Mengukur Level Puasa Ramadhan Kita

Persiapan Diri Menjelang Puasa Ramadhan

Berikut beberapa keistimewaan puasa dan beberapa tingkatan orang yang berpuasa. Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT berfirman:


يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ وَلَخَلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, orang yang berpuasa meninggalkan syahwatnya, makanannya, dan minumannya karena-Ku, dan puasa adalah tameng bagi yang menjalankannya.
Sesungguhnya bagi orang yang puasa terdapat dua kebahagiaan: ketika ia berbuka dan ketika ia berjumpa dengan Tuhannya, dan sungguhn bau mulut orang yang berpuasa lebih harum bagi Allah dibandingkan dengan bau misk.”  (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Ahmad)
Hadis qudsi adalah hadis yang di dalamnya Rasulullah Saw menyampaikan firman Allah dalam bahasa lisan Rasul sendiri, bedanya dengan Alquran adalah Alquran disampaikan baik secara makna dan lafad dari Allah SWT. Hadis di atas sangat jelas ada semacam garansi langsung dari Allah bahwa puasa berbeda dengan ibadah lainnya, karena puasa adalah untuk Allah, maka Allah yang akan membalasnya.
Beberapa garansi tersebut adalah: balasan langsung dari Allah, puasa akan menjadi perisai atau tameng bagi orang yang menjalankannya, mendapatkan dua kebahagiaan, ketika berbuka dan ketika bertemu Allah (di hari kiamat nanti) dan yang terakhir bau mulut orang yang berpuasa sangat harum di sisi Allah dibandingkan dengan parfum paling harum sekalipun.
Karena puasa adalah ibadah khusus, maka ia pun memiliki tingkatannya masing-masing. Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) membagi tingkatan orang yang berpuasa ke dalam tiga tingkatan.

1. Puasa orang awam atau umum (shaum al-‘umum)

Puasa orang awam atau orang pada umumnya adalah menahan perut dan nafsu dari memuaskan syahwatnya, tidak lebih dari itu.

2. Puasa orang yang khusus (shaum al-khushus)

Disamping menahan hawa nafsu untuk makan dan minum serta berhubungan badan, puasa pada level ini juga diwujudkan dengan menahan telinga, mata, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan untuk melakukan perbuatan dosa. Tingkatan ini lebih tinggi dari tingkatan pertama.
Tingkatan ini biasa ditempati oleh orang-orang saleh karena mereka tidak hanya akan menahan makan, minum dan berhubungan badan tetapi mereka adalah orang-orang yang akan menjaga lisan mereka dari berkata dusta, menggunjing, bergosip, dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya. Demikian pula mata dan seluruh anggota tubuh mereka.

3. Puasa orang khusus yang khusus (shaum khusus al-khusus)

Yakni puasa yang dilakukan juga dengan hati, menahan hati untuk tidak tertarik dengan kehebohan duniawi dan pikiran-pikiran duniawiyah, serta menahan diri dari memikirkan, berbuat selain untuk Allah SWT. Pada tingkatan ini sudah barang tentu seseorang melampau tingkatan yang pertama dan kedua. Tingkatan ketiga ini biasa ditempati oleh para sufi yang terlatih melalui riyadhahnya untuk tidak memikirkan hal-hal duniawi.
Demikian beberapa tingkatan puasa menurut al-Ghazali. Oleh sebab Allah SWT yang membalas langsung puasa kita, sudah siapkah kita meningkatkan level puasa kita minimal sampai ke level dua? Dan tentu saja dengan mengikut sertakan seluruh anggota tubuh kita untuk berpuasa? Semoga Allah membalas semua ibadah puasa kita dengan sebaik-baik balasan. Amin.

Subscribe to receive free email updates: