Hikayat Sri Rama
Maharaja Rawana
dibuang ke Bukit Serendib. Di Bukit itu ia bertapa dengan cara yang paling
hebat,
kakinya digantung, kepalanya di bawah. Selama dua belas tahun
ia bertapa. Tuhan lalu mengasihaninya dan mengirim Nabi Adam untuk menanyai apa
kehendaknya. Rawana memohon empat kerajaan pada Tuhan yaitu
satu kerajaan dalam dunia, satu kerajaan pada keinderaan, satu kerajaan di
dalam bumi, dan satu lagi di dalam laut. Permohonan Rawana disetujui Tuhan
dengan syarat, Rawana harus memerintah dengan adil dan dilarang mengerjakan
pekerjaan haram. Dalam naskah lain disebut juga dilarang mengganggu anak-isteri
orang.
Di kerajaannya di keinderaan, Rawana
kawin dengan Puteri Nila Utama dan beranakkan Indra Jat. Genap dua belas tahun,
Indra Jat dirajakan di keinderaan. Di kerajaannya yang di bumi, Rawana kawin
dengan Puteri Pertiwi Dewi dan mempunyai anak Patala Maharayan. Sesudah genap
umur, Patala Maharayan dirajakan di bumi. Di kerajaannya yang di dalam laut,
Rawana kawin dengan Gangga Maha Dewi dan beranakkan Gangga Maha Suri. Sesudah
genap umur, anak ini dirajakan di dalam laut. Di dunia, Rawana membuat sebuah
negeri yang sangat indah. Negeri itu ialah Langkapuri. Maka Rawana pun menjadi
raja yang adil di Langkapuri. Semua kerajaan di dalam dunia takluk kepada
hukumnya. Yang masih belum takluk hanya empat buah negeri saja, yaitu
Indrapuri, Biruhasa, Lekorkatakina, dan Aspaha.
Dasarata Maharaja, seorang raja yang
gagah, pahlawan di negeri Isafa, tidak mempunyai putera. Atas nasihat seorang
brahmana, baginda mengadakan acara pemujaan Homam. Tidak lama kemudian kedua
permaisuri baginda pun hamillah. (Dalam Shellabear karena memakan biji geliga
yang diberikan oleh seorang brahmana). Mandudari puteri yang lahir dari buluh
betung beranakkan Rama dan Laksamana. Baliadari, beranakkan Beradan, Citradan
dan seorang anak perempuan Kikewi Dewi namanya (anak perempuan ini tak disebut
dalam Shellabear).
Sri Rama adalah seorang anak raja
yang terlalu elok parasnya dan gagah berani, tetapi nakal. Karena kenakalannya
itu, sekalian menteri lebih senang kalau anak Baliadri, Beradan atau Citradan
yang dirajakan dalam negeri. Dasarata sendiri juga pernah dua kali berjanji
akan merajakan anak-anak Baliadri dalam negeri karena jasajasa gundiknya ini.
Rawana mendengar bahwa Dasarata
sudah memperisterikan seorang puteri yang sangat elok parasnya. Timbul
keinginan untuk memilikinya (puteri itu). Rawana lalu datang dan meminta puteri
itu kepada Dasarata. Dasarata tidak keberatan. Mandudari segera diberitahu hal
ini. Mandudari masuk ke suatu bilik. Tidak lama kemudian keluarlah seorang
puteri yang serupa dengan Mandudari, Mandudaki namanya. Puteri itu lalu dibawa
pulang oleh Rawana. Seketika itu juga keluarlah Mandudari dari biliknya dan
menjelaskan apa yang sudah terjadi. Puteri yang dibawa Rawana bukanlah dirinya
sendiri, melainkan puteri yang dijadikan dari mengubah daki. Dasarata sangat
gembira sebab istrinya tetap ada. Di samping itu, ia meminta seorang perempuan
tua membawanya ke istana Rawana. Pada malam hari ia meniduri puteri itu dan
dengan demikian, menjadi ayah dari anak Rawana.
Setelah beberapa lamanya, Mandudaki
pun hamillah dan melahirkan seorang puteri yang sangat elok parasnya. Puteri
itu ialah Sita Dewi. Menurut ramalan ahlinujum, suami Sita Dewilah kelak yang
akan membunuh Rawana. Rawana terlalu murka, mau rasanya membunuh Sita Dewi
ketika itu juga. Atas rayuan Mandudaki, Sita Dewi ditaruh dalam peti besi dan
dihanyutkan ke laut.
