MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN PALA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditas pala merupakan komoditas
penting dan potensial Dalam perekonomian nasional. Penting karena menjadi
penyumbang pendapatan utama antara lain bagi petani di wilayah Timur Indonesia,
khususnya di daerah sentra produksi pala. Potensial karena mampu mensuplai
60-75% kebutuhan pangsa pasar dunia serta mempunyai banyak manfaat baik dalam
bentuk mentah ataupun produk turunannya. Disamping hampir semua bagian buahnya
dapat dimanfaatkan, pala termasuk tanaman yang mempunyai keunggulan komparatif
alamiah karena berumur panjang, daunnya tidak pernah mengalami musim gugur
sepanjang tahun sehingga baik untuk penghijauan dan dapat tumbuh dengan
pemeliharaan minim. Dengan demikian potensi pala cukup kompetitif dan dapat
diandalkan dalam membantu pertumbuhan perekonomian di daerah sentra produksi.
Bagian tanaman pala yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah biji buah
dan fulinya yang digunakan sebagai bahan industri minuman, makanan, farmasi dan
kosmetik. Pengusahaan
tanaman pala di Indonesia merupakan pertanaman rakyat dan sudah sejak
lama diusahakan. Pada tahun 2011 luas areal tanaman pala 122.585 Ha dengan
jumlah produksi 22.252 ton. Indonesia merupakan negara pengekspor pala terbesar
di dunia. Perkembangan volume ekspor biji pala Indonesia selama 5 (lima) tahun
terakhir (2005– 2009) mengalami fluktuasi, ekspor terendah pada tahun 2010
sebesar 14.186 ton dengan nilai US$ 86.096.000. Bentuk komoditas pala yang
diekspor oleh Indonesia adalah dalam bentuk biji pala, fuli, dan pala glondong.
Oleoresin pala umumnya
diproduksi oleh negara- negara pengimpor biji pala seperti Singapura, Amerika
Serikat dan negara- negara di Eropa Barat. Pengolahan lebih lanjut dari biji
dan fuli pala menjadi oleoresin di dalam negeri akan meningkatkan nilai tambah
produk dan memperluas lapangan kerja. Ekspor komoditas pala dalam bentuk
oleoresin memang sangat menguntungkan, karena handling-cost-nya rendah
(volume-nya relatif kecil dan nilai per unitnya lebih tinggi), mudah dilakukan
standarisasi mutu karena dihasilkan oleh industri dan
daya simpannya ( keeping quality ) lebih lama. Untuk beberapa daerah, tanaman pala mempunyai peranan ekonomi dan
sosial yang sangat penting, karena komoditi pala merupakan komoditas unggulan
daerah dan merupakan sumber pendapatan daerah, disamping itu juga banyak petani
yang pendapatannya sangat tergantung dari komoditi pala. Sekalipun Indonesia
merupakan negara pengekspor pala terbesar di dunia, namun secara keseluruhan
mutu pala Indonesia masih kalah di banding mutu pala dari Grenada dan negeri
lainnya. Rendahnya mutu pala tersebut disebabkan banyak faktor antara lain
tanaman yang sedang berproduksi makinm hari makin tua, kurangnya pemeliharaan
praktis jarang dilakukan, produktivitas rendah karena sebagian tanaman
tua/tidak produktif dan belum menggunakan bibit unggul, kelembagaan petani
masih lemah dan mutu produksi rendah.
Untuk dapat bersaing di pasar dunia,
sangat dibutuhkan peningkatan produktivitas dan mutu produk yang memenuhi
standar pasar Internasional. Dalam rangka meningkatkan peran komoditi pala baik
dalam negeri maupun internasional serta untuk meningkatkan kesejahteraan
petani, maka diperlukan upaya yang tepat yaitu melalui
pengembangan tanaman pala di sentra- sentra produksi pengembangan pala. untuk
tahun 2013 salah satu kegiatan yang ditempuh adalah perluasaan tanaman pala di
lokasi sentra dan wilayah pasca bencana bersifat stimulan.
