MAKALAH LANDASAN PSIKOLOGIS TENTANG KEPRIBADIAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan
manusia itu tiada taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk
apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa
dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya,
manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga
dengan sesamanya. Tetapi, bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya,
manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya
itu. Dan barang kali sudah menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu
mencari tahu dan tidak pernah puas dengan pengetahuan-pengetahuan yang
diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya sendiri dan sesamanya.
Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan secara mendalam dalam penganganan masalah kemanusiaan ini.
Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan secara mendalam dalam penganganan masalah kemanusiaan ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan psikologi kepribadian dan teori kepribadian?
2.
Bagaimana
pendekatan teori kepribadian psikoanalisa menurut Sigmund Freud?
3.
Bagaimana
pendekatan teori kepribadian behaviorisme menurut B.F. Skinner?
4.
Bagaimana
pendekatan teori kepribadian humanistik menurut Abraham Maslow?
C.
TUJUAN
Penulisan ini memiliki beragam tujuan yang ingin
dicapai baik penulis maupun pembaca. Tujuan tersebut antara lain :
1.
Untuk mengetahui
dan memahami tentang pengertian dari psikologi kepribadian dan teori
kepribadian.
2.
Untuk mengetahui
dan memahami tentang pendekatan teori kepribadian psikoanalisa menurut Sigmund
Freud.
3.
Untuk mengetahui
dan memahami tentang pendekatan teori kepribadian behaviorisme menurut B.F.
Skinner
4.
Untuk mengetahui
dan memahami tentang pendekatan teori kepribadian humanistik menurut Abraham
Maslow.
D.
MANFAAT
PENULISAN
Manfaat di susunya makalah ini yaitu :
Sebagai mahasiswa:
1)
sebagai bahan
tambahan pembelajaran,
2)
untuk menambah pengetahuan
tentang kepribadian
Sebagai guru;
1)
untuk mengetahui
bagaimana kepribadian seorang guru
2)
untuk menambah pengetahuan
tentang kepribadian
E.
METODE PENULISAN
Makalah ini di susun menggunakan metode pustaka di
mana data-data di peroleh dari buku maupun internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN DAN TEORI KEPRIBADIAN
1.1
PENGERTIAN KEPRIBADIAN DAN CIRI-CIRI KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering
dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh
seseorang.
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam
memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat
dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider
(1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik
yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan
konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu,
terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya :
teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung,
teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori
Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi
Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson,
teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin
(2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup
:
·
Karakter yaitu
konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
·
Temperamen yaitu
disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
·
Sikap; sambutan
terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
·
Stabilitas emosi
yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan.
Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
·
Responsibilitas
(tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci
tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
·
Sosiabilitas
yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti :
sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian
tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang
tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan
ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
a.
Kepribadian yang
sehat
1)
Mampu menilai
diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan
dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
2)
Mampu menilai
situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang
dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan
kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
3)
Mampu menilai
prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau
mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau
kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan
frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
4)
Menerima
tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi
masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
5)
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara
berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan
mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di
lingkungannya.
6)
Dapat mengontrol
emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi,
depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif
(merusak)
7)
Berorientasi
tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya
berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan
dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian
(wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
8)
Berorientasi
keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat
fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya,
merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya
dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain,
karena kekecewaan dirinya.
9)
Penerimaan
sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
10)
Memiliki
filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari
keyakinan agama yang dianutnya.
11)
Berbahagia;
situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor
achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
b.
Kepribadian yang
tidak sehat
1)
Mudah marah (tersinggung)
2)
Menunjukkan
kekhawatiran dan kecemasan
3)
Sering merasa
tertekan (stress atau depresi)
4)
Bersikap kejam
atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap
binatang
5)
Ketidakmampuan
untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau
dihukum
6)
Kebiasaan
berbohong
7)
Hiperaktif
8)
Bersikap
memusuhi semua bentuk otoritas
9)
Senang mengkritik/mencemooh
orang lain
10) Sulit tidur
11) Kurang memiliki rasa tanggung jawab
12) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya
bukan faktor yang bersifat organis)
13) Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
14) Pesimis dalam menghadapi kehidupan
15) Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani
kehidupan
1.2
TEORI KEPRIBADIAN MENURUT PARA AHLI
Teori (Perkembangan) Kepribadian berdasarkan pendapat
para ahli, yaitu sebagai berikut:
1.
Sigmund Freud
(Psikoanalisis Klasik) (1856 – 1939)
Struktur Kepribadian, Kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), Pra sadar (Preconscious), dan tidak
sadar /bawah sadar (Unconscious mind). Id, ego,
superego. Id adalah berkaitan dengan prinsip kesenangan, ego berkaitan dengan
prinsip kenyataan, sedangkan superego merupakan penjaga moral atau kata hati. Tahap perkembangan psikoseksual, yaitu oral, anal,
phalik, laten, genital.
2.
Alfred Adler
(Psikologi Individual) (1870 – 1937)
truktur Kepribadian, Manusia adalah mahluk social dan
makhluk individual.
Pokok-Pokok Teori Adler, Individualitas sebagai pokok persoalan, Pandangan Teleologis: Finalisme Semu, Dua Dorongan Pokok, yaitu dorongan kemasyarakatan, dorongan keakuan, Rasa Rendah Diri dan Kompensasi pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia, Gaya Hidup adalah prinsip yang dipakai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang, Diri yang Kreatif adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku.
Pokok-Pokok Teori Adler, Individualitas sebagai pokok persoalan, Pandangan Teleologis: Finalisme Semu, Dua Dorongan Pokok, yaitu dorongan kemasyarakatan, dorongan keakuan, Rasa Rendah Diri dan Kompensasi pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia, Gaya Hidup adalah prinsip yang dipakai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang, Diri yang Kreatif adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku.
3.
Karen Horney
(1885-1952)
Teori Kepribadian, Dasar kepribadian terbentuk pada
tahun-tahun pertama kehidupan anak. Faktor sosial (hubungan antara orang tua
dan anak) sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian (bukan dorongan
biologis). Horney menekankan faktor budaya dibanding faktor biologis dalam
perkembangan manusia, terutama yang terkait dengan perbedaan gender.Anak-anak memulai hidupnya dengan basic
anxiety, tapi hal itu dapat diatasi dengan pengasuhan yang memadai dari orang
tua maupun orang lain.
4.
Harry Stack
Sulivan
Faktor sosial (Proses akulturasi) menentukan
perkembangan psikologis. Juga faktor-faktor fisiologis. Pengalaman-pengalaman
terdiri dari :
1.
Pengalaman
prototasik,
2.
Pengalaman
parataksik,
3.
Pengalaman
sintaksik.
Ada tujuh tahapan perkembangan yaitu :
1.
Infancy (masa
kelahiran sampai mampu berbicara),
2.
Childhood (masa
kanak-kanak),
3.
Juvenile (usia
5-11 tahun),
4.
Preadolescence
(masa pradewasa),
5.
Early adolescence
(masa dewasa awal),
6.
Late adolescence
(masa dewasa akhir),
7.
Adulthood (masa
dewasa / sebagai orang tua).
4.
Erich Fromm
(1900-1980)
Manusia melarikan diri dari kebebasan, karena Manusia
tidak dapat dipisahkan dari alam dan orang lain, Semakin bebas manusia semakin
ia merasa kesepian, tidak berarti dan terasing, Manusia menemukan rasa aman
jika bersatu & bekerjasama dengan orang lain.
Ada dua cara untuk memperoleh makna dari kebersamaan
dalam kehidupan, yaitu: Mencapai kebebasan positif tanpa mengorbankan kebebasan
dan integritas pribadi dan Memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan.
Tiga mekanisme pelarian yang terpenting yaitu : Authoritarianism terdiri dari
masochistic dan sadistic, Destructiveness, dan Automation conformity. Kebutuhan
Manusia, yaitu: Relatedness (berelasi/berhubungan), Rootedness (berikatan),
Unity (bersatu), Identity (indetitas). Ada 4 kebutuhan lain yang berhubungan
dengan pemahaman dan aktivitas, yaitu:
1.
Need for a frame
of orientation,
2.
Need for a frame
of devotion ,
3.
Need for
excitation–stimulation ,
4.
Need for
effectiveness.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia
membentuk 2 tipe karakter yaitu:
1.
Nonproduktif dan
2.
Produktif.
1.3
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN SEBAGAI BIDANG STUDI
Pada tahun 1879, psikologi merupakan satu disiplin
ilmu yang berdiri sendiri, dan salah satu bidang penting yang terdapat
didalamnya adalah bidang yang mempelajari manusia yang dikenal sebagai
psikologi kepribadian. Sama halnya dengan bidang psikologi yang lain, psikologi
kepribadian memberikan sumbangan yang berharga bagi pemahaman kita tentang
manusia melalui kerangka kerja yang ilmiah, yakni dengan menggunakan
konsep-konsep yang mengarah langsung dan terbuka bagi pengujian empiris serta
menggunakan metode yang valid dan memiliki ketepatan.
Yang membedakan psikologi kepribadian dengan
bidang-bidang psikologi lainnya adalah usahanya untuk mensitesiskan dan
mengintegrasikan prinsip-prinsip yang terdapat pada bidang-bidang psikologi
lain tersebut.
Peneliti kepribadian berusaha memformulasi
konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa menguraikan dan
menerangkan relasi dari prinsip-prinsip yang diambil dan disatukannya. Dengan
kata lain, semua faktor yang menentukan atau mempengaruhi tingkah laku manusia
merupakan objek penelitian dan pemahaman para ahli psikologi kepribadian.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
psikologi kepribadian adalah bidang yang memiliki daerah minat yang demikian
luas di banding dengan bidang-bidang psikologi yang lainnya. Sehingga psikologi
kepribadian adalah studi yang mencakup sebagian besar bidang psikologi. Hal ini
terjadi karena tujuan utama dari studi psikologi kepribadian adalah memahami
manusia secara total ataupun menyeluruh.
1.4
SASARAN-SASARAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Salah satu ciri yang utama dari psikologi kepribadian
adalah penggunaan konsep-konsep dan metode-metode yang ilmiah dalam upaya
memahami manusia. Yang mana dengan penggunaan konsep-konsep dan metode-metode
ilmiah tersebut psikologi kepribadian bisa mencapai sasaran-sasarannya.
Sasaran-sasaran dari psikologi kepribadian adalah :
1.
Memperoleh
informasi mengenai tingkah laku manusia.
2.
Mendorong
individu –individu agar bisa hidup secara penuh dan memuaskan.
1.5
TEORI KEPRIBADIAN DAN FUNGSINYA
Teori kepribadian adalah sekumpulan anggapan atau
konsep-konsep yang satu sama lain berkaitan mengenai tingkah laku manusia (Hall
Lindzey, 1970).
Adapun fungsi-fungsi yang harus dimiliki oleh setiap teori kepribadian adalah :
Adapun fungsi-fungsi yang harus dimiliki oleh setiap teori kepribadian adalah :
1.
Fungsi
Deskriptif (menguraikan atau menerangkan)
Fungsi deskriptif ini menjadikan suatu teori
kepribadian bisa mengorganisasi dan menerangkan tingkah laku atau
kejadian-kejadian yang dialami individu secara sistematis.
2.
Fungsi Prediktif
(meramalkan)
Fungsi prediktif ini menjadikan suatu teori
kepribadian bisa meramalkan tingkah laku, kejadian, atau akibat-akibat yang
belum muncul pada diri individu.
1.6
EVALUASI TEORI KEPRIBADIAN
Disamping fungsi deskriptif dan fungsi prediktif,
teori kepribadian bisa dievaluasi berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu
:
1.
Verifiabilitas
Kriteria verifiabilitas menekankan bahwa teori
kepribadian haruslah bertumpu pada konsep-konsep yang jelas, didefenisikan
secara eksplisit dan memiliki kaitan yang logis satu sama lain, yang
memungkinkan teori kepribadian ini bisa diverifikasi (diperiksa) oleh para
peneliti lain.
2.
Nilai Heuristik
Kriteria ini mengevaluasi sampai sejauh mana suatu
teori kepribadian dapat secara langsung mengundang penelitian.
3.
Konsistensi
Internal
Kriteria ini menekankan bahwa suatu teori kepribadian
janganlah mengandung pertentangan didalamnya, serta teori kepribadian tersebut
bisa menerangkan tingkah laku secara konsisten.
4.
Kehematan
Kriteria kehematan menekankan bahwa teori kepribadian
harus disusun berdasarkan konsep yang sesedikit mungkin, jadi, teori
kepribadian dianggap lemah apabila menggunakan konsep yang terlalun banyak.
5.
Keluasan
Kriteria keluasan (comprehensiveness) ini menunjuk
kepada bentangan dan keanekaragaman fenomena yang bisa diliput oleh suatu teori
kepribadian. Semakin luas suatu teori kepribadian, maka akan semakin banyak
pula fenomena atau dasar-dasar tingkah laku yang diungkapkannya.
6.
Signifikansi
Fungsi
Kriteria yang terakhir ini menekankan bahwa teori
kepribadian itu bisa dievaluasi dalam rangka kegunaannya membantu oranng-orang
dalam memahami tingkah laku manusia sehari-hari.
1.7
ARTI DAN DEFINISI KEPRIBADIAN
1.
Kepribadian
menurut pengertian sehari-hari
Kata personalit dalam bahasa Inggris berasal dari
bahasa latin persona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang
biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di Zaman Romawi dalam memainkan
peran-perannya. Selanjutnya, kata persona ini berubah menjadi satu istilah yang
mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok
atau masyarakatnya, yang mana individu tersebut diharapkan bisa bertingkah laku
berdasarkan gambaran sosial yang diterimanya.
Kepribadian juga sering diartikan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu, yang menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya.
Kepribadian juga sering diartikan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu, yang menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya.
2.
Kepribadian
menurut psikologi
Terdapat beberapa defenisi kepribadian dari beberapa
ahli psikologi, diantaranya adalah :
a.
