MAKALAH HUBUNGAN INTERNASIONAL INDONESIA DENGAN AMERIKA
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
- Hubungan Indonesia dan Amerika
Dalam hubungan internasional, Indonesia mengadakan
hubungan dengan hampir semua negara di dunia dan dengan berbagai lembaga
internasional yang penting, salah satunya adalah Amerika Serikat. Hal itu tidak
lepas dari kenyataan bahwa AS adalah negara dengan kekuasaan besar dan bahkan
menjadi satu-satunya adikuasa.
Hubungan Indonesia – AS cukup kompleks. Hal itu
disebabkan oleh banyak faktor, baik yang bersumber dari hakikat dan sifat
Indonesia sebagai Negara-bangsa maupun sifat dan perkembangan AS sebagai
Negara-bangsa.
Ketika belum merdeka bangsa Indonesia pada umumnya
mempunyai pandangan amat positif terhadap Amerika. Itu disebabkan oleh banyak
hal, antara lain karena AS dianggap bukan negara penjajah seperti Belanda yang
menjajah Indonesia. AS juga dinilai positif karena orang Indonesia mendengar
atau membaca betapa di AS banyak peluang untuk maju bagi semua orang. Banyak
yang mengetahui cerita tentang orang-orang Eropa yang meninggalkan tanah asalnya
untuk membuat kehidupan yang lebih baik di Amerika. Juga kenyataan bahwa AS
adalah negara yang kuat dan kaya turut membangun citra positif dalam pikiran
orang Indonesia terhadap Amerika.
Namun dalam masa pendudukan tentara Jepang atas
Indonesia dalam Perang Dunia 2 Bung Karno sering berpidato yang kurang positif
terhadap AS. Hal itu antara lain keluar dalam seruan yang cukup sering
diucapkannya, yaitu Amerika Kita Seterika, Inggris Kita Linggis!. Akan
tetapi seruan demikian lebih banyak karena usaha Bung Karno untuk mengamankan
bangsa Indonesia dari tindakan dan perlakuan Jepang yang kejam. Itu sebabnya
Indonesia setuju ketika pimpinan Komisi Tiga Negara yang bertugas menengahi
konflik Indonesia-Belanda dipegang oleh AS, dengan Australia dan Belgia sebagai
anggota Komisi lainnya. Namun pandangan positif bangsa Indonesia terhadap
Amerika tidak sepenuhnya terbalas oleh sikap serta penilaian serupa dari
Amerika terhadap Indonesia.
Dalam masa perang dingin Indonesia telah menentukan
untuk menganut politik luar negeri yang bebas-aktif. Itu berarti bahwa
Indonesia tidak berpihak kepada blok Barat maupun blok Komunis, tetapi
mengambil sikap sama jauh dengan landasan kepentingan nasional. Sudah tentu
sikap Indonesia itu tidak disenangi AS maupun Uni Soviet, terutama karena
posisi geopolitik dan geostrategi negara Indonesia Itu merupakan alasan kuat
bagi AS untuk lebih memihak Belanda sebagai anggota blok Barat dari pada
mendukung Indonesia yang bersifat netral.
Dalam perkembangan selanjutnya hubungan Indonesia-AS tidak
menjadi lebih mudah. Perang Dingin makin menguat sedangkan Indonesia telah
menetapkan diri sebagai negara non-blok yang menganut politik luar negeri
bebas-aktif. Bagi AS sikap non-blok (non-alignment) dinilai amoral,
sebagaimana dinyatakan John Foster Dulles, menteri luar negeri
AS pada tahun 1950-an. Mengingat pentingnya Indonesia dalam konstelasi
internasional, baik karena jumlah penduduknya yang besar (pada tahun 1950-an
sudah sekitar 150 juta orang), banyaknya sumberdaya alam yang dikandung buminya
maupun karena berada di posisi silang yang amat strategis antara dua samudera
dan dua benua, maka blok Barat dan khususnya AS berkepentingan Indonesia berada
di pihaknya menghadapi blok Komunis.
