MAKALAH PENGOLAHAN DAUN TEH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kata teh berasal dari bahasa China
Amoy yaitu kata "Te". Teh dipercaya memiliki segudang manfaat dan
kebaikan di dalamnya bagi yang meminumnya seperti memperkuat gigi, memperkuat
daya tahan tubuh, mencegah tekanan darah tinggi, menangkal kolesterol dan
mencegah pertumbuhan kanker. Namun di balik segala khasiat yang dikandungnya,
ternyata teh juga memiliki sejarah, mitos penemuan, dan perkembangan yang
sangat unik. Pada
dasarnya, produk yang berbasis teh mempunyai spektrum industri yang sangat luas
yang mencakup teh untuk minuman yang meliputi teh kemasan ( packet tea), tea
bag, instant tea , flavoured tea , teh wangi (teh melati), decafeinated
tea , dan aneka minuman siap saji ( ready to drink tea ) antara lain
teh botol, teh kotak ( tetrapack tea ), canning tea , fermented
tea, fruit tea, ice tea, tea cola , dan foamy tea.
B.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini antara
lain yaitu mengetahui manfaat dan cara pengelolaan
teh mulai dari proses pemetikan
sampai dengan menjadi bahan siap konsumsi
dengan nilai jual yang tinggi. Selain itu juga untuk
mengetahui sejarah penemuan teh dan perkembangannya serta jenis-jenis teh yang
ada di dunia .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH PENEMUAN TEH
Menurut
sejarah, teh diperkirakan ditemukan oleh seorang Kaisar Kekaisaran China
bernama Shen Nung yang hidup pada sekitar tahun 2737 sebelum Masehi. Kaisar
Shen Nung tidak hanya dikenal sebagai seorang Kaisar, tetapi juga sebagai The
Divine Healer (Sang Penyembuh dari Ilahi). Cerita penemuan teh oleh sang Kaisar
sangat tidak disengaja ketika daun teh pertama dari tanaman teh yang ada di
kebun Kaisar Shen Nung jatuh ke dalam air panas yang sedang dimasak oleh Sang
Kaisar.
Ketika
daun teh tersebut terseduh dengan air panas, aroma sedap langsung muncul
membuat Sang Kaisar sangat tergoda untuk meminumnya. Bukan hanya aromanya yang
sedap, rasa sepat dan pahit yang ditimbulkan oleh daun teh juga sangat disukai
oleh Sang Kaisar karena dipercaya dapat membuat tubuh lebih segar dan menurut
penelitian Kaisar Shen Nung, minuman teh dapat menyembuhkan beberapa penyakit.
Sejak itu, Kaisar Shen Nung kerap kali meminum teh dan sejak itu teh menjadi
sangat populer di seluruh penjuru China.
Untuk pertama kalinya pada tahun 780 Masehi seorang cendekiawan bernama Lu Yu mengumpulkan dan membukukan temuan–temuan akan manfaat dan kegunaan teh kedalam sebuah literatur mengenai teh, yaitu Ch'a Cing atau The Classic of Tea. Buku tersebut menggambarkan "Teh merupakan minuman yang membuat kita lebih bersemangat bila meminumnya, menentramkan hati, membuka pikiran dan mencegah rasa kantuk, membuat badan terasa ringan dan segar serta meningkatkan kemampuan berpikir". Pada masa Dinasti Ming (1368–1644), bangsa Cina mulai menyeduh teh dengan air mendidih. Dengan sedikit adaptasi, tempat penuang anggur tradisional dari Cina yang menggunakan penutup menjadi teko teh yang sempurna.
Penyebaran Teh ke Berbagai Negara Lain
1. Jalur Sutera
Selama
masa pemerintahan Dinasti Han, Tang, Soon dan Yuan, komoditas Teh diperkenalkan
ke dunia luar melalui pertukaran kebudayaan menyeberangi Asia Tengah
menyelusuri benua Eropa sambil memperdagangkan kain sutera (disebut Jalur
Sutera).
2. East India Company
East
India Company atau Perusahaan Hindia Timur Britania yang didirikan oleh Ratu
Elizabeth I pada 31 Desember 1600 yang bertujuan untuk memonopoli perdagangan
di Hindia Timur. Pada tahun 1669, East India Company mendapatkan lisensi dengan
mendatangkan teh dari China ke Inggris menggunakan kapal Elizabeth I. Monopoli
perdagangan teh dikuasainya sampai dengan tahun 1833.