George Kelly
George Kelly memandang Kepribadian sebagai cara yang
unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
b.
Gordon Allport
Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai sesuatu
yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada
seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
c.
Sigmund Freud
Sigmund Freud mamandang kepribadian sebagai suatu
struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego dan super ego. dan
tingkah laku menurut Freud merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga
sistem kepribadian tersebut.
1.8
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEORI KEPRIBADIAN
1.
Faktor-faktor
historis masa lampau
Teori kepribadian telah dikenai pengaruh oleh semua
faktor yang mempengaruhi psikologi. Dari sekian banyak faktor historis yang
berkaitan dan menghasilkan psikologi, diantaranya terdapat empat faktor utama
yang berpengaruh langsung atas pembentukan teori kepribadian. Empat faktor
tersebut adalah :
a.
Pengobatan
Klinis Eropa
Pengobatan klinis Eropa dapat dikatakan memiliki arti
penting bagi teori kepribadian karena peranannya dalam menciptakan iklim
intelektual yang memungkinkan Freud mengembangkan psikoanalisanya yang unik,
yang mana teori psikoanalisa tersebut merupakan salah satu aliran yang utama
dan besar pengaruhnya dalam psikologi modern.
b.
Psikometrik
Psikometrik (pengukuran psikologi) digunakan untuk
mengukur fungsi-fungsi psikologis manusia seperti kecerdasan, bakat, minat,
motif-motif dan trait-trait kepribadian.
c.
Behaviorisme
Behaviorisme adalah salah satu aliran dalam psikologi,
didirikan pada tahun 1913 oleh John B. Watson (1878-1958).
Pengaruh atau peranan behaviorisme dalam pembentukan teori kepribadian terletak pada upaya dan anjuran-anjurannya untuk memandang dan meneliti tingkah laku secara objektif. Penelitian-penelitian yang digunakan oleh para behavioris melalui penggunaan eksperimen sebagai metodenya dan menggunakan hewan sebagai objek percobaannya. Hal tersebut menjadikan behaviorisme tampil sebagai penyumbang yang besar bagi terciptanya konsep-konsep tentang teori kepribadian yang bisa di uji ketepatannya secara empiris, juga menciptakan teknik terapi baru yang dikenal dengan istilah behavior therapy.
Pengaruh atau peranan behaviorisme dalam pembentukan teori kepribadian terletak pada upaya dan anjuran-anjurannya untuk memandang dan meneliti tingkah laku secara objektif. Penelitian-penelitian yang digunakan oleh para behavioris melalui penggunaan eksperimen sebagai metodenya dan menggunakan hewan sebagai objek percobaannya. Hal tersebut menjadikan behaviorisme tampil sebagai penyumbang yang besar bagi terciptanya konsep-konsep tentang teori kepribadian yang bisa di uji ketepatannya secara empiris, juga menciptakan teknik terapi baru yang dikenal dengan istilah behavior therapy.
d.
Psikologi
Gestalt
Psikologi gestalt adalah salah satu aliran psikologi
yang didirikan pada tahun 1912 oleh Max Wertheimer (1880-1943) bersama-sama
dengan Wolfgang Kohler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1886-1941). Yang mana
ketiga tokoh tersebut berasal dari Jerman.
Prinsip utama dari psikologi gestalt adalah prinsip
bahwa suatu gejala atau fenomena harus dan hanya bisa dimengerti sebagai suatu
totalitas (keseluruhan). Prinsip ini menentang elementalisme, yaitu paham yang
mempelajari kesadaran dan tingkah laku manusia dengan cara memecah-mecahnya ke
dalam elemen-elemen atau bagian-bagian. Prinsip gestalt ini dikenal dengan
sebutan prinsip holistik dengan para tokohnya yaitu Alfred Adler, Kurt
Goldstein, Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Prinsip kedua dari psikologi gestalt adalah prinsip bahwa fenomena adalah data yang mendasar bagi psikologi. Prinsip ini sejalan dengan prinsip filsafat dan psikologi fenomenologi yang mengatakan bahwa fenomena harus dilihat apa adanya, tanpa ada pengaruh atau campur tangan apapun dari pengamat. Implikasi dari prinsip ini bisa ditemukan pada teori kepribadian dan teknik terapi Rogers. Selain dua prinsip tersebut, masih banyak tema penting yang terdapat pada psikologi gestalt yang menjadikan psikologi gestalt sebagai suatu aliran yang unik dan berpengaruh. Tetapi dalam bab ini hanya dua prinsip yang dapat dan perlu diungkapkan.
Prinsip kedua dari psikologi gestalt adalah prinsip bahwa fenomena adalah data yang mendasar bagi psikologi. Prinsip ini sejalan dengan prinsip filsafat dan psikologi fenomenologi yang mengatakan bahwa fenomena harus dilihat apa adanya, tanpa ada pengaruh atau campur tangan apapun dari pengamat. Implikasi dari prinsip ini bisa ditemukan pada teori kepribadian dan teknik terapi Rogers. Selain dua prinsip tersebut, masih banyak tema penting yang terdapat pada psikologi gestalt yang menjadikan psikologi gestalt sebagai suatu aliran yang unik dan berpengaruh. Tetapi dalam bab ini hanya dua prinsip yang dapat dan perlu diungkapkan.
2.
Faktor-faktor
Kontemporer
Faktor-faktor kontemporer yang mempengaruhi teori
kepribadian itu berasal dari dalam maupun luar psikologi. Dari dalam psikologi
faktor-faktor itu muncul berupa perluasan dalam area atau bidang studi.
Contohnya seperti psikologi lintas budaya, studi tentang proses-proses
kognitif, motivasi, dll.
Dari luar psikologi, faktor kontemporer yang
berpengaruh tehadap teori kepribadian sangatllah banyak. Sebagai contoh ialah
pengaruh filsafat eksistensialisme. Yaitu aliran filsafat yang menekankan
kebebasan, penentuan diri dan keberubahan manusia ini meninggalkan jejaknya
yang nyata pada pemikiran para teoris kepribadian yang berada dibawah payung
eksistensial.
3. Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian
a. Faktor keturunan
Faktor keturunan (biologis) berpengaruh langsung dalam
pembentukan kepribadian seseorang. Beberapa factor biologis yang penting
seperti system syaraf, watak, seksual dan kelainan biologis, seperti
penyakit-penyakit tertentu.
b. Faktor lingkungan fisik (geografis)
Meliputi iklim dan bentuk muka bumi atau topografi
setempat, serta sumber-sumber alam, Faktor lingkungan fisik (geografis) ini
mempengaruhi lahirnya budaya yang berbeda pada masing-masing masyarakat.
c. Faktor lingkungan social
1) Faktor
keluarga, dimulai sejak bayi yaitu berhubungan dengan orangtua dan saudaranya
2) Lingkungan
masyarakat yang beraneka ragam. Suatu warna yang harus ditegaskan dapat saja
dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.
d. Faktor kebudayaan yang berbeda-beda
Perbedaan kebudayan yang berbeda-beda .Perbedaan
kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang
misalnya kebudayaan di daerah pantai, pegunungang, kebudayaan petani,
kebudayaan kota.