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara pembuatan mikrokapsulasi oleoresin pala
2. Untuk mengetahui cara pembuatan ekstrasi minyak atsiri
dari pala
3. Untuk mengetahui cara pembuatan
oleoresin buah pala
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Atsiri
Minyak atsiri (
essential oil) adalah minyak eteris atau minyak terbang yang memiliki sifat mudah menguap, berbau
khas sesuai dengan bau tanaman
penghasilnya, getir, memabukkan, larut dalam larutan organik namun
tidak larut dalam air. Minyak atsiri
bersum ber dari setiap bagian tanaman yaitu
daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar atau umbi (rizhoma). Minyak atsiri merupakan bahan baku untuk produk farmasi dan
kosmetik alamiah disamping digunakan
sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi
( flavour and fragrance ingredients ). Ada sekitar 80 jenis minyak
atsiri yang diperdagangkan di pasar
internasional. Saat ini Indonesia baru mengekspor sekitar 12 (dua belas) jenis minyak atsiri
antara lain : Minyak Nilam, Minyak Akar
Wangi, Minyak Sereh Wangi, Minyak kenanga, Minyak Kayu Putih, Minyak Sereh Dapur, Minyak Cengkeh, Minyak Cendana,
Minyak Pala, Minyak Kayu Manis, Minyak
Kemukus, dan Minyak Lada
Minyak atsiri adalah
minyak yang dihasilkan oleh tanaman, terdiri dari campuran zat yang mudah
menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda, mempunyai rasa
getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya umumnya larut dalam
pelarut organik dan tidak larut dalam air (Guenther, 1987). Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap
bagian tanaman, yaitu dari daun, bunga,
buah, biji, batang atau kulit dan akar. Pengambilan atau ekstraksi minyak atsiri dari bagian tanaman tersebut
dapat dilakukan dengan cara penyulingan,
pengempaan, ekstraksi menggunakan pelarut, atau adsorbsi dengan lemak tergantung dari jenis tanaman
dan sifat fisiko-kimia minyak atsiri di
dalamnya (Hermani, 2006).
Untuk menilai mutu
suatu minyak atsiri didasarkan pada suatu kriteria atau batasan yang dituangkan dalam standar
mutu. Dalam standar mutu dicantumkan
sifat fisiko-kimia suatu minyak atsiri,
dan sifat tersebut bukan merupakan hal
yang dipaksakan akan tetapi sifat yang memang seharusnya dimiliki oleh tiap
jenis minyak tersebut. Berdasarkan sifat fisik, dapat diketahui keaslian dari komoditi tersebut,
dan dari nilai sifat kimianya dapat
diketahui secara umum komponen kimia yang terdapat dalam minyak
atsiri, dan sifat tersebut menentukan
kaya dan nilai minyak tersebut (Ketaren, 1985).
Pada umumnya minyak
atsiri mempunyai indeks bias (20° C) berkisar
antara 1,460-1,510, sedangkan putara n optiknya berada dalam kisaran
yang cukup luas dan memutar bidang
polarisasi ke kiri atau ke kanan (Rusli
et al .,1976). Nilai bobot jenis
minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada
suhu 15 ° C dan pada umumnya nilai tersebut lebih kecil dari 1,000.
Pada umumnya minyak atsiri larut dalam
alkohol dan pelarut organik lainnya,
kurang larut dalam alkohol encer dengan konsentrasi kurang dari 70%.
Daya larut tersebut lebih kecil jika
minyak mengandung fraksi terpen dalam jumlah
besar (Guenther, 1987).
2.2 Metode Memperoleh Minyak Atsiri
Metode memperoleh minyak atsiri yaitu dapat dengan cara cold pressing
tidak ada panas yang dibutuhkan pada cara ini. Prosesnya adalah penekanan atau
pemerasan. Bahan dasar yang bisa diambil minyaknya dengan pengepresan secara
mekanik biasanya berupa biji-bijian atau kacang-kacangan.
Selain itu, dapat dengan cara kimia fisika yaitu dengan distilasi atau
penyulingan. Prinsipnya distilasi yaitu dengan proses pemisahan
komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih
berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih
komponen-komponen senyawa tersebut. Dan terdapat dua penyulingan yaitu
hidrodestilasi dan fraksinasi.