Hubungan Indonesia dengan AS mengalami perubahan
positif ketika pada tahun 1965 Indonesia dapat mengalahkan pemberontakan
komunis kedua dan mengakhiri riwayat Partai Komunis Indonesia (PKI) yang telah
menjadi partai komunis terbesar di dunia di luar negara komunis. Meskipun
selalu ada insinuasi, baik dari pihak pendukung PKI maupun dari AS sendiri,
bahwa tindakan Indonesia itu merupakan hasil dari pengaruh AS, namun dalam
kenyataan Indonesia telah bertindak sepenuhnya karena kehendak sendiri untuk
menyelamatkan kepentingan nasionalnya. Namun demikian, Indonesia tetap negara
non-blok dengan politik luar negeri bebas aktif.
Kemenangan AS dalam perang dingin dan runtuhnya Uni
Soviet membawa AS pada ambisi untuk memimpin Dunia atau malahan menjadi
satu Empire yang menguasai dunia. Sikapnya terhadap dunia
makin keras untuk mengikuti kehendaknya. Kalau sebelumnya AS berhati-hati
sikapnya terhadap negara lain, khususnya non-blok, karena khawatir negara itu
berpihak kepada blok Komunis, setelah kemenangannya AS tidak perlu lagi
khawatir dan dapat mengambil sikap keras sesuai kepentingannya. Perubahan sikap
AS itu mau tidak mau juga berpengaruh terhadap hubungannya dengan Indonesia.
Tidak mungkin kepentingan AS yang cenderung kepada perwujudan hegemoni dunia,
akan terus sama atau sejajar dengan Indonesia yang menganut politik bebas
aktif. Sebab itu dalam periode tahun 1990-an makin nampak bahwa AS kurang
menyukai perkembangan Indonesia dan berusaha mempengaruhi terjadinya perubahan
sesuai dengan kepentingannya.
Itu terbukti ketika Indonesia mengalami Krisis Moneter
pada tahun 1997. IMF yang boleh dikatakan dikendalikan pemerintah AS bukannya
membantu Indonesia mengatasi masalahnya. Sebaliknya banyak keputusan IMF
malahan makin mempersulit Indonesia, sebagaiman juga dikatakan oleh pengamat
internasional. Malahan ada yang mengatakan bahwa mungkin saja krisis ekonomi di
Asia Timur diciptakan AS demi kepentingannnya. Akibatnya terjadi kegagalan
ekonomi kepemimpinan Soeharto pada tahun 1998. Maka Indonesia tidak hanya
diliputi krisis ekonomi, tetapi juga krisis politik.
Maka terbuka peluang yang lebar bagi AS untuk
mewujudkan kehendaknya, yaitu mempengaruhi perkembangan di Indonesia sesuai
dengan kepentingannya.
Sikap Amerika terhadap Indonesia makin tajam ketika
negara itu mengalami serangan pada 11 September 2001 terhadap World Trade
Center di New York dan Pentagon, sedangkan penyerangnya adalah teroris Islam
yang bergabung dalam organisasi Al Qaeda di bawah pimpinan Osama bin Laden.
Meskipun Indonesia menyatakan dukungannya kepada AS yang kemudian
melancarkan War on Terrorism, namun hubungan menjadi makin sulit.
Hal itu terutama disebabkan karena Indonesia adalah negara dengan penduduk
Muslim terbanyak di dunia dan telah terjadi perkembangan yang kurang baik pada
sementara warga Muslim Indonesia. Ternyata telah terbentuk organisasi Jemaah
Islamiyah di Asia Tenggara yang melibatkan warga Msulim Indonesia, baik sebagai
pimpinan maupun anggota. Dan nyata sekali bahwa ada hubungan dekat antara
Jemaah Islamiyah dan Al Qaeda.
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memahami dan mengetahui bagaimana hubungan komunikasi Internasional antara
Indonesia dan Amerika yang sudah berjalan lamanya. Serta membuat penulis
menjadi tahu bagaimana campur tangan negara Amerika terhadap Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Reshuffle Kabinet
Dalam sistem presidensial, reshuffle kabinet atau
perombakan adalah istilah informal untuk suatu peristiwa yang terjadi ketika
kepala pemerintahan melakukan perubahan komposisi menteri di kabinet mereka.
Pembentukan kabinet juga merupakan salah satu cara yang paling penting bagi
seorang kepala pemerintah untuk merubah tatanan kabinetnya, Hal ini sering
terjadi setelah pemilihan umum, bahkan jika pihak yang berkuasa dipertahankan.