4.
Kebudayaan dan
Pengaruhnya terhadap kepribadian
Ciri-ciri dan unsur-unsur kepribadian seseorang
individu dewasa sebenarnya sudah tertanam ke dalam jiwa seseorang anak sejak
awal yaitu pada masa kanak-kanak melalui proses sosialisasi.
1.9
ANGGAPAN-ANGGAPAN
DASAR TENTANG MANUSIA
1.
Kebebasan –
ketidakbebasan
Anggapan ini menyatakan bahwa manusia adalah makhluk
yang bebas berkehendak, bebas mengambil sikap, dan bebas menentukan arah dari
kehidupannya. Tetapi teoris yang lain juga beranggapan bahwa manusia merupakan
organisme yang tingkah lakunya dideterminasi (ditentukan) oleh sejumlah
determinan, determinan atau penentu bagi tingkah laku manusia berada atau
berasal dari dalam manusia itu sendiri, seperti naluri-naluri atau
dorongan-dorongan
2.
Rasionalitas –
irasionalitas
Masalah dasar yang terdapat pada dimensi rasionalitas
– irasionalitas menyangkut seberapa besar pengaruh atau peranan akal dari dalam
diri dan tingkah laku manusia. Anggapan-anggapan ini menyatakan bahwa manusia
itu sebagai makhluk yang rasional, namun ada pula yang beranggapan bahwa
manusia itu cenderung makhluk yang irasional.
3.
Holisme –
Elementalisme
Prinsip holistik adalah sebuah prinsip yang berasal
dari psikologi gestalt yang menekankan bahwa suatu fenomena harus dilihat dan
hanya bisa dimengerti dalam keseluruhannya atau sebagai suatu totalitas.
Sedangkan anggapan elementalistik menekankan bahwa suatu hak hanya bisa
dipelajari dan diterangkan dengan jalan menyelidiki aspek-aspeknya secara
terpisah.
4.
Konstitusionalisme
– environmentalisme
Teori yang bisa dimasukkan dalam teori kepribadian konstitusionalis
adalah teori Freud mengenai naluri yang bersifat bawaan, teori lain yang bisa
masuk teori konstitusionalis ini adalah teori Maslow dengan kebutuhan
bertingkatnya..
Sementara itu, yang dimaksud dengan environmentalisme adalah paham yang menekankan peranan lingkungan. Sebagai contoh adalah teori yang dikemukakan oleh John Locke (1623-1704), yaitu teori tabula rasa.
Sementara itu, yang dimaksud dengan environmentalisme adalah paham yang menekankan peranan lingkungan. Sebagai contoh adalah teori yang dikemukakan oleh John Locke (1623-1704), yaitu teori tabula rasa.
5.
Berubah – tak
berubah
Anggapan dasar ini menyatakan bahwa adanya kemungkinan
berubah-tidak berubahnya kepribadian individu sepanjang hidupnya,
6.
Subjektivitas –
objektivitas
Anggapan dasar tentang subjektivitas – objektivitas
manusia bisa dinyatakan melalui pertanyaan-pertanyaan apakah manusia itu hidup
dalam pengalaman yang personal atau subjektif dan tingkah lakunya dipengaruhi
oleh subjektifitasnya itu, atau apakah tingkah laku manusia itu justru
ditentukan oleh faktor-faktor eksternal dan objektif.
7.
Proaktif –
reaktif
Pandangan Proaktif – reaktif pada dasarnya mengacu
atau mempermasalahkan pada tingkah laku manusia , yang mana apakah penyebab
tingkah laku manusia itu didorong atau ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
internal (proaktif) ataukah oleh kekuatan-kekuatan eksternal (reaktif).
8.
Homeostatis –
heterostatis
Konsep homeostatis menerangkan bahwa tingkah laku
manusia terutama dimotivasi atau digerakkan ke arah tegangan-tegangan internal
yang terjadi akibat ketidakseimbangan fisis, sehingga keseimbangan bisa dicapai
kembali dan terpelihara pada taraf yang optimal, sedangkan heterostatis
menekankan bahwa tingkah laku manusia itu terutama dimotivasi ke arah
pertumbuhan, pencarian stimulus, dan pengungkapan diri.
9.
Dapat diketahui
– tidak dapat diketahui
Anggapan ini menyatakan bahwa upaya ilmiah (psikologi)
hanya menghsilkan sedikit pengetahuan tentang manusia, tetapai ada juga yang bertolak
belakang dengan anggapan ini, mereka beranggapan bahwa manusia akan bisa
diketahui melalui upaya ilmiah karena pada dasarnya manusia bertingkah laku
seperti hukum alam yang sama dengan makhluk hidup.
B. TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISA
2.1 KEPRIBADIAN DALAM TEORI PSIKOANALISA
Dalam teori psikoanalisa, kperibadian dipandang
sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego
dan super ego.ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta
membentuk suatu totalitas.
1.
Id
Id/das es adalah sistem kepribadian yang paling dasar,
yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya,
id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang
dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya,
id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan
yang menyenangkan.
Untuk keperluan mencapai maksud dan tujuannya itu, id
mempunyai perlengkapan berupa dua macam proses, proses yang pertama adalah
tindakan-tindakan refleks, yaitu suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang
mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu merupakan bawaan.
Proses yang kedua adalah proses primer. Yaitu suatu proses yang melibatkan
sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Dengan proses primer ini dimaksudkan
bahwa id (dan organisme secara keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan dengan
cara membentuk bayangan dari objek yang bisa mengurangi teganan.
2.
Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai
pengarah individu kepada dunia objek tentang kenyataan, dan menjalankan
fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Menurut Freud, ego tebentuk pada struktur kepribadian
individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki
dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan
oleh individu..
Ego dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Jadi, fungsi yang paling dasar ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.
Ego dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Jadi, fungsi yang paling dasar ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.
3.
Superego
Superego/das Uberich adalah sistem kepribadian yang
berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut
baik-buruk).
Adapun fungsi utama dari superego adalah :
Adapun fungsi utama dari superego adalah :
1.
Sebagai
pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls
teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
2.
Mengarahkan ego
pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
3.
Mendorong
individu kepada kesempurnaan.
2.2
DINAMIKA
KEPRIBADIAN
Freud menyatakan gagasan bahwa energy fisik bisa
diubah menjadi energy psikis, dan sebaliknya. Yang menjembatani energi fisik
dengan kepribadian adalah id dengan naluri-nalurinya.
1.
Naluri
Menurut Freud, naluri atau insting adalah representasi
psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yang
diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh.
2.
macam – macam
naluri
Freud berpendapat bahwa naluri-naluri yang ada pada
manusia itu ada dua macam, yaitu naluri-naluri kehidupan (life instincts) dan
naluri-naluri kematian (death instincts).
3.
Penyaluran dan
penggunaan energi psikis
Dalam teori Freud dinamika kepribadian terdiri dari
jalan tempat energi psikis disalurkan dan digunakan oleh id, ego dan superego.