3. Boston Tea Party
East
India Company pada tahun 1773 boleh berdagang Teh langsung dari Cina ke Amerika
dengan memotong jalur perdagangan dan perpajakan yang merugikan eksportir Eropa
dan importir Amerika. Sehingga mengakibatkan marahnya penduduk Boston, dengan
cara membuang seluruh peti yang berisi komoditas Teh kedalam laut dikenal
sebagai Boston Tea Party yang berakibat pula tercetusnya revolusi Bangsa Amerika
terhadap penjajahan bangsa Inggris.
Penyebaran Teh ke Indonesia
Tanaman teh pertama kali
masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh
seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di
Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan
melihat perdu teh muda berasal dari Cina tumbuh di Taman Istana Gubernur
Jenderal Champuys di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam
melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan,
Garut, Jawa Barat.
Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828 masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa (Culture Stelsel).
Saat ini konsumsi teh dunia masih
didominasi oleh penggunaan teh sebagai produk minuman. Dari sejumlah produk
minuman teh jadi tersebut, ternyata tea bag merupakan produk yang paling banyak
dikonsumsi didunia yang diperkirakan mencapai 80% dari total konsumsi teh untuk
minuman. Produk-produk tertentu mampu menguasai pasar tertentu, misalnya
canning tea mampu menguasai 22% dari total pasar minuman Jepang. Demikian pula
ice tea yang berasal dari instant tea mampu menguasai 30% dari total teh di
Amerika Serikat.
Pasar dalam negeri Indonesia sendiri
merupakan pasar yang sangat besar dan potensial, mengingat konsumsi teh di
Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 288 gram/kapita/tahun. Diperkirakan
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat minum teh bagi kesehatan,
meningkatnya daya beli masyarakat dan adanya berbagai promosi baik promosi
generik dari FAO maupun promosi merk dari para produsen teh maka konsumsi teh
di Indonesia akan meningkat mencapai sekitar 600 gram/kapita/tahun. Tingkat
konsumsi tersebut sama dengan tingkat konsumsi teh per kapitan di negara-negara
produsen teh lainnya seperti India, China, dan Srilangka.
Di Indonesia jenis minuman teh yang
populer sehingga mampu mengalahkan pangsa pasar dari carbonated drink adalah
teh botol. Saat ini pangsa pasar teh botol mencapai 28% dari total pasar
minuman di Indonesia, sementara pangsa pasar carbonated drink adalah 27%.
Pangsa pasar terbesar masih dikuasai oleh air minum mineral dalam kemasan
(42%).
Produsen sekaligus eksportir
teh dunia didominasi oleh lima negara yaitu Sri Langka, Kenya, India, China dan
Indonesia. Pangsa produksi kelima negara tersebut terhadap total produksi dunia
pada tahun 1998 mencapai 76,5%, sedangkan pangsa ekspornya mencapai 80,3%.
Urutan pangsa produksi mulai dari yang terbesar adalah India (29,4%), China
(22,4%), Kenya (9,9%), Sri Langka (9,5%), dan Indonesia (5,6%). Karena jumlah
pada pola konsumsi di kelima negara tersebut berbeda, urutan pangsa ekspor
menjadi sebagai berikut: Sri Lanka (21,0%), Kenya (20,8%), China (17,2%), India
(16%) dan Indonesia (5,3%).
B.
PENGOLAHAN TEH
Pengolahan teh adalah metode yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia
sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termasuk di antaranya
pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh pengolahan yang dilalui. Di
dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan teh melibatkan oksidasi terhadap
pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan teh dan pengeringan. Dari tahapan
ini, derajat oksidasi memainkan peran penting untuk menentukan rasa teh, dengan
perawatan dan pemotongan pucuk daun memengaruhi citarasa juga turut berperan
meski cukup kecil. Meskipun tiap-tiap jenis teh memiliki rasa, aroma, dan wujud
yang berbeda-beda, pengolahan teh untuk semua jenis teh memiliki sekumpulan
metode yang serupa dengan sedikit variasi:
1.
Pemetikan: Daun teh, yakni satu kuntum dan dua pucuk,
dipetik dari semak Camellia sinensis dua kali setahun pada permulaan musim semi dan musim panas atau penghujung musim semi.
Pemetikan pada musim gugur atau musim dingin jarang dilakukan, meskipun bisa
saja ketika musim memungkinkan. Pemetikan dilakukan dengan tangan ketika
kualitas teh menjadi prioritas, atau ketika biaya tenaga pekerja bukan
persoalan. Pemetikan dengan tangan dilakukan dengan cara menggenggam sejajar
dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan atau penjepitan, karena
jika yang terakhir dilakukan akan menurunkan mutu daun. Pemetikan juga dapat
dilakukan dengan mesin, meski akan lebih banyak daun yang rusak dan sebagian
terbuang. Adalah juga sulit panen teh dengan mesin di lereng gunung di mana teh
sering ditanam.
2.
Pelayuan: Dilakukan untuk menghilangkan terbuangnya air dari daun
dan memungkinkan oksidasi sesedikit mungkin. Daun teh dapat dijemur atau
ditiriskan di ruangan berangin lembut untuk mengurangi kelembaban. Daun
kadang-kadang kehilangan lebih dari seperempat massanya akibat pelayuan.
3.
Pememaran: Untuk mengajukan dan mempercepat oksidasi, daun boleh
dimemarkan dengan memberinya sedikit tumbukan pada keranjang atau dengan
digelindingkan dengan roda berat. Ini juga menghasilkan sedikit jus, yang
membantu oksidasi da memperbaiki citarasa teh.
4.
Oksidasi: Untuk teh yang memerlukan oksidasi, daun dibiarkan semula
di ruangan tertutup di mana segera mereka menjadi lebih gelap. DI dalam tahap
ini klorofil pada daun dipecah secara enzimatik,
dan tanninnya dikeluarkan dan dialihbentukkan. Di
industri teh, proses ini disebut fermentasi, meski sebenarnya tidak terjadi
fermentasi karena proses oksidatif ini tidak membangkitkan energi (langkah ini
tidak juga dipicu oleh mikroorganisme; di dalam langkah pengolahan teh
lainnya--misalnya penyimpanan--mikroorganisme dapat digunakan untuk
fermentasi). Penghasil teh dapat memilih ketika oksidasi harus dihentikan.
Untuk teh oolong oksidasi harus terjadi 5-40%, pada
teh oolong yang lebih cerah 60-70%, dan pada teh hitam 100%.
5.
Penghilangan-warna-hijau: Istilah lainnya shāqīng (殺青) dilakukan untuk menghentikan oksidasi daun teh pada jenjang yang
diharapkan. Tahapan ini dipunahkan dengan pemanasan sedang, enzim oksidatif dihambat, tanpa merusak
rasa teh. Tradisionalnya, daun teh digongseng atau dikukus, tetapi seiring
majunya teknologi, tahapan ini dilakukan dengan pemanggangan di dalam drum yang
diputar. Untuk teh hitam, tahap ini dilakukan bersama pengeringan.
6.
Penguningan: Khusus untuk teh kuning, dilanjutkan dengan pemanasan
ringan di dalam kontainer mini, warna teh berubah menguning.
7.
Pembentukan:Tahap berikutnya adalah penggulungan untuk mendapatkan
bentuk lajur yang ergonomik. Biasanya dilakukan dengan menempatkannya di dalam
tas pakaian yang besar, yang kemudian ditekan-tekan oleh tangan atau mesin
untuk membentuk lajur. Tindakan penggulungan ini juga menyebabkan beberapa pati
dan jus dari dalam daun keluar, ini akan memperkaya rasa teh. Lajur teh dapat
dibentuk menjadi bentuk lain, misalnya membentuk pola keriting, membentuk
pelet, atau digulung serupa bola dan bentuk lain yang diharapkan.
8.
Pengeringan: Pengeringan dilakukan sebagai "tahap akhir"
menjelang penjualan. Ini dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan
menggongseng, menjemur, menghembuskan udara panas, atau memanggangnya. Namun,
pemanggangan adalah yang paling lazim. Pemeliharaan yang saksama mestilah dilakukan
supaya pucuk daun teh tidak terlampau kering, atau bahkan hangus.
9.
Pemeliharaan: Meski tidak selalu dilakukan, beberapa teh memerlukan
penyimpanan ekstra, fermentasi tahap kedua, atau pemanggangan untuk mencapai
potensial minumannya. Juga, teh yang diberi perisa dipabrikasi dengan
menyemprotkan aroma dan rasa atau dengan menyimpannya di lingkungan perisa.
