KISAH NABI MUSA AS
Kisah Nabi Musa - Musa adalah seorang nabi yang
menyampaikan Hukum Taurat dan menuliskannya dalam Pentateveh/Pentateukh (Lima
Kitab Taurat). Musa adalah anak Amram dari suku Lewi, anak Yakub bin Ishak. Ia
diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Nabi musa ditugaskan untuk membawa
Bani Israil keluar dari Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803
ayat dalam 31 buku di Alkitab Terjemahan Baru dan 136 kali di dalam Al-Quran.
Ia memiliki orang 2 anak (Gersom dan Eliezer) dan wafat di Tanah Tih (Gunung
Nebo). Musa juga merupakan Nabi Ulul Azmi. Berikut adalah hal-hal yang dapat
kita pelajari dari kisah nabi musa
a.s
Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja Firaun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi
Musa, adalah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia
memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu dengan
sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang
jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Israil yang menjadi hamba kekejaman,
kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya.
Mereka merasa tidak tenteram dan selalu dalam keadaan
gelisah, walau pun berada dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani
mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati
mereka karena ketakutan bila kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di
sekitar rumah mereka, apalagi bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Firaun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu, bergelimpangan
dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan
dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pada suatu hari
beliau telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang dengan
tiba-tiba dtg menghadap raja dan memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya,
seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari kalangan Bani Israil yang kelak akan
menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Firaun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi
lelaki yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar
diadakan pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki,
tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah
raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki
dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan
bayinya. Raja Firaun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan
kerajaannya setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah
kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang
masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan
bahwa takdirnya bila sudah difirman “Kun” pasti akan wujud dan menjadi
kenyataan “Fayakun”. Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan
kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Firaun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang
kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah
tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru
diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat
Bani Israil yang dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi
asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang
tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang
mencekam. Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Yaqub sedang duduk
seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti dtgnya seorang bidan yang
akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan datang dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya
selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan
lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh
setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa
bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir
bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Firaun. Ia
mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun.
Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa
betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan
memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa
tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap keselamatan
bayinya. Allah memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam
sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya
itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke atas
keselamatan bayinya karena Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya
bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap
jaminan Illahi, mak dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat
dan dicat dengan warna hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa
diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar
diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang
mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh
bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di
tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke
dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Firaun. Yukabad yang segera
diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah
hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai
kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan Allah
yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Firaun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang
bayi laki-laki yang ditemui di dalam peti yang terapung di atas permukaan
sungai Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada
isterinya: “Aku khawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi
musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami y besar
ini.” Akan tetapi isteri Firaun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang
terhadap bayi yang lucu dan manis itu, berkata kepada suaminya: “Janganlah bayi
yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil
dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami.
Hatiku sgt tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu”.
Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dilincinkanlah
jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang
telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanat
wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga
Firaun, berarti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat
ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa inang
untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencoba dan
memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk
yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri Firaun lagi bingung
memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian banyak inang yang
didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang inang lain yang
mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Firaun, kalau-kalau ia mengenal
keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa: “Aku tidak mengenal siapakah keluarga
dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu
rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga
itu”.
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Firaun dan seketika
itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir
sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan
sgt lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh
selama masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian
terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh
ibunya ke istana, di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak
raja yang lain. Ia mengenderai kenderaan Firaun dan berpakaian sesuai dengan
cara-cara Firaun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Firaun.
Musa Keluar Dari Mesir
Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui,
Musa hidup sebagai slah seorang drp keluarga kerajaan hingga mencapai usia
dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi
istana. Allah mengurniakannya hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas
kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di samping kesempurnaan dan
kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan
jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut
di istana dan tidak setitik darah Firaun pun mengalir di dalam tubuhnya dan
bahwa ia adalah keturunan Bani Israil tg ditindas dan diperlakukan
sewenang-wenangnya oleh kaum Firaun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan
menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi
golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa.
Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang
madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa
meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di
sebuah lorong di waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika
penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari
golongan Bani Israil bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Firaun bernama
Fatun. Musa yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya
terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lenih besar itu, segera melontarkan
pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebah an
menghembuskan nafasnya yang terakhir. Musa terkejut melihat Fatun, orang Firaun
itu mati karena tumbukannya yang tidak disengajakan dn tidak akan mengharapkan
membunuhnya. Ia merasa berdoa dan beristighfar kepada Allah memohon ampun
diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang nyawa salah seorang drp
hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik
para penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang Israillah yang
melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang
berat , bila ia tertangkap. Anggota dan pasukan keamanan negara di hantarkan ke
seluruh pelusuk kota mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang
sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun
tidak orang ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut
dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila
sampai tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati
menghindari kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang ia lakukan tatkala
ia terjebat lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan
namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan
Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi untuk
kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Firaun. Melihat Musa berteriaklah
Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi
seraya berkata menegur Samiri: ” Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah
sesat.”
Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia
mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri berkata: “Apakah engkau hendak
membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau
hendak menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang
mengadilkan kedamaian”.
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Firaun,
yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang
mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang
akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan
terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Firaun.
Selagi orang-orang Firaun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.
Selagi orang-orang Firaun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.
Musa Bertemu Jodoh di kota Madyan
Dengan berdoa kepada Allah: “Ya Tuhanku selamatkanlah aku
dari segala tipu daya orang-orang yang zalim” keluarlah Nabi Musa dari kota
Mesir seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan selain
cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah.
Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanahi
airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan kaum firaun
yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam
dengan berkaki ayam {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya,
tibalah Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syuaib yang terletak di timur
jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin. Nabi Musa beristirehat di
bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya karena
perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah
seorang bekas anggota istana kerajaan yang menjadi seorang pelarian dan buruan.
Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di
tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang, tiada sahabat dan saudara.
Dalam keadaan demikian terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala
berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya
masing-masing, sedang tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua orang
gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya, jika
para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang
sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya : “Gerangan apakah yang kamu
tunggu di sini?” Kedua gadis itu menjawab: “Kami hendak mengambil air dan
memberi minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang
masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi minum
ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami
sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangan lagi datang ke mari”. Lalu
tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu
oleh Musa dan sejurus kemudian dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air
penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya
kepada ayah mrk tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena
pertolongannya yangbtidak diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali ke rumah
drp biasa. Ayah kedua gadis yang bernama Syuaib itu tertarik dengan cerita
kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah
memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan sekaligus
menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu
pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syuaib menemui Musa yang
masih berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar
Musa berdoa: “Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan
kebaikan sedikit brg makanan yang Engkau turunkan kepadaku.”
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya:
“Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta
memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami
dan ternakan kami.”
Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada
mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu
dengan senang hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah
ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan
mengucapkan terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syuaib
ayah kedua gadis yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya
peristiwa yang terjadi pd dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri
dan keluar meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan hukuman penyembelihan
yang telah direncanakan oleh kaum Firaun terhadap dirinya.
Berkata Syuaib setelah mendengar kisah tamunya: “Engkau
telah lepas dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah
berkat rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah
tempat yang aman di rumah kami ini, di man engkau akan tinggallah dengan tenang
dan tenteram selama engkau suka.”
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah
Syuaib sebagai tamu yang dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati
keluarga tuan rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya,
kekuatan jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus
serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati salah
seorang dari kedua puteri Syuaib untuk mempekerjakan Musa sebagai pembantu
mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya: “wahai ayah! Ajaklah Musa sebagai
pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga dan penternakan kami. Ia adalah
seorang yang kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh
dipercayai.”
Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya
yang memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah,
menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta
tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syuaib dan berkatalah
kepadanya: “Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu
yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di
rumah ini kami dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku
ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah
seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati menerima
tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai
pembantu kami selama lapan tahun menguruskan penternakan kami dan soal-soal
rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima kasih kepada mu
bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun di atas lapan tahun yang
menjadi syarat mutlak itu.”
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah
darahnya dan berada di negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada
sahabat telah menerima tawaran Syuaib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan
mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup
untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala duka dan dukanya.
Ia segera tanpa berfikir panjang berkata kepada Syuaib: “Aku merasa sgt
bahagia, bahwa pakcik berkenan menerimaku sebagai menantu, semuga aku tidak
menghampakan harapan pakcik yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang
diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai
menantu, suami kepada anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan
sebagai maskahwin, aku setujui dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang
hati.”