Karena jumlah energi itu terbatas, maka diantara ketiga sistem kepribadian
tersebut hampir selalu terjadi persaingan dalam penggunaan energi. Satu sistem
ingin mengambil kendali dan ingin memperoleh lebih banyak dari pada yang
lainnya. Apabila salah satu sistem memperoleh energi lebih banyak, maka
sistem-sistem yang lain akan kekurangan energi dan akan menjadi lemah, sampai
energy baru ditambahkan kepada sistem keseluruhan.
4.
Kecemasan
Freud membagi kecemasan menjadi tiga jenis, yaitu
kecemasan riel, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan real adalah
kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal
dari dunia luar, sedangkan yang dimaksud dengan kecemasan neurotik adalah
kecemasan atas tidak terkendalikannya naluri-naluri primitif oleh ego yang
nantinya bisa mendatangkan hukuman.
Adapun yang dimaksud kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individu yang telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.
Adapun yang dimaksud kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individu yang telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.
5.
Mekanisme
Pertahanan Ego
Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego adalah
strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan
id, maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar
kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.
Freud menguraikan adanya tujuh macam mekanisme
pertahanan ego, yaitu :
a.
.Represi
Represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk
meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan-dorongan atau
keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut kedalam tak sadar.
b.
ublimasi
Sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang
ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan
menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab kecemasan kedalam
bentuk (tingkah laku) manusia yang bisa diterima dan dihargai masyarakat.
c.
Proyeksi
Proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap atau
tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
d.
Displacement
Displacement adalah pengungkapan dorongan yang
menimbulkan kecemasan pada objek atau individu yang kurang berbahaya atau
kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula.
e.
Rasionalisasi
Rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu
menyelewengkan atau memutarbalikkan kenyataan yang mengancam ego, melalui alas
an tertentu yang seakan-akan masuk akal.
f.
Reaksi formasi
Reaksi formasi adalah reaksi dimana kadang-kadang ego
individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitive agar tidak muncul
sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku sebaliknya.
g.
Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme dimana individu untuk
menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali kepada taraf
perkembangan yang lebih rendah serta bertingkah laku seperti ketika dia berada
dalam taraf yang lebih rendah itu.
2.3
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
Teori psikoanalisa mengenai perkembangan kepribadian
berlandaskan dua premis, pertama, premis bahwa kepribadian individu dibentuk
oleh berbagai jenis pengalaman masa kanak-kanak awal. Kedua, energy seksual
(libido) ada sejak lahir dan kemudian berkembang melalui serangkaian tahapan
psikoseksual yang bersumber pada proses-proses naluriah organism.
Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat tiga fase
atau tahapan perkembangan psikoseksual yang kesemuanya menentukan bagi
pembentukan kepribadian. Tiga fase tersebut adalah :
1.
Fase Oral
Fase oral adalah fase pertama yang berlangsung pada
perkembangan kehidupan individu. pada fase ini, daerah erogen yang paling
penting dan paling peka adalah mulut.yakni berkaitan
dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau minuman. Stimulasi atau
perangsangan atas mulut merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau
kepuasan.
2.
Fase Anal
Fase anal dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga
kehidupan. Pada fase ini energy liibidal dialihkan dari mulut ke daerah
dubur,serta kesenangan dan kepuasan diperoleh dengan tindakan mempermainkan
atau menahan kotoran (faeces). Pada fase ini pula, seorang anak diperkenalkan
kepada aturan-aturan kebersihan yang disebut toilet training.
3.
Fase Falik
Fase falik ini berlangsung pada tahun keempat atau
kelima, yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah
dubur kedaerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik pada alat
kelaminnya sendiri dan mempermainkannya dengan maksud untuk memperoleh kepuasan
lainnya.
2.4
VALIDASI EMPIRIS
ATAS KONSEP-KONSEP PSIKOANALISA
Dalam pembahasan berikut, akan diungkapkan beberapa
penelitian yang dilakukan dalam rangka menguji validitas konsep-konsep
psikoanalisa. Penelitian-penelitian tersebut adalah :
1.
Penelitian
mengenai represi.
2.
Kompleks kastrasi
dan penis envy dalam mimpi.
3.
Humor dan
tertawa.
4.
Pemilihan anak
laki-laki versus anak perempuan.
2.5
PENERAPAN
PSIKOANALISA DALAM PSIKOTERAPI
1.
Penggunaan
Asosiasi Bebas
Dengan menggunakan asosiasi bebas, pasien didorong
untuk melepaskan seluruh refleksi kesadarannya, mengikuti pemikiran dan
perasaannya secara spontan. Sehingga pengungkapan hal-hal yang terlintas dalam
pikiran pasien tersebut berjalan dengan lancar.
Asosiasi bebas bertumpu pada anggapan bahwa satu
asosiasi mengarahkan pada hal-hal lain yang terdapat jauh dialam tak sadar.
Asosiasi yang diucapkan oleh pasien ditafsirkan sebagai pengungkapan tersamar atau
berkedok dari pemikiran atau perasaan yang direpres.
2.
Analisis Mimpi
Freud memandang mimpi sebagai jalan utama menuju kea
lam tak sadar karena dia melihat isi mimpi ditentukan oleh keinginan-keinginan
yang direpres. Mimpi juga bisa ditafsirkan sebagai pemuasan simbolis dari
keinginan-keinginan, dan isinya sebagian merefleksikan pengalaman-pengalaman
masa kanak-kanak awal.
3.
Analisis
Transferensi
Transferensi adalah fenomena saat pasien menggunakan
mekanisme pertahanan ego, dimana impuls tak sadar dialihkan sasarannya dari
objek satu ke objek lainnya.
Dalam fenomena transferensi, pasien akan mengalami
neurosis transferensi, dimana neurosis transferensi ini membantu memperoleh
pemahaman atas cara-cara pasien dalam mengamati, merasakan dan bereaksi
terhadap figur orang-orang yang berarti pada awal kehidupannya.
4.
Reedukasi
Reedukasi bukanlah suatu teknik terapi psikoanalisa,
melainkan suatu upaya mendorong pasien agar memperoleh pemahaman baru atas
kehidupan yang dijalaninya. Reedukasi ini dilakukan pada tahap akhir dari
terapi.
C. TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORSME
3.1 PENDEKATAN PSIKOLOGI SKINNER
1. Tentang Otonomi Manusia
Skinner menolak seluruh penguraian tingkah laku yang
didasarkan pada keberadaan agen hipotesis yang terdapat dan menentukan diri manusia
seperti self, ego dan sebagainya. Menurut Skinner mekanisme mentalistik dan
intrapsikis itu bersumber pada pemikiran animisme. Skinner menentang anggapan
mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia yang menjadikan manusia
memiliki otonomi atau kemandirian dalam bertingkah laku.
Keberadaan manusia otonom itu bergantung pada
pengetahuan kita, dan dengan sendirinya akan kehilangan status dan tidak
diperlukan lagi apabila kita mengetahui lebih banyak tentang tingkah laku.
Skinner berpendapat bahwa kita tidak perlu mencoba untuk menemukan apa itu
kepribadian, keadaan jiwa, perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran atau
prasyarat-prasyarat lain dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman
mengenai tingkah laku manusia.