Pada penyulingan atau destilasi ait, bahan ini akan disuling kemungkinan
mengambang atau mengapung di atas air atau terendam seluruhnya. Terdapat
penyulingan uanp dan air, pada bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan
dalam wadah yang kontruksinya hampir sama dengan dandang pengukus dan uap yang
dialirkan ke kondensor serta dengan penyulingan uap langusng, bahan dialiri
dengan uap yang berasal dari suatu pembangkit uap. Uap yang dihasilkan lazimnya
tekanan yang lebih besar daripada atmosfer, uap yang dihasilkan kemudian
dialirkan kedalam alat penyulingan sehingga minyak atsiri akan menguap terbawa
oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk dikondensasi. Sehingga
metode memperoleh minyak atsiri dapat dengan cara mekanik dan cara kimia fisik
2.3 Oleorisin
Oleoresin
berbentuk padatan atau semipadat dan biasanya lengket. Komposisi oleoresin yang
dihasilkan tergantung dari jenis bahan dan pelarut yang digunakan, demikian juga
banyaknya komponen yang dapat terekstrak. Pengertian oleoresin terkadang sering
disamakan dengan minyak atsiri. Namun, sebenarnya keduanya sangatlah berbeda.
Minyak atsiri dapat dihasilkan dengan cara penyulingan dan hanya mengandung
senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatil oil) yang tersuling dari bahan
serta mempunyai aroma yang kuat. Sedangkan oleoresin diperoleh dengan cara
ekstraksi mempergunakan pelarut organik, sehingga selain mengandung minyak
atsiri juga mengandung resin yaitu bahan yang tidak menguap yang menentukan
rasa khas rempah.
Penggunaan
oleoresin memberikan keuntungan yaitu lebih higienis, steril, dan bebas
bakteri. Oleoresin dapat disimpan dalam waktu yang lama pada kondisi yang tepat
dan sesuai. Selain unggul karena kebersihannya, pemakaian oleoresin mempunyai
keuntungan ekonomi, yaitu lebih hemat dalam pemakaiannya. Oleoresin juga
mempunyai stabilitas terhadap panas yang lebih baik, karena sebagian besar
terdiri dari konstituen yang tidak meguap.
Oleoresin
dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik. Pelarut
dipisahkan dengan penguapan dan membuang bahan yang tidak terpakai. Suhu
ekstraksi perlu diperhatikan agar komponen penting dalam oleoresin tidak rusak.
Rendemen oleoresin yang dihasilkan tergantung pada beberapa faktor antara lain
metode ekstraksi, jenis pelarut, suhu ekstraksi, dan derajat kehalusan
partikel. Jumlah pelarut juga mempengaruhi jumlah oleoresin yang dihasilkan.
Semakin besar volume pelarut, maka jumlah oleoresin yang terambil juga semakin banyak
hingga hasilnya akan bertambah sampai pada titik kejenuhan. Pengolahan biji
pala menjadi oleoresin dapat meningkatkan nilai tambahnya, mengurangi
kerusakan, dan memberikan nilai guna yang besar.
2.4 Pala
Tanaman pala (Myristica fragrans houtt)
adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Tanaman ini
merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun.
Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat
pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk famili Myristicaceaeyang
terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 species (jenis). Tanaman pala merupakan
tumbuhan berbatang sedang dengan tinggi mencapai 18 m, memiliki daun berbentuk
bulat telur atau lonjong yang selalu hijau sepanjang tahun. Pohon pala dapat
tumbuh di daerah tropis pada ketinggian di bawah 700 m dari permukaan laut,
beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000-3.500 mm tanpa mengalami periode
musim kering secara nyata. Daerah penghasil utama pala di Indonesia adalah
Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa
Barat dan Papua.
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki
nilai ekonomis dan multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan
dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala merupakan komoditas ekspor
dan digunakan dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari
biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan
kosmetik.
Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah
tua, berdaging putih. Bijinya berkulit tipis agak keras berwarna hitam
kecokelatan yang dibungkus fuli berwarna merah padam.Buah pala terdiri atas
daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%) dan biji (13,1%).
