cerita untuk anak muslim cerdas Hamid dan Bangau Berkaki Panjang
Hamid adalah anak laki-laki
yang sangat rajin dan ceria. Ia sangat tertarik pada burung-burung, dan ingin
mengetahui segala sesuatu tentang mereka dengan baik. Terkadang ia merawat
burung-burung di rumahnya, tapi kemudian dibiarkannya mereka pergi. Ia sangat
menyukai kebebasan burung-burung itu. Suatu hari di musim semi, Hamid melihat
sekumpulan burung berkaki panjang terbang bersama-sama. Langsung ia berlari ke
teras rumahnya untuk memperhatikan mereka lebih dekat lagi. Sesampainya di
luar, ia melihat dua ekor dari sekumpulan burung itu telah mendarat di atap
rumah. Ia sangat gembira melihat mereka. Dilambaikannya tangannya, dan
dipanggilnya burung-burung itu.
“Halo, Hamid. Kuharap kami
tidak menyulitkanmu dengan mendarat di sini. Kami ingin sekali
berbincang-bincang denganmu, dan mengenalmu,” kata salah satu burung dari
pasangan itu.
“Dengan senang hati,” kata
Hamid. “Aku suka sekali pada semua burung, sangat suka. Dapatkah kalian
ceritakan sedikit padaku tentang diri kalian?”
“Tentu saja,” balas burung
pertama. “Kami adalah bangau. Kami merupakan burung-burung yang bermigrasi
dengan sayap-sayap seputih salju yang merentang sepanjang 3.5-5 kaki (atau satu
sampai satu setengah meter), ditambah ekor hitam yang panjang. Warna merah pada
paruh kami, dan kaki panjang kami, membuat penampilan kami tampak menarik.”
Hamid setuju. “Kamu betul-betul
tampak cantik!”
“Apa yang paling diperhatikan orang pada diri
kami adalah gaya terbang kami,” bangau itu melanjutkan. “Kami terbang dengan
paruh mengarah lurus ke depan, sementara kaki-kaki kami lurus ke belakang. Ini
membuat kami mampu terbang lebih cepat dengan memanfaatkan udara.”
Hamid ingin tahu, “Dan, kemana
kalian bepergian sekarang?”
“Setiap tahun kami bermigrasi
dalam kumpulan-kumpulan besar, Hamid, karena kami tak dapat berdiam di
tempat-tempat yang dingin. Dengan melakukan penerbangan ini, kami juga membawa
kabar baik pada orang-orang tentang mendekatnya hari-hari musim panas yang
hangat. Selama musim panas berlangsung,
kami tinggal di sepanjang wilayah luas yang merentang dari Eropa ke Afrika
Utara, dan dari Turki ke Jepang. Ketika cuaca mulai mendingin, kami bermigrasi
ke belahan bumi selatan, ke Afrika tropis dan India.”
Hamid bingung, “Tapi, bagaimana
kalian mengetahui saat-saat ketika cuaca mulai mendingin?”
Bangau itu tersenyum. “Itu
betul-betul pertanyaan bagus. Tentu saja, jawabannya adalah bahwa Allah
mengajari kami. Kami semua, pada waktu yang sama, merasakan kebutuhan untuk
berpindah ke negara-negara yang hangat. Allah membuat kami merasakan itu.
Adalah Allah yang memperlihatkan kami cara-cara terbang, dan ketika musim gugur
kembali datang, Ia memastikan bahwa kami dapat kembali melintasi jarak ribuan
mil dan menemukan kembali rumah lama kami. Allahlah dengan inspirasiNya yang
mengajari kami semua ini.”
“Menarik sekali! Kalian dapat bepergian jauh
dan kembali, lalu menemukan sarang lama kalian tanpa membuat kesalahan,
seakan-akan kalian memiliki kompas di tangan,” kata Hamid terkesan.
Bangau itu meneruskan, “Tentu
saja, jenis ingatan yang kuat seperti ini, dan kemampuan menemukan arah yang
baik, semuanya merupakan hasil penciptaan Allah yang luarbiasa, yang
memberikanNya pada kami.”
Hamid punya pertanyaan lain
pada teman barunya, “Kalian ‘kan
tinggal di dekat manusia?”
“Iya,” jawab temannya. “Kami
membuat sarang-sarang kami di atap-atap rumah. Dan kami membangun sarang-sarang
di puncak pepohonan serta cerobong asap ...”
Bangau
lain kemudian berdiri dan berkata, “Maaf, Hamid, kami harus melanjutkan
perjalanan.”
Hamid
menyaksikan teman-teman barunya tampak mengeci,l dan kian mengecil, ketika
mereka melanjutkan perjalanannya.
0 Response to "cerita untuk anak muslim cerdas Hamid dan Bangau Berkaki Panjang"
Post a Comment