2. Penolakan atas penguraian fisiologis-genetik
Skinner tidak percaya bahwa jawaban akhir dari
pertanyaan-pertanyaan psikologi akan bisa ditemukan dalam laboratorium ahli
fisiologi. Penolakan Skinner atas penguraian atau konsepsi-konsepsi
fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar berlandaskan alasan
bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol tingkah laku.
3. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tingkah laku
Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku
ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol
lingkungan atau bisa dikendalikan. Menurut Skinner, ilmu pengetauan tentang
tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada dasarnya tidak berbeda dengan ilmu
pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data yang bertujuan untuk
meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajri (dalam psikologi Skinner,
fenomena yang dipelajari adalah tingkah laku).
4. Kepribadian menurut perspektif behviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang
memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen
penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point dimana
faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan
akibat atau tingkah laku yang khas pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi tentang kepribadian ditujukan
kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organism dan
konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
3.2
PENGONDISIAN
OPERAN
Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku,
yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden
adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal,
dan stimulus itu selalu mendahului respons.
Tingkah laku responden yang tarafnya lebih tinggi, dimiliki oleh individu melalui belajar dan bisa dikondisikan.
Tingkah laku responden yang tarafnya lebih tinggi, dimiliki oleh individu melalui belajar dan bisa dikondisikan.
1.
Mencatat tingkah
laku operant
Skinner beranggapan bahwa hukum-hukum fungsional dari
tingkah laku paling baik dikembangkan dengan memusatkan pada faktor-faktor yang
meningkatkan dan atau mengurangi probabilitas kemunculan respons dilain waktu
dari pada menciptakan stimulus spesifik yang memacu respons.
Dalam pengondisian operant, tingkah laku organisme
perlu diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Karena sumber data
psikologi yang paling berarti adalah tingkatan merespon dari organisme (jumlah
respon yang dihasilkan dari waktu tertentu).
Pengondisian operan ini memungkinkan peneliti bisa
menguji atau memeriksa bagaimana variabel-variabel (penguatan atau hukuman)
mengetahui tingkah laku operan dalam periode yang diperpanjang.
2.
Jadwal perkuatan
Inti dari pengondisian operan menunjukkan bahwa
tingkah laku yang diberi penguatan akan cenderung diulang. Sebaliknya, tingkah
laku yang tidak diberi penguatan Selanjutnya,
yang dimaksud dengan jadwal perkuatan itu sendiri adalah aturan yang menentukan
dalam keadaan bagaimana atau kapan perkuatan-perkuatan akan disampaikan
Dalam system Skinner, terdapat beberapa jadwal
perkuatan yang bebeda, yang kesemuanya bisa dikategorikan menurut dua dimensi
dasar, yaitu :
a.
Perkuatan yang
diberikan hanya setelah organisme melalui interval waktu (disebut jadwal
perkuatan interval).
b.
Perkuatan yang
diberikan hanya setelah organisme menunjukkan sebuah respons (disebut jadwaL
perkuatan perimbangan).
3.
Tingkah laku
takhyul
Pengondisian operan ini diantarai oleh kausal-temporal
antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkannya.
Tetapi sering terjadi kaitan antara respons dan hasil yang mengikutinya muncul
semata-mata karena kebetulan.
Tingkah laku yang disandarkan pada hubungan respon
perkuatan kebetulan itu disebut juga tingkah laku takhyul. Menurut Skinner,
tingkah laku takhyul akan muncul dalam keadaan individu percaya bahwa tingkah
laku tertentu yang diungkapkannya merupakan penyebab dari kejadian yang telah
dan akan dialaminya.
Skinner juga mengemukakan bahwa tingkah laku takhyul
itu tidak hanya merupakan hasil dari pengalaman pribadi atau kisah pengondisian
individual, melainkan banyak diantaranya yang berasal dari pengalaman bersama
dan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4.
Shaping
Shaping adalah pembentukan suatu respons melalui
pemberian perkuatan atas respons-respons lain yang mengarah atau mendekati
respons yang ingin dibentuk itu. Dengan demikian, peneliti bisa mpemperpendek
waktu yang bisa diperlukan untuk mengondisikan respons, dan bisa juga
meningkatkan rentang dari tungkah laku operan yang tidak bisa dicapai melalui pengondisian
standar yang kaku.
5.
Pemerkuat
sekunder
Skinner berpendapat bahwa pemerkuat itu terdiri dari
dua jenis, yakni pemerkuat primer dan pemerkuat sekunder. Pemerkuat primer
(pemerkuat tak berkondisi) adalah kejadian atau objek yang memiliki sifat
memperkuat secara inheren. Sedangkan pemerkuat sekunder adalah hal, kejadian
atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respons melalui kaitan yang erat
dengan pemerkuat primer berdasarkan pengalaman pengondisian atas proses belajar
pada organisme. Perubahan kecil dalam prosedur standar pengondisian operan
menunjukkan bagaimana stimulus netral bisa memperoleh daya atau nilai pemeerkuat
bagi suatu tingkah laku. Halm yang paling penting bagi pemerkuat sekunder
adalah kecenderungannya untuk digeneralisasikan apabila dipasangkan dengan lebih
dari satu pemerkuat primer.
Skinner menyatakan bahwa pemerkuat sekunder memang
memiliki daya yang besar bagi pembentukan dan pengendalian tingkah laku.
Tetapi, karena masing-masing individu mempunya pengalaman yang berbeda, maka
nilai pemerkuat sekunder itu belum tentu sama bagi semua orang.
6.
Penggunaan stimulus
aversif
Stimulus aversif adalah stimulus yang tidak
menyenangkan, tidak diharaokan dan selalu dihindari oleh organisme. Skinner
menyebutkan bahwa ada dua metode yang berbeda sehubungan dengan penggunaan
stimulus aversif ini, yakni pemberian hukuman (punishment) dan perkuatan
negatif
7.
Generalisasi dan
diskriminasi stimulus.
Generaslisasi stimulus adalah kecenderungan untuk
terulang atau meluasnya tingkah laku yang diperkuat dari satu situasi stimulus
ke dalam situasi stimulus yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
diskriminasi stimulus adalah suatu proses belajar bagaimana merespons secara
tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda.
3.3
VALIDASI EMPIRIS
ATAS TEORI BELAJAR SKINNER
Validasi empiris atas teori belajar Skinner bisa
diketahui dari berbagai pendapat Skinner, meliputi :
1.
Metode penelitian
Skinner
2.
Terapi tingkah
laku, dan
3.
Penanggungan
masalah perkawinan
3.4
PENERAPAN: DUNIA
SEBAGAI KOTAK SKINNER
1.
Teknologi
tingkah laku
Menurut Skinner, seluruh masalah utama yang dihadapi
dunia modern dewasa ini adalah menyangkut tingkah laku manusia. Yang mana
masalah tersebut tidak akan bisa teratasi jika hanya mengandalkan fisika atau
kimia. Yang dibutuhkan justru teknologi tingkah laku. Dengan kata lain, untuk
memahami tingkah laku manusia kita harus melihat faktor-faktor penyebab yang
sesungguhnya, yaitu faktor lingkungan.