Secara komersial biji pala dan fuli (mace)
merupakan bagian terpenting dari buah pala dan dapat dibuat menjadi berbagai
produk antara lain minyak atsiri dan oleoresin.Pada prinsipnya komponen dalam
biji pala dan fuli terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, protein, selulosa,
pentosan, pati, resin dan mineral-mineral. Persentase dari komponen-komponen
bervariasi dipengaruhi oleh klon, mutu dan lama penyimpanan serta tempat
tumbuh. Biji pala yang dimakan ulat mempunyai presentase minyak atsiri lebih
tinggi daripada biji utuh karena pati dan minyak lemaknya sebagian dimakan oleh
serangga. Biji pala mengandung minyak atsiri sekitar 2-16% dengan rata-rata
pada 10% dan fixed oil (minyak lemak) sekitar 25-40%., karbohidrat
sekitar 30% dan protein sekitar 6%.
Akhir-akhir ini ada perkembangan baru pemanfaatan
minyak atsiri pala, yaitu sebagai bahan baku dalam aromaterapi. Komponen utama
pala dan fuli yaitu myristicin, elemicin dan isoelemicin dalam
aromaterapi bersifat menghilangkan stress. Di Jepang, beberapa perusahaan
menyemprotkan aroma minyak pala melalui sistem sirkulasi udara untuk
meningkatkan kualitas udara dan lingkungan. Untuktujuan yang sama, akhir-akhir
ini banyak dijumpai penggunaannya dalam bentuk lain yaitu dalam bentuk potpourri,
lilin beraroma, atomizer dan produk-produk pewangi lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Ekstraksi Pala Menjadi Minyak Atsiri
Minyak atsiri pala dapat diperoleh dari penyulingan
biji pala, sedangkan minyak fuli dari penyulingan fuli pala. Minyak atsiri dari
biji pala maupun fuli mempunyai susunan kimiawi dan warna yang sama, yaitu
jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat. Minyak fuli baunya lebih tajam
daripada minyak biji pala. Rendemen minyak biji pala berkisar antara 2–15% (rata-rata
12%), sedangkan minyak fuli antara 7-18% (rata-rata 11%). Bahan baku biji dan
fuli pala yang digunakan biasanya berasal dari biji pala muda dan biji pala tua
yang rusak (pecah). Rendemen dan mutu minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang dapat digolongkan menjadi dua yaitu pra panen dan pasca panen. Faktor pra
panen meliputi jenis (varietas) tanaman, cara budidaya, waktu dan cara panen.
Faktor pascapanen meliputi cara penanganan bahan, cara penyulingan, pengemasan
dan transportasi.
Biji pala yang akan disuling
minyaknya sebaiknya dipetik pada saat menjelang terbentuknya tempurung yaitu berusia
sekitar 4 - 5 bulan. Pada umur tersebut warna fuli masih keputih-putihan dan
daging buahnya masih lunak. Fuli yang tua dan sudah merah warnanya, kandungan minyak
atsirinya relatif rendah dan dimanfaatkan untuk ekspor. Penyulingan dapat dilakukan
dengan cara penyulingan uap (kohobasi) pada tekanan rendah, sedangkan
penyulingan dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan terbawanya minyak lemak
sehingga akan menurunkan mutu minyak atsiri.
Minyak pala biasa diperoleh dengan cara destilasi
uap dari biji atau fuli pala. Minyaknya tidak berwarna atau kuning dengan odor
dan rasa seperti pala, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol
dan mempunyai bobot jenis pada 25 oC antara 0,859 – 0,924, refraktif indeks
pada 20 oC antara 1,470–1,488 dan putaran optik pada 20oC sekitar
+10o-+45o. Aroma minyak pala yang khas merupakan akibat
dari kandungan beberapa komponen-komponen kimiawi, seperti monoterpen
hidrokarbon ± 88% dengan komponen utama camphene dan pinene , myristicin , dan
monoterpen alcohol seperti geraniol, lonalool, terpineol, serta komponen lain
seperti eugenol dan metil eugenol.
