cerita untuk anak muslim cerdas Nabil dan Anjing Laut
Nabil
tengah menonton televisi, suatu hari setelah kembali ke rumah dari sekolah. Ada
program dokumenter di sebuah saluran. Nabil senang sekali menonton dokumenter
tentang binatang-binatang yang tak pernah dilihatnya dalam kehidupannya
sesungguhnya. Kali ini, program itu bercerita tentang anjing laut. Nabil duduk
menghadap televisi, dan mulai menonton penuh minat.
Namun
tiba-tiba, ia merasa dingin. Ia memperhatikan sekelilingnya dan menyadari bahwa
sekarang, ia tengah berada di dalam gambar TV. Tepat di sebelahnya ada seekor
anjing laut yang baru saja disaksikannya di layar televisi!
“Halo!”
katanya, sedikit menggigil, pada si anjing laut. “Dingin betul di sini, apa
kamu tidak merasakan itu?”
“Kamu
pasti baru di sini!” jawab anjing laut. “Selalu dingin di sini. Paling hangat
suhunya 23 derajat Fahrenheit (minus 5 derajat Celsius), bahkan di musim panas.
Suhu seperti ini cocok buatku, karena kami, anjing-anjing laut, suka pada udara
dingin. Kami tidak pernah merasa (kedinginan). Mengapa bisa demikian? Itu
berkat bulu-bulu kami, jubah luarbiasa ini, yang telah diberikan Allah kepada
kami! Tentu saja, lemak di badan kami juga membantu melindungi kami melawan
dingin.”
“Ibumukah yang ada di sana?” Nabil menunjuk
seekor anjing laut yang lebih besar pada jarak kejauhan. “Kupikir, ia
mencarimu. Panggillah ia, dan biarkan ia tahu di mana kamu berada, kalau kamu
suka ...”
Anjing
laut itu meneruskan. “Kami, anjing laut, hidup dalam kumpulan yang besar. Dan,
ya, kami mirip sekali satu sama lain. Tetapi, Ibu kami tidak pernah bingung
membedakan kami dengan anjing laut lain. Inilah kemampuan yang diberikan Allah
padanya. Begitu bayinya lahir, sang Ibu memberinya ciuman selamat datang. Karena
ciuman inilah, ia mengenali bau bayinya, dan tidak pernah mencampurkannya
dengan bau bayi lainnya. Inilah salah satu rahmat Allah yang tidak terhitung,
yang telah diberikanNya pada kami. Kami bersyukur pada Allah yang Maha Kuasa,
karena Ia memberi Ibu kami kemampuan untuk mengenali kami di antara kerumunan
tempat kami tinggal.”
Ada hal
lain yang ingin ditanyakan Nabil. “Aku ingat pernah membaca bahwa kamu
menghabiskan sebagian besar waktumu di air. Jadi, bagaimana kalian belajar
berenang?”
Teman
barunya menjelaskan. “Allah menciptakan kita semua sesuai dengan
keadaan-keadaan tempat kita hidup, dan membuat kita siap untuk semua itu.
Seperti Ia menciptakan unta sesuai dengan kondisi-kondisi gurun, Ia juga
menciptakan kami sesuai dengan kondisi-kondisi dingin ini. Adalah kehendak
Allah bahwa kami terlahir dengan tubuh yang dilengkapi oleh selapis lemak yang
disebut lemak bayi. Badan kecil kami tetap hangat berkat lemak ini. Dan karena
lapisan lemak lebih ringan daripada air, maka lemak tersebut bertindak sebagai
sejenis pelampung ketika Ibu-Ibu kami mengajari kami berenang. Setelah dua
minggu belajar berenang, kami betul-betul menjadi perenang dan penyelam yang
hebat.”
“Jadi, Allah menciptakan sabuk pengaman yang
istimewa di dalam tubuh kalian, sehingga kalian bisa belajar berenang! Alangkah
hebatnya!”
“Itu
benar,” kata si anjing laut kecil. “Setiap makhluk hidup yang diciptakanNya
begitu sempurna merupakan bukti bahwa Allah memiliki kekuasaan atas segala
sesuatu.”
Persis
pada saat itu, Nabil dibangunkn oleh ciuman hangat di pipi, dari Ibunya.
Dokumenter di televisi masih berlangsung. Nabil teringat mimpi yang baru
dialaminya. Ia tersenyum pada si anjing kecil di layar televisi.
... Jika kaucoba untuk menghitung
rahmat Allah, engkau tak akan pernah mampu menghitungnya ... (Surat
Ibrahim: 34)
0 Response to "cerita untuk anak muslim cerdas Nabil dan Anjing Laut"
Post a Comment