Skinner beranggapan bahwa sifat-sifat atau gambaran-gambaran dari manusia otonom yang paling menghambat atas terbentuknya teknologi tingkah laku adalah “kebebasan dan kemuliaan:
Skinner beranggapan bahwa sifat-sifat atau gambaran-gambaran dari manusia otonom yang paling menghambat atas terbentuknya teknologi tingkah laku adalah “kebebasan dan kemuliaan:
2.
Kebebasan
Menurut Skinner manusia dan kemanusiaan tidak akan
sepenuhnya lepas dari kendali lingkungan, melainkan hanya lepas dari
pengendali-pengendali tertentu. Untuk memperbaiki keadaan manusia, manusia itu
sendiri harus menghentikan usaha pencarian kebabasan yang sia-sia, dan
memusatkan perhatian ilmiah kepada perubahan drastis dari struktur-struktur
sosial.
3.
Kemuliaan
Konsep mengenai kemuliaan manusia (human dignity)
adalah menyangkut penghormatan dan pemeliharaan martabat manusia. Menurut Freud
penganut konsep tersebut menentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tingkah laku, sebab mereka dihambat oleh ilusi mengenai kemuliaan dan tanggung
jawab manusia otonom itu. Oleh karena itu konsep kemuliaan menghambat kemajuan
manusia. Dan jika kita ingin membangun konsep dunia versi skinner, konsep
kemuliaan harus dibuang bersama konsep kebebasan.
4.
Hukuman
Skinner menentang hukuman tidak hanya karena hukuman
itu berasal dari konsep yang keliru mengenai tingkah laku manusia. Tetapi juga
hukuman itu bersifat tidak efektif. Selain itu, menurut Skinner bahwa salah
satu tugas utama kita adalah membuat kehidupan kurang dari hukuman dengan
merancang masyarakat yang tidak perlu menggunakan hukuman sebagai pengendali
tingkah laku para anggotanya.
5.
Alternatif dari
Hukuman
Skinner menyatakan bahwa alternatif-alternatif lain
dari hukuman itu tidak efektif. Selain itu alternatif lain dari hukuman
dipraktekkan secara kaku. Alternatif-alternatif itu menurut Skinner antara lain
permissiveness, bimbingan dan metode “mengubah pikiran”. Permissiveness atau
kebijakan membiarkan adalah cara yang tidak efektif disebabkan kebijakan
semacam ini meninggalkan aspek-aspek lain dari pengendalian lingkungan.
6.
Nilai-nilai
Menurut Skinner, memutuskan atau menilai suatu hal
sebagai baik atau buruk mengandung arti mengklasifikasikan suatu hal tersebut
ke dalam rangka efek-efek memperkuatnya. Tegasnya, sesuatu yang baik adalah
sesuatu yang memperkuat secara positif. Sedangkan sesuatu itu dikatakan buruk
apabila memperkuat secara negatif. Sasaran umum yang dimaksud Skinner dalam hal
ini adalah untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Dimana masing-kmasing
orang diperkuat atau memperoleh perkuatan secara maksimal.
7.
Evolusi
Kebudayaan
Penciptaan utopia behaviorisme menuntut pemahaman
mengenai bagaimana kebudayaan-kebudayaan atau lingkungan-lingkungan sosial
berkembang. Menurut Skinner, peranan teknologi tingkah laku dalam pemeliharaan
kelangsungan kebudayaan itu adalah membantu percepatan evolusi kebudayaan.
8.
Perancangan kebudayaan
Skinner mangajukan gagasan tentang perancangan kebudayaan
menurut prinsip behaviorisme. Menurut Skinner, kebudayaan mirip dengan kotak
eksperimen yang sering ia gunakan dalam penyelidikan tingkah laku. Karena pada
keduanya terdapat keniscayaan-keniscayaan dari perkuatan. Skinner juga
beranggapan bahwa, rancangan kebudayaan ilmiah itu hanyalah satu cara dari kita
untuk memelihara kelangsungan kebudayaan dan kehidupan kita sendiri. Kebudayaan
kita, yang telah menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu
menyelamatkan dan diselamatkan pengelolanya melalui tindakan-tindakan yang
efektif
9.
Penghapusan
konsep manusia otonom.
Skinner menegaskan perlunya penghapusan konsep manusia
otonom, karena keberadaan manusia otonom berikut atribut-atribut mentalnya
sangan kabur, menurut Skinner, pada gilirannya konsep manusia otonom itu
setahap demi setahap harus dihapuskan dan digantikan oleh konsep dan upaya
pengendalian tingkah laku.
D. TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK
4.1 EKSISTENSIALISME DAN PSIKOLOGI HUMANISTIK
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang mempermasalahkan
manusia sebagai individu yang dan sebagai problema yang unik dengan
keberasaannya. Menurut aliran eksistensialisme, manusia adalah hal
yang-mengada-dalam dunia (being in the word) dan menyadari penuh akan
keberadaannya.
Para filsuf eksistensialisme percaya bahwa setiap
individu mengalami kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib
atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan
keberadaannya itu. Sejumlah tokoh dari eksistensialisme ini adalah Soren Kierkegarrd,
Nietzsche, Karls Jaspers, Martin Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty, Camus,
Binswanger, Medard Boss dan Viktor Frankl.
Eksistensialisme ini menarik bagi para ahli psikologi
humanistik. Para ahli humanistic pun menekankan bahwa individu adalah penentu
bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar,
beabas meilih atau menentukan setiap tindakannya.
Konsep penting lainnya bagi psikologi humanistik yang
diambil dari eksistensialisme adalah konsep kemenjadian (becoming). Menurut konsep
ini, manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi
sesuatu yang lain dari sebelumnya.
4.2 AJARAN-AJARAN DASAR PSIKOLOGI HUMANISTIK
1. Individu sebagai keseluruhan yang integral
Salah satu aspek yang fundamental dari psikologi
humanistik adalah ajarannya bahwa manusia atau individu harus dipelajari
sebagai keseluruhan yang integral, khas dan terorganisasi.
2. Ketidakrelevanan penyelidikan dengan hewan
Para psikologi humanistic mengingatkan tentang adanya
perbedaan antara manusia dengan hewan. Maslow menegaskan bahwa penyelidikan
manusia dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami tingkah laku manusia
karena mengabaikan ciri-ciri yang khas pada manusia.
3. Pembawaan baik manusia
Psikologi humanistik memiliki anggapan bahwa manusia
itu pada dasarnya adalah baik. Kekuatan jahat atau merusak yang ada pada
manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk, bukan merupakan bawaan.
4. Potensi kreatif manusia
Salah satu prinsip dari psikologi humanistic adalah
bahwa potesnsi kreatif merupakan potensi umum yang ada pada manusia. Maslow
juga menemukan bahwa kebanyakan orang yang kehilangan kreativitasnya menjadikan
mereka ”tak berbudaya”
5. Penekanan pada kesehatan psikologis
Psikologi humanistik memandang self-fulfillment
sebagai tema yang utama dalam hidup manusia. Suatu tema yang tidak akan
ditemukan pada teori lain yang berlandaskan studi atas individu yang mengalami
gangguan.