Komponen
utama minyak biji pala adalah terpen, terpen alcohol dan fenolik eter. Komponen
monoterpen hidrokarbon yang merupakan komponen utama minyak pala terdiri atas
β-pinene (23,9%), α-pinene (17,2%), dan limonene (7,5%). Sedangkan komponen
fenolik eter terutama adalah myristicin (16,2%), diikuti safrole (3,9%) dan
metil eugenol (1,8%). Selanjutnya Dorman et al., (2004) menyatakan
terdapat 25 komponen yang teridentifikasi dalam minyak pala (sejumlah 92,1%
dari total minyak) yang diperoleh dengan cara penyulingan (hydrodistillation)
menggunakan sebuah alat penyuling minyak menurut British Pharmacopeia. Pada
prinsipnya komponen minyak tersebut teridentifikasi sebagai α-pinen (22,0%) dan
β– pinen (21,5%), sabinen (15,4), myristicin (9,4), dan terpinen–4-ol(5,7).
Minyak fuli mengandung lebih banyak myristicin
daripada minyak pala. Beberapa minyak pala yang diekspor ke Eropa didestilasi
dari pala Grenada dengan cara penyulingan uap pada umumnyarendemennya sebesar
11%. Hasil analisis minyak tersebut dengan GC/MS menunjukkan minyak tersebut
terdiri dari α-pinen, sabinen, β-pinen,myrcen, limonen, α- terpinen dan
terpinen–4–ol .
Metode
untuk mengekstraksi pala yaitu pertama dengn melakukan persiapan bahan dan
pengisian ke dalam ketel, kemudian pengoperasian boiler dan selanjutnya
mengambil minyak pada tabung yang terpisah. Pertama–tama alat penyuling harus
dibersihkan supaya tidak ada bau yang akan mempengaruhi aroma dari minyak pala
yang dihasilkan. Memasang saringan tempat bahan yang di bawah. Menimbang biji
pala yang akan disuling, giling biji pala dan sesudahnya ditimbang kembali. Metakkan
sebagian biji pala yang sudah digiling pada saringan yang di bawah. Memasang
saringan tempat bahan yang di tengah.
Menempatkan sisa bahan pala pada saringan tersebut. Memasang tutup ketel
dan hubungkan leher angsa dengan pipa kondensor. Memeriksa tiap sumbunya jangan
sampai ada yang bocor. Kemudian dilanjutkan dengan tahap operasi boile, yaitu
dengan mengisi boiler dengan air dengan ketinggian air 9 cm pada tabung kaca
pengontrol nozzle. Mengisi tangki supplai air yang ada pada samping boiler.
Menyalakan burner pada posisi (spuyer) maksimum. Menunggu sampai
destilat keluar/ menetes dari pipa pendingin dan waktu penyulingan mulai
dihitung. Pengisian air tambahan pada boiler dilakukan bila ketinggian
air pada tabung kaca pengontrol mencapai 0 cm.Pengisian dilakukan dengan
bantuan pompa air panas sampai ketinggian air pada tabung kaca pengontrol 9 cm
atau sekitar 10 Menit. Selanjutnya dilakukan pengambilan minyak pada tabung
yang terpisah. Cara pengambilan minyak dilakukan dengan menutup kran pengeluaran
air pada alat minyak, kemudian kran tempat keluarnya minyak dibuka dan minyak
yang dihasilkan ditampung dan dimasukan dahulu kedalam tabung pemisah untuk
memisahkan air yang tercampur.
Pada umumnya proses penyulingan minyak pala masih
dilakukan secarasederhana dan mempunyai beberapa kelemahan, sehingga rendemen
dan mutunya terutama kadar miristisinnya rendah.
3.2
Ekstraksi Oleoresin
Dalam perdagangan luar negeri sudah lama dikenal maceoleoresin
(oleoresin fuli). Selain itu dikenal juga oleoresin pala
yangmengandung minyak atsiri. Oleoresin diperoleh dengan cara ekstraksibiji
atau fuli pala menggunakan pelarut organik seperti alkohol, metanol,aseton atau
heksan.
Selanjutnya dilakukan pengambilan pelarut dengancara
destilasi atau evaporasi dengan pompa vakum. Sebelum dilakukanekstraksi dengan
pelarut organik, biji pala atau fuli dihaluskan ataudigiling menjadi bubuk.
Banyaknya hasil oleoresin yang diperolehtergantung pada jenis bahan pelarut
yang digunakan.