C. HASIL PENGOLAHAN
Berdasarkan cara perlakuan dan pengolahannya teh
dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
Teh Hitam
( Black Tea )
1.
Proses Pelayuan
- Menggunakan kotak untuk
melayukan daun (Whithering trought), merupakan kotak yang diberikan kipas
untuk menghembuskan angin ke dalam kotak.
- Pembalikan pucuk 2 - 3 kali
untuk meratakan proses pelayuan.
2. Proses Penggilingan Bertujuan untuk memecah sel-sel daun,
agar proses fermentasi dapat berlangsung secara merata.
3.
Proses Pengeringan
- Menggunakan ECP drier (Endless
Chain Pressure drier) & Fluid bed drier.
- Kadar air produk yang
dihasilkan 3 - 5 %
Teh Oolong
( Oolong Tea )
Teh
tersebut adalah gabungan teh hitam dan teh hijau. Teh tersebut difermentasi
dengan cepat, sesudah dan sebelum penggulungan. Warna daunnya setengah coklat.
Proses pembuatan teh oolong ( teh semi fermentasi ):
1.
Daun teh segar (kadar air 75 - 80 %)
2.
Pelayuan dengan sinar matahari ( 90 menit )
3.
Pelayuan dan pengayakan dalam ruangan (4-7 jam )
4.
Pengeringan I dengan sistim Panning ( proses tersebut
dilakukan dengan cara melewatkan daun pada lorong / silinder panas (suhu
permukaan 300° - 350° C), dengan tujuan untuk menghambat proses oksidasi
enzimatis.
5.
Penggulungan ( 5-12 menit )
6.
Pemotongan
7.
Pengeringan II.
Teh Hijau
( Green Tea )
1. Proses Pelayuan
- Setelah penerimaan pucuk dari
kebun, daun teh ditebar & diaduk-aduk untuk mengurangi kandungan air
yang terbawa pada daun.
- Setelah itu daun teh dilayukan
dengan melewatkan daun tersebut pada silinder panas ± sekitar 5 menit
(sistim panning) atau dilewatkan beberapa saat pada uap panas bertekanan
tinggi (sistim steaming), proses pelayuan ini bertujuan untuk mematikan
aktivitas enzim sehingga akan menghambat timbulnya proses fermentasi.
- Menurunkan kadar air menjadi
sekitar 60 - 70 %.
2. Proses Pendinginan
- Bertujuan untuk mendinginkan
daun setelah melalui proses pelayuan.
3. Proses Penggulungan daun
- Menggunakan
mesin Jackson, bertujuan untuk memecah sel-sel daun sehingga teh yang
dihasilkan akan mempunyai rasa yang lebih sepet.
- Proses
ini hampir sama dengan proses penggilingan pada proses pembuatan teh
hitam, tetapi untuk proses pembuatan teh hijau daun yang dihasilkan
sedapat mungkin tidak remuk / hanya tergulung, dan mempunyai rasa yang
lebih sepet.
- Proses penggulungan berkisar
antara 15 - 30 menit.
4. Proses Pengeringan
- Proses
pengeringan yang pertama dilakukan adalah dengan menggunakan ECP drier,
kemudian setelah itu langsung dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan
rotary drier.
- Proses
pengeringan pertama akan menurunkan kadar air menjadi 30 - 35 %, dan akan
memperpekat cairan sel.
- Proses
ini dilakukan pada suhu sekitar 110° - 135° C selama ± 30 menit.
- Proses
pengeringan kedua akan memperbaiki bentuk gulungan daun, suhu yang
dipergunakan berkisar antara 70° - 95° C dengan waktu sekitar 60 - 90
menit.
- Produk
teh hijau yang dihasilkan mempunyai kadar air 4 - 6 %.
5. Proses sortasi
- Proses ini bertujuan untuk
mendapatkan teh hijau dengan berbagai kualitas mutu:
a. Peko (daun pucuk).
b. Jikeng (daun bawah / tua).
c. bubuk / kempring (remukan daun).
d. tulang.
Teh Wangi
Melati (Jasmine Tea)
1. Proses Pengeringan I
- Teh
hijau dipanaskan dengan menggunakan mesin Rotary drier / Fluid bed drier
pada suhu 90° - 125° C.