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syuaib
ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan
puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan diberinyalah
pasangan penganti baru itu oleh Syuaib beberapa ekor kambing untuk dijadikan
modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai suami-isteri. Pemberian beberpa
ekor kambing itu juga merupakan tanda terimaksih Syuaib kepada Musa yang selama
ini di bawah pengurusannya, penternakan Syuaib menjadi berkembang biak dengan
cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.
Musa
A.S. pulang ke Mesir dan Menerima Wahyu
Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya,
sejak ia melarikan diri dari buruan kaum Firaun. Suatu waktu yang cukup lama
bagi seseorang dpt bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air, tempat
tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan hidup di dalam
tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa yang mempunyai
kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada di tanah airnya
sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang megah dan mewah, maka
wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin pulang
kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri Syuaib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang
dan menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari orang tuanya dan bertolaklah
menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak diketahui oleh
orang-orang Firaun yang masih mencarinya.
Setibanya di “Thur Sina” tersesatlah Musa kehilangan pedoman
dan bingung manakah yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah
oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti
lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya: “Tinggallah kamu
disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di atas bukit itu dan
segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa satu berita kepadamu dari
tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa sesuluh api bagi menghangatkan
badanmu yang sedang menggigil kesejukan.”
Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia
suara seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang
sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar
oleh Musa itu ialah: “Wahai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah
kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. Dan aku
telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah solat untuk mengingat akan Aku.”
Itulah wahyu yang pertama yang diterima langsung oleh Nabi
Musa sebagai tanda kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai
rasul dan nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam kesempatan bercakap langsung
dengan allah di atas bukit Thur Sina itu telah diberi bekal oleh Allah yang
Maha Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap kaum Firaun
yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada Musa: “Apakah itu yang engkau
pegang dengan tangan kananmu hai Musa!” Suatu pertanyaan yang mengadungi erti
yang lebih dalam dari apa yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan
jawapannya yang sederhana. “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan pdnya dan aku
pukul daun dengannya untuk makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula
menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting bagiku.”
Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana
itu baru dimegertikan dan diselami oleh Musa setelah Allah memerintahkan
kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu menjelmalah menjadi
seekor ular besar yang merayap dengan cepat sehingga menjadikan Musa lari
ketakutan. Allah berseru kepadanya: “Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami
akan mengembalikannya kepada keadaan asal.”
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan
dipegang oleh Musa, ia segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syuaib,
mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan. Sebagai mukjizat yang kedua, Allah
memerintahkan kepada Musa agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata
setelah dilakukannya perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa
cacat atau penyakit.
Musa
Diperintahkan Berdakwah Kepada Firaun
Raja Firaun yang telah berkuasa di Mesir telah lama
menjalankan pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri
dari bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Israil yang
merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak merasa aman
bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan
terutamanya ditujukan kepada Bani Israil yang tidak diberinya kesempatan hidup
tenang dan tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar
berbagai pungutan yang tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa
Firaun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang
ditimpakan oleh Firaun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Israil. ia menyatakan
dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia
makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan
iman, sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan
kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur
Sina itu diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Firaun sebagai
Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa ia
adalah makhluk Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak sepatutnya
menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan yang wajib disembah
olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah
meninggalkan Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa
pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan
dan masih belum hilang dari ingatan para pembesar kerajaan Firaun. Ia tidak
mengabaikan kemungkinan bahwa mrk akan melakukan pembalasan terhadap perbuatan
yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah
berada di tengah-tengah mereka. Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat
kepada tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa
memperdulikan akibat yang mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya
ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan Firaun, Maka
dengan perintah Allah yang berfirman maksudnya : “Pergilah engkau ke Firaun,
sesungguhnya ia telah melampaui batas, segala bayangan itu dilempar jauh-jauh
dari fikirannya dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah menghadapi Firaun
apa pun akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah
Musa kepada Allah: “Aku telah membunuh seorang drp mereka , maka aku khuatir
mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari keluargaku
sendiri, yaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melakukan tugasku
meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir itu
apalagi Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih cekap
daripada diriku untuk berdebat dan bermujadalah.”
Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka
digerakkanlah hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi
menemui Musa mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Firaun
dengan diiringi firman Allah: “Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan disiksa
oleh Firaun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta melihat dan
mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan Firaun. Berdakwahlah kamu
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut sedarkanlah ia dengan kesesatannya
dan ajaklah ia beriman dan bertauhid, meninggalkan kezalimannya dan
kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap yang lemah lembut daripada kamu berdua
ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan
kebonmgkakannya.”
Mujadalah
(dialog) antara Musa dengan Firaun
Diperolehi kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja
Firaun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa
rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja pd
waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan Firaun dihadiri pula oleh beberapa
anggota pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya Firaun kepada mereka berdua:: “Siapakah kamu berdua
ini?” Musa menjawab: “Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar
engkau membebaskan Bani Israil dari perhambaan dan penindasanmu dan menyerahkan
meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari
seksaanmu.”
Firaun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya:
“Bukankah engkau adalah Musa yang telah kami mengasuhmu sejak masa bayimu dan
tinggal bersama kami dalam istana sampai mencapai usia remajamu, mendapat
pendidikan dan pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan bukankah engkau
yang melakukan pembunuhan terhadap diriseorang drp golongan kami? Sudahkah
engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada
kamu?”
Musa menjawab: “Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku
sejak masa bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena
jatuhnya aku ke dalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu tatkala
engkau memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang
lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan sungai Nil di
dalamsebuah peti yang kemudian dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan
yang engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu
adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya
merupakan suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab dalam
perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan aku
dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya.
Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah
Allah untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan
kezaliman dan penindasanmu terhadap Bani Israil.”
Firaun bertanya: “Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut
itu, hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku yang patut di sembah
dan dipuja?”
Musa menjawab: “Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu
serta Tuhan seru sekalian alam.”
Tanya Firaun: “Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?”
Musa menjawab: “Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa
yang ada antara langit dan bumi.”
Berkata Firaun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini adalah seorang yang gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan Harun: “Siapakah Tuhan kamu berdua?”
Musa menjawab: “Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya.”
Firaun bertanya: “Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala dan patung-patung?”
Musa menjawab: “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia telah menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah karena kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan yang benar. Jika Dia menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat, maka itu adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa azab dan seksanya adalah jalan yang benar.”
Berkata Firaun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini adalah seorang yang gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan Harun: “Siapakah Tuhan kamu berdua?”
Musa menjawab: “Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya.”
Firaun bertanya: “Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala dan patung-patung?”
Musa menjawab: “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia telah menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah karena kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan yang benar. Jika Dia menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat, maka itu adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa azab dan seksanya adalah jalan yang benar.”
Firaun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi
Musa yang diucapkan secara tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya
sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya dan
berkata kepada Musa secara mengancam: “Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan
selain aku, maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam penjara.”
Musa menjawab: “Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku?”
Firaun menentang dengan berkata: “Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tiak berdusta.”
Musa menjawab: “Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku?”
Firaun menentang dengan berkata: “Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tiak berdusta.”
Musa
Mempertunjukkan dua Mukjizat kepada Firaun
Menjawab tentangan Firaun yang menuntut bukti atas
kebenarannya Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas
yang segera menjelma menjadi seekor ular besar yang melata menghala ke Firaun.
Karena ketakutan melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya
berseru kepada Musa: ” Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama delapan belas
tahun panggillah kembali ularmu itu.” Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa
dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Firaun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran
dan takutnya: “Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?”
“Ya, lihatlah.” Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke
dalam saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya,
bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Firaun itu dan orang-orang yang
sedang berada disekelilingnya.
Firaun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan
tentu tidak akan mudah begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya
walaupun kepadanya telah diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada
kaumnya yang ia khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu
semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang
mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir dan para penduduknya akan
kekuatan dengan sihirnya itu.
Firaun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh
Haman agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli
sihir yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa
dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh Firaun yang merasa itu adalah fikiran
yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat Allah yang
oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu lalu ditawarkan kepada Musa
yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima tentangan Firaun untuk
beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh bahwa
dengan perlindung Allah ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu,
pertandingan antara perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat
yang dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah bersetuju untuk
mengadakan hari pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju
ke tempat yang telah ditentukan untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian
menyihir yang buat pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di
tempat ahli-ahli sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh
wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat
sihirnya. Mrk cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian mrk untuk
memenangi pertandingan. Mrk telah memperolhi janji dari Firaun akan diberi hadiah
dan wang dalam jumlah yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan
mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing
pembesar negeri sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Firaun yang telah
duduk di atas kursi singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan dimulai.
Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih dahulu
mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Firaun menujukan aksinya
melemparkan tongkat dan tali-temali mrk ke tengah-tengah lapangan . Musa merasa
takut ketika terbayang kepadanya bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu
seakan-akan ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba
utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu. Allah
berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu: “Janganlah engkau merasa
takut dan cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam
pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera.”
Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu
tercengang ketika melihat ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan
menelan ular-ular dan segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu sihir mrk.
Mrk segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa
seraya berkata: “Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan
oleh syaitan tetapi sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan
kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak
mempercayai risalah mereka dn beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami
lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri.”
Firaun raja yang congkak dan sombong yang menuntut
persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda
marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada
Musa bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta
menjadi pengikut-pengikutnya.
Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai pelanggaran terhadap
kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan
bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata kepada mrk: “Adakah kamu berani
beriman kepada Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada
kamu?” Bukankah ini suatu persekongkolan drp kamu terhadapku? Musa dpt mengalah
kamu sebab ia mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir
kepadamu dan kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang kamu
sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan
khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan kaki-kakimu serta akanku
salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma sebagai hukuman dan balasan bagi
tindakan khianatmu ini.”
Ancaman Firaun itu disambut mrk dengan sikap dingin dan acuh
tak acuh. Karena Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman
sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan
atau ancaman Firaun yang menakutkan. Mrk sebagai-orang-orang yang ahli dalam
ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan.
Maka sekali mrk diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran
kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dpt digoyahkan oleh ancaman apa pun.
Berkata mereka kepada Firaun menanggapi ancamannya: “Kami telah memdpat
bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar
memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus megikut jejak dan
tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu
untuk memutuskan apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan
kamu hanya berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah di
akhirat yang kekal dan abadi.”
Firaun
Tetap Keras kepala dan semakin bingung
Nabi Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan
kedua mukjizatnya makin meluas pengaruhnya, sedan Firaun dengan kekalahan ahli
sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun. ia khuatir
jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan akan mengancam keselamatan
kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan pembantu-pembantu
terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa kecemasan dan kekhuatirannya,
tetapi mereka sebaliknya makin membakar dadanya dan makin menakutu-nakutinya.
Mrk berkata kepadanya: “Apakah engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya
bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan amcam-macam kepercayaan dan
ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang telah kita warisi dari nenek-moyang
kita? Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita makin lama makin terpengaruh oleh
hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan nescaya kita dan tuhan-tuhan kita
akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya akan hancur binasalah
negara dan kerajaanmu yang megah ini.”
Firaun menjawab: “Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi
perhatiku sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau
kita membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di
kalangan pengikut-pengikutnya yang makin lama makin bertambah jumlahnya, pasti
pada akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat negara kita serta membawa
kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita yang megah ini. karenanya aku
telah merancang akan bertindak terhadap Bani Israil dengan membunuh setiap
orang lelaki dan hanya wanita sahaja akanku biarkan hidup.”
Rancangan jahat firaun diterapkan oleh pegawai dan kaki
tangan kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam
ditimpakan atas Bani Israil yang memang menurut anggapan masyarakat, mereka itu
adalah rakyat kelas kambing dalam kerajaan Firaun yang zalim itu. Dengan makin
meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari alat-alat
kerajaan Firaun, datanglah Bani Israil kepada Nabi Musa, mengharapkan
pertolongan dan perlindungannya.
Nabi Musa tidak dpt berbuat byk pada masa itu bagi Bani
Israil yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya menenteramkan hati mereka, bahwa
akan tiba saatnya kelak,di mana mrk akan dibebaskan oleh Allah dari segala
penderitaan yang mrk alami. Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan
bertawakkal seraya memohon kepada Allah agar Allah memberikan pertolongan dan
perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan akan mewariskan bumi-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan bertakwa!