Mutu oleoresin pala dalam perdagangan dinilai dari
banyaknyakandungan minyak atsiri dan lemak di dalamnya. Banyaknya kandungan
minyak atsiri dan lemak sangat tergantung pada jenis pelarut yang
digunakan.Oleoresin juga bisa diolah dari ampas sisa penyulingan minyak pala
karena sebagian besar penyulingan dilakukan menggunakan metode penyulingan
dengan uap langsung. Dengan metode ini minyak pala yang dihasilkan hanya mampu
menghasilkan rendemen sekitar 10 % sehinggaPalamasih terdapat sekitar 4 % minyak pala yang belum tersuling.
Ampas sisa penyulingan yang masih mengandung minyak pala tersebut hanya
dijadikan pupuk dan sebagian besar dibuang. Pemanfaatannya menjadi produk yang
lebih menguntungkan antara lain diolah menjadi oleoresin pala.
3.3
Pembuatan Mikrokapsul Oleoresin Biji Pala
Oleoresin pala tersebut secara bertahap dikumpulkan
dan disimpan di dalam lemari es dengan menggunakan botol kaca berwarna gelap.
Setelah biji diekstrak oleoresin, yang terkumpul di aduk rata secara manual
menggunakan pengaduk kaca selama kurang lebih 10 menit.
Sukrosa(gula
pasir) digunakan sebagai penyalut. Sukrosa dan air dicampurkan dengan
perbandingan 1:1 dipanaskan dalam wajan baja dengan api sedang bersuhu sekutar
120◦ C dan diaduk sampai membentuk sirup sukrosa, kemudian lama-kelamaan
sekitar 12 menit sirup tersebut menjadi jenuh dan oleoresin tersebut dituang
dan diaduk selama 10 menit dengan suhu yang diturunkan sampai 54 derajat celcius. Setelah itu dimasukkan di
dalam kapsul oleoresin. Untuk mendapatkan mikrokapsul terbaik ditambahkan
anticaking yang mencegah terjadinya penggumpalan dalam kapsul.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki
nilai ekonomis dan multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan
dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala merupakan komoditas ekspor
dan digunakan dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal dari
biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan
kosmetik.
Secara komersial biji pala dan fuli (mace)
merupakan bagian terpenting dari buah pala dan dapat dibuat menjadi berbagai
produk antara lain minyak atsiri dan oleoresin.Pada prinsipnya komponen dalam
biji pala dan fuli terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, protein, selulosa,
pentosan, pati, resin dan mineral-mineral.
Cara pengolahan
oleoresin dari pala yaitu biji pala dihaluskan hingga 40 mesh kemudian
ditambahkan pelarut dengan perbandingan 1:10. Lalu di ekstraksi selama 3 jam
pada suhu 40 derajat celcius. Setelah di ekstraksi, dilakukan penyaringan untuk
diambil filtratnya. Filtrat kemudian diuapkan untuk menghilangkan pelarut
sehingga dihasilkan oleoresin pala. Selain itu, untuk mengawetkan oleoresin
pala ,maka digunakan mikrokapsulasi pala dengan cara sukrosa dan air
perbandingan 1:1 dengan dipanaskan selama 12 menit dengan suhu 120 derajat
celcius. Lalu larutan sukrosa ini ditambahkan oleoresin dan dipanaskan selama
10 menit dengan suhu 54 derajat celcius serta penambahan anticaking untuk mencegah
penggumapalan pada kapsul.
4.2 Saran
Perlu
diteliti pembuatan mikrokapsul oleoresin biji pala menggunakan bahan penyalut
jenis lain dan lebih dikenalkan lagi bahwa cara pembuatan oleoresin pala agar
masyarakat dapat membuatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Guenther, Emest.
1987. Minyak Atsiri jilid 1 Cetakan 1. Penerbit Universitas
Indonesia,
Jakarta.
www. Litbang.deptan.go.id /Agribisnis diakss pada
hari
minggu, tanggal
8 Desember 2013 pukul 17.00 wib.
Hermani dan Tri
mawarti. 2006. Peningkatan Mutu Minyak
Atsiri Melalui Proses
Pemurnian. Nalai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Bogor
Ketaren,
S dan B Djatmiko. 1978. Minyak Atsiri
Bersumber Dari Bunga .
Departemen
Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta IPB : Bogor