُمْ
وَلِيَ دِينِ
[Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukku agamaku].
Latar belakang turunnya ayat ini (asbấb an-nuzủl),
ketika kaum kafir Quraisy berusaha membujuk Rasulullah saw., "Sekiranya
engkau tidak keberatan mengikuti kami (menyembah berhala) selama setahun, kami
akan mengikuti agamamu selama setahun pula." Setelah Rasulullah SAW.
membacakan ayat ini kepada mereka maka berputus-asalah kaum kafir Quraisy,
sejak itu semakin keras sikap permusuhan mereka kepada Rasulullah SAW.. Dua
kali Allah swt. memperingatkan Rasulullah SAW. : "Aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak menyembah Tuhan yang aku sembah."
Artinya, umat Islam sama sekali tidak boleh melakukan peribadatan yang diadakan
oleh non-muslim, dalam bentuk apapun.
Ayat ini menegaskan, bahwa semua manusia menganut
agama tunggal merupakan suatu keniscayaan. Sebaliknya, tidak mungkin manusia
meng-anut beberapa agama dalam waktu yang sama atau mengamalkan ajaran dari
berbagai agama secara simultan. Oleh sebab itu, Al-Qu’ran menegaskan bahwa umat
Islam tetap berpegang teguh pada sistem ke-Esaan Allah secara mutlak, sedangkan
orang kafir pada ajaran ketuhanan yang ditetapkannya sendiri.
Dalam kondisi sekarang, maka melakukan do'a bersama
orang-orang non-muslim (istighasah), menghadiri perayaan Natal,
mengikuti upacara pernikahan mereka atau mengikuti pemakaman mereka merupakan
cakupan dari surah Al-Kafirun. Semua hal itu tidak boleh diikuti umat Islam,
karena berhubungan dengan akidah dan ibadah. Orang-orang non-muslim juga tidak
ada gunanya mengikuti peribadatan kaum muslimin, karena sama sekali tidak ada
nilainya dihadapan Allah SWT.
Dalam memahami toleransi, umat Islam tidak boleh salah
kaprah. Toleransi terhadap non-muslim hanya boleh dalam aspek muamalah
(perdagangan, industri, kesehatan, pendidikan, sosial, dan lain-lain), tetapi
tidak dalam hal akidah dan ibadah. Islam mengakui adanya perbedaan, tetapi
tidak boleh dipaksakan agar sama sesuatu yang jelas-jelas berbeda.
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW. merupakan
teladan yang baik dalam implementasi toleransi beragama dengan merangkul semua
etnis, dan apapun warna kulit dan kebangsaannya. Kebersamaan merupakan salah
satu prinsip yang diutamakan, yang terkait dengan karakter moderasi dalam
Islam, di mana Allah swt berkeinginan mewujudkan masyarakat Islam yang moderat,
sebagaimana firman-Nya :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ
شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً
[Dan
demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu].
E. PENERAPAN
TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Tidak
memaksakan keyakinan kepada orang lain kerena tidak dibenarkan oleh agama dan
akal sehat ;
2. Sabar
dalam menghadapi sikap orang-orang yang mendustakan Islam, sebagaimana rasul
terdahulu ;
3. Bersahaja
dalam melaksanakan dakwah, tidak mengikuti jalan pikiran objek dakwah ;
4. Bebas
menjalin hubungan dengan non muslim selama tidak menyangkut masalah akidah dan
ibadah
F. HIKMAH
BERTOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Menghargai
kepada sesama ciptaan Allah SWT. ;
2. Menghindari
terjadinya perpecahan ;
3. Memperkokoh
silaturahmi dan menerima perbedaan ;
4. Tenggang
rasa dan suka menolong kepada orang lain ;
5. Menciptakan
kehidupan masyarakat yang aman dan damai ;
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan pada pembahasan,
maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Toleransi
adalah sikap memberikan kemudahan, berlapang dada, mendiamkan, dan menghargai ;
2. Islam
merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian yang terpenting,
sikap ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah interaksi sosial sebagaimana
yang ditunjukkan dari sikap Rasulullah SAW. terhadap non muslim pada zaman
beliau masih hidup ;
3. Sikap
toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain dengan tidak
bersikap sinkretis yaitu dengan menyamakan keyakinan agama lain dengan
keyakinan Islam itu sendiri, menjalankan keyakinan dan ibadah masing-masing ;
4. Sikap
toleransi tidak dapat dipahami secara terpisah dari bingkai syariat, sebab jika
terjadi, maka akan menimbulkan kesalah pahaman makna yang berakibat
tercampurnya antara yang hak dan yang batil ;
5. Ajaran
toleransi merupakan suatu yang melekat dalam prinsip-prinsip ajaran Islam
sebagaimana terdapat pada iman, islam, dam ihsan.
B. SARAN
Terapkan sikap toleransi pada setiap diri kita agar
terciptanya kerukunan dan kedamaian dalam lingkungan kehidupan. Bertoleransi bukan berarti kita tidak peduli terhadap
orang lain, melainkan menanamkan sikap yang positif untuk menghargai orang
lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Rasdiyana,
S.Ag. Buku Ajar Al-Qur’an dan Hadits Untuk Mts. Solo : Putra
Kertonatan
-------------.Yasmina
Al-Qur’an dan Terjemah special for women. Bandung : Syaamil Qur’an