tips mengatasi masalah ketika menyusui ala dr. Avie Andriyani
MASALAH KETIKA MENYUSUI
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menysui. Masalah- masalah yang sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.
Payudara
Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan,
payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu
disebut engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di
vena dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak
disekresi. Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena
alasan nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi,
keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh
karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga
tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin
tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI
yang disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna
hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan
sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti
ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali
dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara
bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut :
- Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan
- Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi)
- Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
- Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
- Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi
- Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara
- Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu
- Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudara
Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara.
Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat
kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu
terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai
pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
1. Puting Susu Datar
Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari
di belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak,
berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol
karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting
datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
2. Puting Susu terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau
masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di
bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran
susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil
atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk
atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah
berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat
dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada
bayi dengan sendok/pipet/gelas.
Puting Susu Nyeri Dan Lecet
Puting susu nyeri
pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut :
- Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
- Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu
- Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
- Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah
memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut
bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting
di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah. Untuk menghindari
puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat yang dapat mengiritasi.
- Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
- Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
- Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari sebab- sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
Saluran Susu Tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu
keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang
disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu
ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang
berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera
dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus
dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu
tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain :
- Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis)
- Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
- Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena
dapat berlanjut menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri
dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu
kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting
susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak
pada payudara.
Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang
menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi
pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat.
Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang
bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak lebih merah,
payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu
dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam
payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan
pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang
nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik
(demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam
menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu
ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu
memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga statis dapat
dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya abses payudara.
Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi
abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan
menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap,
benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak
lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini perlu segera
diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan
tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian
antibiotik dosis tinggi dan anlgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi
dihentikan untuk menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah
sembuh dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada
payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).
Air Susu Ibu
Kurang
Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai
cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula
atau makanan tambahan sangat besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering
menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun
produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut
di atas tapi terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi
yang baik, cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan
kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya
maka akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Hal
ini dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali
penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai
dengan usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi
sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.
Bayi Bingung Puting
Istilah bingung puting dipakai untuk menggambarkan
keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu formula dalam
botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Mekanisme menyusu dan minum dari
botol sangat berlainan. Untuk menyusui bayi memerlukan usaha yang
"lebih" dari minum susu dari botol. Pada saat menyusu pada ibu, bayi
mempergunakan otot-otot pipi, gusi, palatum durum (langit-langit) dan lidah
untuk menarik dan mengurut puting serta areolanya untuk membentuk suatu
"dot", kemudian ditekan oleh gusi atas dan bawah sehingga sinus
laktiferus tertekan dan keluarlah ASI. Selanjutnya, dengan gerakan yang teratur
ASI diisap dan ditelan. Tidak demikian halnya dengan bayi yang mendapat minuman
dari botol, sebab dot mempunyai lubang sehingga tanpa berusaha keras bayi dapat menelan susu karena susu dapat terus keluar tanpa diisap. Oleh sebab
itulah kenapa bayi yang terbiasa minum dari botol (dot) akan sulit dan enggan
menyusu dari ibunya. Ibu yang menggunakan botol dan dot biasanya beralasan produksi
ASI-nya kurang, atau ibu sakit, misalnya payudaranya bengkak, puting susu nyeri
atau lecet dan sebagainya.
Tanda-tanda bayi bingung puting antara lain :
- Bayi mengisap puting seperti mengisap dot
- Waktu menyusu, bayi mengisapnya terputus-putus atau tersendat-sendat
- Bayi menolak menyusu ibu
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya bingung puting
adalah sebagai berikut :
- Ibu harus mengusahakan agar bayi hanya menyusu ibu saja
- Ibu harus menerapkan cara menyusui yang benar
- Ibu sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (sesuka bayi)
- Ibu perlu lebih sabar dan lebih telaten ketika menyusui bayi
Bayi Enggan Menyusu
Bayi enggan menyusu perlu mendapat perhatian secara
khusus terutama terhadap bayi dengan gumoh, diare, mengantuk, kuning, dan
kejang-kejang. Bayi dengan gejala tersebut perlu dibawa ke dokter ahli untuk
mendapatkan tindakan medis.
Selain itu, masih
ada penyebab lain bayi enggan menyusu antara lain :
- Hidung tertutup lendir atau ingus karena pilek sehingga sulit mengisap / bernafas
- Bayi dengan sariawan/moniliasis, nyeri untuk mengisap
- Terlambat dimulainya menyusu waktu di Rumah Sakit karena tidak dirawat gabung antara ibu dan anak
- Bayi ditinggal lama karena ibu sakit atau bekerja
- Bayi juga mendapat susu dari botol selain dari menyusu ibunya
- Bayi dengan prelacteal feeding atau mendapatkan makanan tambahan terlalu dini
- Tehnik menyusui ibu yang salah
- ASI kurang lancar atau terlalu deras (memancar)
- Bayi dengan frenulum linguae (tali lidah) pendek / short tongue tie
Penanggulangan bayi enggan menyusu sebagai berikut :
- Apabila bayi pilek, ibu diajarkan cara membersihkan lubang hidung
- Berikan pengobatan bila mulut bayi sakit sariawan/moniliasis
- Berikan lebih banyak kesempatan kepada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih mengenal sifat/cirinya.
- Ibu perlu tahu tehnik menyusu yang benar
- Sebaiknya ibu tidak memberi prelacteal feeding (makanan tambahan) yang terlalu dini pada bayi
- Apabila ASI keluar terlalu deras/memancar, keluarkan ASI sedikit sebelum menyusu baru kemudian bayi disusukan dengan posisi agak tegak/berdiri.
- Bila ASI kurang lancar, sebaiknya menyusui lebih lama dan lebih sering (sesuka bayi) serta pada waktu menyusui posisi kepala bayi lebih didekatkan pada payudara, tangan ibu menahan kepala bayi agar tetap pada posisinya. Dengan begitu, ASI bisa keluar lebih sempurna.
- Tindakan operatif pada frenulum linguae yang pendek
Bayi Sering Menangis
Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga bila
bayi sering menangis pasti ada sebabnya. Kita perlu mencari sebabnya agar dapat
diambil tindakan yang tepat. Penyebabnya bisa karena bayi lapar, takut,
kesepian , bosan, kesepian, popok basah/kotor, atau karena sakit.
Delapan puluh persen dari penyebab tersebut di atas dapat
ditanggulangi dengan menyusukan bayi dengan tehnik yang benar. Di samping itu,
tentu saja dengan mengatasi sebab-sebabnya seperti mengganti popok yang basah,
membelai bayi supaya tenang, dan membawanya ke dokter jika memerlukan
penanganan karena sakitnya.