Reshuffle kabinet mengandung beberapa arti yaitu :
- Pemerintah tampak menyadari dan sekaligus
mengakui bahwa timnya sudah tidak bekerja sesuai dengan rencana. Harus ada
tindakan, agar kendaraan yang ditumpangi rakyat tidak kejeblos ke jurang.
- Pemerintah peduli pada keresahan rakyat yang
tidak sabar lagi menunggu adanya perubahan. Lalu mencoba memperbaiki
penampilannya. Karena tidak cukup hanya membawa kendaraan ke tujuan,
tetapi juga memelihara perasaan penumpangnya (rakyat) agar tetap nyaman.
- Pemerintah membuktikan memiliki cita-cita sama
dengan rakyat. Mencapai keadaan yang lebih baik. Bukan hanya sekadar
berkuasa.
Wajah baru, secara psikologis memang memberikan
harapan. Tetapi bisa juga sebaliknya, menambah perasaan runyam. Dalam sepak
bola, bila ketika pelatih memasukkan pemain cadangan, ia memakai perhitungan.
Bukan hanya sekadar penyegaran komposisi, tetapi terapi terakhir yang
memungkinkan timnya menang. Pilihan pelatih kadang kala bertentangan dengan
harapan suporter. Tetapi pelatih tidak perlu mendengarkan suara suporter. Dia
yang paling tahu bagaimana caranya untuk menang. Kinerja nalurinya jadi
andalan.
Celakanya, di kepala rakyat, reshuffle berbunyi
lain. Bukan hanya sekadar pergantian pemain, tapi perubahan hasil.
Di awal reshuffle rakyat bisa
terhibur sementara, kalau komposisi kabinet sesuai dengan seleranya. Tapi pada
akhirnya mereka akan tetap menuntut perubahan pencapaian. Bahkan yang awalnya
mencak-mencak protes akan bersorak mendukung, kalau kinerja tim baru ternyata
afdol.
Reshuffle sebenarnya
adalah saat yang indah. Saat terjadi dialog yang intensif antara rakyat dan
pemerintah. Dialog yang tidak lagi mempergunakan kata-kata, tetapi tindakan.
Saat yang menunjukkan bahwa rakyat dan pemerintah masih terkait satu cita-cita,
mengejar kepentingan bangsa dan negara.
Banyak sarat diperlukan agar sebuah dialog produktif.
Pertama, mesti jujur. Kedua, berani jujur. Ketiga, tetap jujur. Bahwa ada
kepentingan, tidak bisa dilenyapkan. Tetapi kejujujuran, akan mengawal tidak
boleh ada kepentingan lain selain kepentingan rakyat dan negara di forum nasional.
Sebuah tim tidak mungkin bekerja maksimal tanpa
mengibarkan satu bendera yang sama. Karenanya, memang kerja tim akan memerlukan
beberapa pengorbanan. Tetapi pengorbanan yang sama sekali tidak ada artinya,
kalau tujuan yang dikejar kelak bisa tercapai. Bahkan semua pengorbanan itu
akan menjadi sebuah kebanggaan.
Baik rakyat yang penuh dengan harapan, maupun
pemerintah yang bertugas untuk mewujudkan harapan itu, saling berpegangan
tangan. Reshuffle bukan hanya pergantian atau pergeseran
tetapi sekaligus perubahan pencapaian.
Kelak, reshuffle tidak lagi akan
merupakan indikasi dari kerja kabinet yang buruk. Tapi kobaran semangat untuk
mencapai yang terbaik. Negeri ini, tidak cukup hanya bebas dari utang, korupsi
dan berbagai penyimpangan, tapi sepantasnya menjadi negeri yang “kerta raharja,
gemah-ripah loh jinawi”.
Di suatu masa kelak, reshuffle bukan
lagi saat pembersihan atau pembuangan bagi anggota kabinet yang rapornya merah.
Saat itu hanya merupakan penukaran ujung panah pada setiap kementerian, untuk
lebih mengoptimalkan lagi pencapaian yang sudah cukup optimal.
Seperti pelatih yang menarik pemain andalannya dari
lapangan, agar bisa istirahat, sebab kemenangan sudah tidak akan berubah lagi.
Atau seperti sepak bola ala Amerika yang tim bertahan dan tim menyerangnya
berganti-ganti sesuai kebutuhan lapangan.