4.3 TEORI KEBUTUHAN BERTINGKAT
Menurut maslow, bagi manusia kepuasan itu bersifat
sementara. Jika suatu kebutuhan telah terpuaskan, maka kebutuhan-kebutuhan lain
akan menutut pemuasa,. begitu setersunya. Berdasarkan ciri demikian, Maslow
mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang ada pada manusia adalah merupakan
bawaan dan tersusun menurut tingkatan (bertingkat). Kebutuhan yang tersusun
bertingkat itu dirinci kedalam lima tingkat kebutuhan, yaitu :
1.
Kebutuhan-kebutuhan
dasar fisiologis
2.
Kebutuhan akan
rasa aman
3.
Kebutuhan akan
cinta dan memiliki
4.
Kebutuhan akan
rasa harga diri, dan
5.
Kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Menurur Maslow, ke butuhan yang ada di tingkat dasar
pemuasannya lebih mendesak dari pada kebutuhan yang ada di atasnya. Susunan
kebutuhan dasar yang bertingkat itu merupakan organisasi yang mendasari
manusia. Dengan melihat kebutuhan individu tersebut, kita bisa melihat kualitas
perkembangan kepribadian individu tersebut. Semakin individu itu mampu
memuaskan kebutuhannya yang tinggi, maka individu itu akan semakin semakin
mampu mencapai individualitas, matang dan berjiwa sehat.
Maslow mengingatkan bahwa dalam pemuasan kebutuhan itu tidak sselalu kebutuhan yang ada di bawah lebih penting atau didahulukan dari kebutuhan yang ada diatasnya. Tetapi tentu saja hal tersebut merupakan suatu kekecualian, karena secara umum kebutuhan yang lebih rendah pemuasannya lebih mendesak dari pada kiebutuhan yang lebih tinggi.
Maslow mengingatkan bahwa dalam pemuasan kebutuhan itu tidak sselalu kebutuhan yang ada di bawah lebih penting atau didahulukan dari kebutuhan yang ada diatasnya. Tetapi tentu saja hal tersebut merupakan suatu kekecualian, karena secara umum kebutuhan yang lebih rendah pemuasannya lebih mendesak dari pada kiebutuhan yang lebih tinggi.
4.4
MOTIF KEKURANGAN
DAN MOTIF PERTUMBUHAN
Maslow membagi motif-motif manusia kedalam dua
kategori, yakni motif kekurangan (deficite motive) dan motif pertumbuhan
(growth motive). Motif-motif kekurangan menyangkut kebutuhan fisiologis dan
rasa aman.. sasaran utama dari motif kekurangan ini adalah mengatasi
peningkatan tegangan organismik yang dihasilkan oleh keadaan kekurangan.
Motif-motif kekurangan ini menjadi penentu yang mendesak bagi tingkah laku
individu. ia mengajukan lima criteria atau ciri dari motof kekurangan, yakni :
1.
Ketiadaan
pemuasnya membuat sakit
2.
Adanya atau
kehadiran pemuasnya mencegah sakit
3.
Perbaikan atau
pengadaan pemuasnya meyembuhkan sakit
4.
Di bawah kondisi
memilih, pemenuhan motif kekurangan akan diutamakan
5.
Motif-motif
kekurangan tidak begitu dominan pada orang sehat
Berbeda dengan motif kekurangan, motif pertumbuhan adalah motif yang mendorong individu untuk mengungkapkan potensi-potensinya. Arah dari motif pertumbuhan ini adalah memperkaya kehidupan dengan memperbanyak belajar dan pengalaman dan karenanya juga member semangat hidup.
Maslow mengemukakan bahwa motif-motif pertumbuhan pada manusia adalah nalurian dan inheran. Karena itu motif pertumbuhan harus terpuaskan apabila kesehatan psikologis ingin terpelihara dan perkembangan yang maksimal ingin dicapai.jika tidak terpuaskan, maka individu tersebut akan sakit secara “psikologi”, “penyakit” tersebut oleh Maslow disebut metapatologi.
Berbeda dengan motif kekurangan, motif pertumbuhan adalah motif yang mendorong individu untuk mengungkapkan potensi-potensinya. Arah dari motif pertumbuhan ini adalah memperkaya kehidupan dengan memperbanyak belajar dan pengalaman dan karenanya juga member semangat hidup.
Maslow mengemukakan bahwa motif-motif pertumbuhan pada manusia adalah nalurian dan inheran. Karena itu motif pertumbuhan harus terpuaskan apabila kesehatan psikologis ingin terpelihara dan perkembangan yang maksimal ingin dicapai.jika tidak terpuaskan, maka individu tersebut akan sakit secara “psikologi”, “penyakit” tersebut oleh Maslow disebut metapatologi.
Di bawah ini adalah tabel penjelasan dari motif-motif
pertumbuhan dan bentuk-bentuk metapatologi yang mungkin muncul. Motif pertumbuhan Metapatologi
·
Kebenaran
·
Keindaha
·
Keunikan
·
Kesempurnaan
·
Keadilan
·
Semangat
·
Kebajikan
·
Kesederhanaan
Kehilangan kepercayaan, sinisme, ekeptisisme.
ü Kekasaran, kehilangan rasa keindahan, kesuraman.
ü Kehilangan rasa diri dan individualitas.
ü Ketidakberdayaan, kekacauan, ketidakterkendalikan.
ü Ketidakadilan, egosentrisme, sinisme.
ü Kehilangan semangat hidup, depresi.
ü Kebencian, kejijikan, pementingan diri sendiri.
ü Keruwetan, kebingungan, kekalapan, kehilangan
orientasi.
4.5
VALIDASI EMPIRIS
ATAS TEORI KEPRIBADIAN MASLOW
Usaha-usaha untuk menguji atau membuktikan teori
Maslow, terutama dipusatkan pada dua konsep, yaitu :
1.
Pengujian atas
konsep kebutuhan bertingkat
2.
Pengukura n dan alat
ukur aktualisasi diri Perhatian dan usaha empiris hanya ditujukan kepada
kedua konsep tersebut karena keduanya telah member sumbangan yang besar
terhadap psikologi dan teori kepribadian.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering
dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh
seseorang.
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam
memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)
menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat
dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian
adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata
kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964)
mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang
bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan
dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma)
lingkungan.
B.
SARAN
Demi kesumpurnaan makalah ini, penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat menbangun kearah kebaikan demi
kelancaran dan kesumpurnaan penulisan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/
http://belajarpsikologi.com/teori-pengembangan-kepribadian/
http://stikunsap.forumotion.net/t5-teori-perkembangan-kepribadian-sullivan
http://www.pinasthika.co.id/index.php/the-community/106-konsep-kepribadian-menurut-kurt-lewin
semuanya ini diakses pada tanggal 25 februari 2013. Pukul 18:00
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/
http://belajarpsikologi.com/teori-pengembangan-kepribadian/
http://stikunsap.forumotion.net/t5-teori-perkembangan-kepribadian-sullivan
http://www.pinasthika.co.id/index.php/the-community/106-konsep-kepribadian-menurut-kurt-lewin
semuanya ini diakses pada tanggal 25 februari 2013. Pukul 18:00