Firaun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan
tindakan kejamnya terhadap Bani Israil yang merupakan kaumnya, bahkan tulang
belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun
terhambat oleh tindakan Firaun itu. Demikian pula tidak seorang pun drp
pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Firaun itu. Sehingga
tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah bulat terhadap risalah
Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang
tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dpt menerima dakwah Nabi
Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan semakin bersemangat menyiarkan
ajaran iman dan tauhid, maka Firaun tidak mempunyai pilihan selain harus
menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Firaun memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar
kerajaannya untuk bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka
yang di undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Firaun yang
merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung
dalam pertemuan yang diadakan oleh Firaun untuk membincangkan cara pembunuhan
Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu mengucapkan pembelaannya terhadap
Nabi Musa dan nasihat serta tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: “Apakah
kamu akan membunuh seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa
Allah adalah Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada
kamu bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu
bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya. Jika
andainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa
akibat dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam kata-katanya, maka nescaya
akan menimpa kepada kamu bencana azab yang telah dijanjikan olehnya. Dan dalam
keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong kamu dari azab Allah yang
telah dijanjikan itu?”
Firaun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata:
“Rancanganku harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan
kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu
melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan negara.”
Berucap orang mukmin dari keluarga Firaun itu melanjutkan:
“Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan menempuh
jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab
dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum
Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang datang sesudah mereka. Apa yang telah
dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka
karena Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya”.
Mukmin itu meneruskan nasihatnya:”Wahai kaumku! Sesungguhnya
aku khuatir kamu akan menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di
mana kamu akan berpaling kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan
kamu itu dari seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin
kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa
kehidupan di dunia ini hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan
kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di akhirat kelak.”
Orang mukmin dari keluarga Firaun itu tidak dpt mengubah
sikap Firaun dan pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan
menggunakan kecekapan berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap
dengan contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah
dibinasakan oleh Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri.
Firaun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada
orang mukmin itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui
rancangan jahat mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro
Musa dan mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan segala
ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu
mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Firaun: “Wahai
kaumku, sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk
kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allah
dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru
kepadamu untuk beriman kepada Allah, Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi
Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu
serukan kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia
mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada Allah
yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang soleh, bertakwa dan
beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui batas akan diberi
ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah nasihat dan peringatanku
ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak
berguna lagi orang menyesal atau merasa susah karena perbuatan yang telah
dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku dan nasibku kepada Allah. Dialah
Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya.”
Firaun
Menghina Dan Mengejek Musa
Selain tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani
Israil kaumnya Nabi Musa, Firaun melontarkan penghinaan dan kata-kata ejekan
terhadap Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa
yang semakin beertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam pertandingan
melawan tukang-tukang sihir kaum Firaun.
Berkata Firaun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: “Biarkanlah aku membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku dan biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya.”
Berkata Firaun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: “Biarkanlah aku membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku dan biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya.”
Dalam lain kesempatan Firaun berkata kepada rakyatnya yang sudah
diperhambakan jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan
mengaminkan segala perintahnya: “Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat bahwa aku
memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana sungai-sungai mengalir
dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang memberi kemakmuran hidup dan
kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang
luas dan ketaatan rakyatku yang bulat kepadaku? Bukankah aku lebih baik dan
lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang tidak cekap menguraikan isi
hatinya dan menerangkan maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan
gelang emas, sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja,
pemimpin atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat sebagai
tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh Tuhannya?”
Kelompok orang yang mendengar kata-kata Firaun itu dengan
serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan
kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga yang
setia kepada rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pada itu kesabaran Nabi Musa sampai pd puncaknya,
melihat Firaun dan pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala menentang
dakwahnya, mendustakan risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan kejamnya
terhadap kaum Bani Israil terutama para pengikutnya yang menyembunyikan imannya
karena ketakutan daripada kejaran Firaun dan pembalasannya yang kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mrk bahwa Allah
tidak akan membiarkan mereka terus-menerus melakukan kekejaman, kezaliman dan
penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan
ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap tidak mahu sedar dan beriman kepada-Nya,
bermacam azb dan seksa di dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang
nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah: “Ya Tuhan kami,
engkau telah memberi kepada Firaun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta
kekayaan yang meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu
mengakibatkan mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang
Engkau redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah
harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak akan beriman dan
kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu yang pedih.”