2.2 Kepentingan Amerika Terhadap Reshuffle
Kabinet
Meski pendiri Wikileaks, Julian Assange, telah diburu
dan ditahan oleh interpol, namun bocoran-bocoran berita Wikileaks tetap terus
mengalir. Berita terakhir yang kita dengar, ada sekitar 1.860 dokumen kawat
diplomatik yang bocor ke publik, diantaranya tentang sikap dan arah kebijakan
para menteri di Kabinet Indonesia Bersatu.
Seperti biasanya bocoran dari Wikileaks itu sesuatu
yang tidak mengenakan serta membuka aib orang. Bila bocoran sebelumnya,
menyebut Ibu Negara Ani Yudhoyono turut menggunakan kekuasaannya untuk
memperkaya diri. Bahkan, Ibu Negara disebut broker dan melakukan bisnis dengan
sejumlah pengusaha Indonesia. Bocoran yang muncul sekarang adalah banyaknya
menteri yang pro terhadap kepentingan Amerika Serikat. Menteri-menteri yang pro
Amerika Serikat itu seperti Hatta Rajasa, Endang Rahayu Sedyaningsih, Sri
Mulyani, Mari Elka Pangestu, Marty Muliana Natalegawa, Djoko Suyanto, dan MS
Hidayat.
Dengan bocoran tersebut maka membuka mata kita bahwa
selama ini arah dan kebijakan pembangunan kita disetir oleh Amerika Serikat.
Tentu hal ini merugikan kita karena kita tidak bebas menentukan arah
pembangunan. Toh kalau pembangunan itu sukses, keuntungannya bukan untuk rakyat
namun untuk Amerika Serikat dikutip dari wikileaks.
Mengapa menteri-menteri itu mau menjadi boneka Amerika
Serikat? Ini disebabkan karena ketidakmandirian ekonomi Indonesia sehingga
semuanya tergantung kepada Amerika Serikat atau negara asing lainnya. Dominasi
Amerika Serikat selama beberapa dekade membuat banyak negara, termasuk
Indonesia, secara tidak sadar terperangkap dan tersedot menjadi bagian dari
kepentingan ekonomi Amerika Serikat dengan posisi sebagai pasar. Banyaknya
bantuan Amerika Serikat kepada Indonesia, dari berbagai hal, membuat kita
merasa tidak enak bila tidak menuruti kata-kata kepentingan Amerika Serikat.
Meski dikatakan dominasi Amerika Serikat akan berakhir
dan kemungkinan Indonesia tidak tergantung lagi, itu suatu hal yang tidak
tepat. Sebab posisi itu akan diganti oleh negara lain. Dan peluang itu ada pada
China. Buktinya Indonesia tidak bisa berbuat banyak ketika dipaksa membeli
pesawat MA-60 buatan Xi’an Aircraft Industry China. Lagi-lagi pembelian pesawat
itu juga terkait dengan menteri yang mempunyai hubungan khusus dengan China.
Disebut Indonesia membeli 15 pesawat dengan nilai USD161 juta. Pembelian ini
hasil pinjaman dari Bank Of China. Pesawat berkapasitas 56 penumpang ini
dihargai sekira USD11 juta per unit.
Untuk menghadapi agar pemerintahan kita tidak
dikendalikan atau menjadi negara boneka dari Amerika Serikat dan negara asing
lainnya, maka kiat yang ditempuh adalah menumbuhkan sikap berani mengatakan
tidak bagi kepentingan asing yang tidak sesuai dengan arah pembangunan.
Salah satu bocoran dari Wikileaks itu adalah Amerika
Serikat tidak suka dengan Menteri Pertanian dalam Kabinet Indonesia I, Anton
Apriyantono. Anton Apriyantono tidak disukai oleh negeri Paman Sam itu karena
berani berkata tidak terhadap kepentingan Amerika Serikat di Indonesia yang
merugikan dunia pertanian. Sikap demikianlah yang seharusnya layak untuk
dilakukan.
Selain berani bersikap tegas perlunya membangun
kemandirian bangsa dari segala hal. Potensi itu ada, namun karena sudah masuk
perangkap negara lain, mau enaknya saja, dan ketergantungan kepada negara lain
memberikan keuntungan bagi oknum-oknum tertentu, maka potensi itu menjadi
hilang.