- Proses
penggosongan akan menghasilkan "Cou-cui" berwarna coklat
kehitaman dengan kadar air 3 - 5 %
2. Pemilihan bunga
- Dipilih
bunga yang siap mekar & sedapat mungkin memperkecil penerimaan bunga
"karuk" (kuncup bunga yang belum saatnya mekar), hal ini
bertujuan agar proses pewangian dapat berlangsung dengan sempurna.
3. Proses pelembaban
- Bertujuan
untuk mempersiapkan teh agar dapat menerima aroma bunga secara maksimal.
- Dilakukan
penambahan air ± 20 %.
- Proses
pelembaban dilakukan pada pagi - siang hari, kemudian teh hasil pelembaban
ditebar / dibeber membentuk suatu lapisan setebal ± 15 - 20 cm.
- Setelah
itu dilanjutkan dengan proses pewangian, dimana bunga melati dicampurkan.
4. Proses Pengeringan II
- Menggunakan
ECP drier (Endless Chain Pressure drier) dengan suhu berkisar antara 110°
- 125° C selama 45 - 60 menit.
- Kadar
air produk yang dihasilkan berkisar antara 4 - 6 %.
D.
MANFAAT HASIL PENGOLAHAN TEH
Sudah tidak asing lagi bahwa teh
memiliki kedudukan tersendiri bagi kehidupan manusia dikarenakan manfaatnya
yang sangat besar. Diantaranya teh diolah menjadi berbagai minuman segar yang meliputi teh kemasan ( packet
tea), tea bag, instant tea , flavoured tea , teh wangi (teh melati),
decafeinated tea , dan aneka minuman siap saji ( ready to drink tea )
antara lain teh botol, teh kotak ( tetrapack tea ), canning tea ,
fermented tea, fruit tea, ice tea, tea cola , dan foamy tea.Teh
untuk bahan campuran makanan antara lain dalam bentuk tea-candies,
tea-noodles, tea biscuits, tea-cake, tea-rice, tea-porridge, tea-ice-cream,
dietary food dan teh untuk keperluan industri pewarna makanan dan pengawet
makanan alami. Teh untuk industri farmasi antara lain dalam bentuk teh jamu, food
supplement , cafein, catechin (anti kanker), tea flavin , tea
rubigin , vitamin (B,C,E) dan fluoride.
Teh untuk keperluan industri
toiletries dan disposable under wear karena adanya sifat anti mikroba dari teh.
Kandungan fluor yang tinggi dalam teh telah mendorong penggunaan teh untuk
industri pasta gigi, dan obat kumur. Teh untuk industri kosmetik antara lain
perfume, beuty oil dari minyak biji teh, deodorant dan aneka bahan pewarna
kosmetik. Teh untuk biopestisida antar lain berupa disinfectant dan saponin
dari biji teh untuk pembasmi hama udang.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pengelolaan
pemetikan merupakan hal penting dalam tercapainya mutu teh yang baik secara
kuantitas maupun kualitas. Pengolahan teh adalah metode yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan,
termasuk di antaranya pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh
pengolahan yang dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan teh
melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan teh
dan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peran penting
untuk menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun
memengaruhi citarasa juga turut berperan meski cukup kecil.
B.
Saran
Untuk menghasilkan teh yang berkualitas baik diperlukan
perlakuan khusus diantaranya dimulai dari proses penanaman, perawatan,
pemanenan dan pengolahan. Agar hasilnya lebih maksimal diusahakan mulai dari
awal penanaman sampai dengan proses pengolahan menggunakan cara-cara yang tepat
dan tidak kalah penting pula marilah kita lestarikan tanaman teh yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan serta meminimalsir limbah berbahaya untuk menjaga
lingkungan hidup dari pencemaran hasil industri.
DAFTAR
PUSTAKA
www.bacaandikalasantai.blogspot.com
Adisewojo,
R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung. 193 hal.
Direktorat
Jenderal Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan.
Direktorat
Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. 7 hal.
Dasar-dasar
pemetikan pucuk teh. Warta Balai Penelitian Teh dan Kina. 1 : 29-32. Eden, T.
1965. Tea. Second Edition. Longmans Green and Co. Ltd. London. 201 p.
Fordham, R. 1977. Tea, p. 333-349. In P.T. Alvin and T.T.
Kozlowski (Eds.).