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan
oleh Allah, maka dilandakanlah kerajaan Firaun oleh krisis kewangan dan
makanan, yang disebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi
sawah-sawah dan ladang-ladang disamping serangan hama yang ganas yang telah
menghabiskan padi dan gandum yang sudah menguning dan siap untuk diketam.
Belum lagi krisis kewangan dan makanan teratasi datang
menyusul bala banjir yang besar disebabkan oleh hujan yang turun dengan
derasnya, sehingga menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan
binatang-binatang ternak. Dan sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah
bermacam-macam wabak dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung
berdarah dan lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan
katak-katak yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman
hidup mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan menyusupnya
binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan makanan dan di
antara sela-sela pakaian mereka.
Pada waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang
melanda berdatanglah mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi
kenabiannya, agar memohonkan kepada Allah mengangkat bala itu dari atas mereka
dengan perjanjian bahwa mrk akan beriman dan menyerahkan Bani Israil kepada
Nabi Musa sekirannya mereka dpt ditolong dan terhindar dari azab bala itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk dan
hilanglah gangguan yang diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji mereka dan
kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi
bukanlah karena doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi karena hasil usaha
mrk sendiri.
Kaum
Bani Israil keluar dari Mesir
Bani Israil yang cukup menderita akibat tindasan Firaun dan
kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah
pemerintahan Firaun yang kejam dan bengis itu, pada akhirnya sedar bahwa
Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan mereka dari
cengkaman Firaun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka datang kepada Nabi
Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Israil di bawah
pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan
kaki dengan cepat karena takut tertangkap oleh Firaun dan bala tenteranya yang
mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar di tepi
lautan merah setelah selama semalam suntuk dapat melewati padang pasir yang
luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi
Musa dan Bani Israil ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari
belakang mrk dikejar oleh Firaun dan bala tenteranya yang akan berusaha
mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mrk
tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari Firaun yang zalim
itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha
bin Nun: “Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?” Musuh berada di belakang kami
sedang mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa
sampan. Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran
Firaun dan kaumnya?”
Nabi Musa menjawab: “Janganlah kamu khuatir dan cemas,
perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan
memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim
itu.”
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa
berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan
tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan perintah agar
memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah terbelah laut
itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang besar. Di antara kedua
belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah mengering yang segera di
bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Israil menuju ke tepi
timurnya.
Setelah mereka sudah berada di bahagian tepi timur dalam
keadaan selamat terlihatlah oleh mereka Firaun dan bala tenteranya menyusuri
jalan yang sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas
dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah
bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa
telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti Firaun dan bala tenteranya
turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah tela mendahului bahwa mrk akan
menjadi bala tentera yang tenggelam.
Berkatalah Firaun kepada kaumnya tatkala melihat jalan
terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu: “Lihat bagaimana lautan
terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang
melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk akan dpt melepaskan dari kejaran dan
hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut,
jgn lagi oleh manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang
berkuasa yang harus disembah olehmu?” Maka dengan rasa bangga dan sikap
sombongnya turunlah Firaun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah
mengering itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Israil yang
sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang telah
ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Firaun dan bala tenteranya berada
di tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah
perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang
terbuka di mana Firaun dengan sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya
mengejar Musa dan Bani Israil. Terpendamlah mrk hidup-hidup di dalam perut laut
dan berakhirlah riwayat hidup Firaun dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah
dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk
menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah
Firaun: “Aku percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Israil.
Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai salah
seorang muslim.”
Berfirmanlah Allah kepada Firaun yang sedang menghadapi
sakaratul-maut: “Baru sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan
berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu dapat menyelamatkan
engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau sadar dan percaya setelah sepanjang
hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku
dan berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang
berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi
pengajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh
kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan
kekuasaan-Ku.”
Bani Israil pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan
kematian Firaun. Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh
Firaun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain
drp yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati.
Khayalan yang masih melekat pd fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu percaya
bahwa dengan tenggelamnya, Firaun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa
Firaun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang
terfikir oleh mrk tentang Firaun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Firaun
sebagai orang biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas
perbuatannya, menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan
serta memperhambakan Bani Israil. Dan setelah melihat dengan mata kepala
sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di permukaan air,
hilanglah segala tahayul mrk tentang Firaun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Firaun yang terdampar
di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai
sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.