Sebagai negara yang besar dan kaya dengan berbagai
sumber alam sebenarnya Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, namun
karena faktor seperti diungkapkan di atas, yakni sudah masuk perangkap negara
lain, mau enaknya saja, dan ketergantungan kepada negara lain memberikan
keuntungan bagi oknum-oknum tertentu, maka semua yang ada menjadi percuma.
Sangat naif kalau dikatakan Indonesia tidak bisa
berdiri di kaki sendiri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kita lihat Cuba
dan Korea Utara saja, meski dengan keterbatasannya mereka mampu menjadi negara
yang mandiri dan lepas dari oknum-oknum asing di negaranya. Cuba yang sejak
tahun 1960-an diembargo Amerika Serikat namun Presiden Cuba Fidel Castro tetap
mampu membangun negaranya. Di tengah embargo itu, Cuba mampu membuat rakyatnya
sehat. Buktinya dari data Unicef tahun 2008, Cuba berhasil menurunkan angka
kematian bayi (setiap 1000 kelahiran) dari 37 pada tahun 1960 menjadi 4,7 pada
tahun 2008. Bandingkan angka ini dengan Kanada (5), AS (6), México (29),
Argentina (14), Haiti (60), Brasil (19), Colombia (17). Demikian pula Korea
Utara, dengan ideologi juche atau berdiri di kaki sendiri mampu menjadi sebuah
negara yang mempunyai kekuatan militer yang tangguh.
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan
jumlah kekayaan alam yang melimpah sebenarnya faktor itu bisa digunakan untuk
bargaining dengan pihak-pihak asing. Iran misalnya, dengan minyak yang
dimilikinya bisa mendikte negara-negara lain. Melimpahnya para tenaga kerja
dari Indonesia ke Malaysia, dan negara-negara Arab, faktor ini bisa digunakan
untuk tawar menawar. Buktinya Malaysia dan negara-negara Arab sempat
kelimpungan ketika pengiriman jasa tenaga kerja hendak dihentikan. Hal-hal
demikianlah yang seharusnya dikedepankan oleh Indonesia daripada sekadar
menuruti apa maunya kepentingan asing yang tidak memberi banyak manfaat bagi
rakyat Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan
Indonesia dan Amerika sudah lama terjalin, dan campur tangan Amerika dalam
berbagai hal sudah merugikan negara kita. Seperti hal nya dalam campur tangan
amerika terhadap reshuffle Kabinet. Dominasi Amerika Serikat selama beberapa
dekade membuat banyak negara, termasuk Indonesia, secara tidak sadar
terperangkap dan tersedot menjadi bagian dari kepentingan ekonomi Amerika Serikat
dengan posisi sebagai pasar.
Ketika tidak ada keseimbangan kekuatan dunia, maka
hegemoni kepentingan Amerika Serikat menjadi-jadi sehingga tidak hanya menteri
saja yang bisa disetir namun presidennya pun bisa diatur dan disetir. Banyak
negara-negara di dunia, khususnya di Timur Tengah, Amerika Serikat dengan
kesewenang-wenangnya mengatur negara lain.
3.2 Saran
Seharusnya Indonesia berani bersikap tegas untuk
perlunya membangun kemandirian bangsa dari segala hal. Potensi itu ada, namun
karena sudah masuk perangkap negara lain, mau enaknya saja, dan ketergantungan
kepada negara lain memberikan keuntungan bagi oknum-oknum tertentu, maka
potensi itu menjadi hilang.
Dengan melimpahnya para tenaga kerja dari Indonesia ke
Malaysia, dan negara-negara Arab, faktor ini bisa digunakan untuk tawar
menawar. Buktinya Malaysia dan negara-negara Arab sempat kelimpungan ketika
pengiriman jasa tenaga kerja hendak dihentikan. Hal-hal demikianlah yang
seharusnya dikedepankan oleh Indonesia daripada sekadar menuruti apa maunya
kepentingan asing yang tidak memberi banyak manfaat bagi rakyat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/18047125/MAKALAH-PKN
http://intanghina.wordpress.com/2008/06/03/hubungan-bilateral-indonesia-dan-jerman/
Amerika
http://www.scribd.com/doc/49622978/HUBUNGAN-BILATERAL-INDONESIA-DAN-AMERIKA-tio