Sekali peristiwa Maharisi Kali, raja
negeri Darwati Purwa, bertapa di laut dan mendapatkan peti besi yang
dihanyutkan oleh Rawana. Sita Dewi diselamatkannya dan dipelihara dengan baik.
Tak lama kemudian, mashyurlah kepada segala alam bahwa Maharisi Kali mempunyai
seorang puteri yang sangat elok parasnya. Setelah umur Sita Dewi genap dua
belas tahun, Maharisi Kali mengadakan sayembara untuk memilih menantu: barang
siapa yang dapat mengangkat panah yang ada di halaman rumahnya dan dapat pula
memanah pohon lontar dengan sekali terus empat puluh pohon, dia akan diterima
menjadi suami Sita Dewi.
Banyaklah sudah anak raja yang besar-besar berkumpul di
negeri Maharisi Kali. Yang tidak datang hanyalah anak-anak Dasarata. Maharisi
lalu pergi menjemput anak-anak Dasarata. Dengan hati yang berat, Dasarata
melepaskan Seri Rama dan Laksamana pergi mengikuti Maharisi Kali ke negeri
Darwati Purwa. Dalam perjalanan, Rama sudah menunjukkan keberaniannya. Raksasa
Jagina (Sh. Jekin), badak, naga (ular) yang selalu mengganggu perjalanan
manusia habis ditewaskan.
Sayembara dimulai. Tetapi tidak seorang pun anak raja yang
dapat dengan sekali panah, menerusi empat puluh pohon lontar. Rawana sendiri
hanya dapat menerusi tiga puluh delapan pohon saja. Akhirnya, dengan tenang
Rama masuk ke dalam gelanggang sayembara. Dengan sekali panah saja, keempat
puluh pohon lontar teruslah semuanya. Bukan main terkejutnya anak-anak raja
yang berkumpul di situ. Dengan demikian, Rama pun beroleh Sita Dewi sebagai
isteri.
Untuk mencoba kearifan Rama, Maharisi Kali menyembunyikan
Sita Dewi dalam rumah berhala pula. Ia mengatakan kepada Rama bahwa Sita sudah
hilang. Dengan mudah saja, Rama menemukan Sita kembali. Dalam perjalanan pulang
pula, ada empat orang anak raja yang putus asa mencoba menghalangi Rama.
Tetapi, semuanya dapat dikalahkan oleh Rama.
Segala persiapan sedang diadakan untuk menabalkan Rama
dalam negeri. Si Budak Bungkuk menghasut Baliadri menuntut Dasarata
supaya menunaikan janjinya, yaitu menabalkan anak-anak Baliadri. Apa daya, kata
raja tak dapat diubah maka terpaksalah Dasarata mengabulkan permohonan
Baliadri. Rama dan Sita, bersama-sama Laksamana lalu meninggalkan negeri dan pergi
bertapa di dalam hutan.
Maka berjalanlah Sri Rama dan Laksamana di dalam hutan
belantara. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan beberapa orang Maharisi yang
baik kepada mereka. Anggasa Dewa, Kikukan, dan Wirata Sakti menjamu mereka dan
mengajak Sri Rama bertapa samasama dengan mereka. Rama menolak dan meneruskan
perjalanan hingga sampailah di bukit Indra Pawanam. Di sini ada seorang raksasa
Purba. Ia mencoba melarikan Sita. Raksasa itu dibunuh oleh Rama. Maka Rama pun
membuat tempat pertapaan di bukit ini.
Tidak lama kemudian, terdengar pula suara Rama meminta
tolong. Sita mendesak Laksamana pergi menolong Rama. Ketika Laksamana menolak,
Sita menuduh Laksamana. Dikatakannya bahwa Laksamana ingin memilikinya
seandainya Rama mati. Oleh karena tuduhan itu maka terpaksalah Laksamana pergi.
Sebelum ia pergi, ia menggores tanah dengan telunjuknya. Maksudnya, barang
siapa yang melangkahi goresan ini akan kena tangkap.
Kemudian, muncullah Rawana sebagai seorang Brahmana yang
miskin dan meminta sedekah dari Sita. Sita yang tidak tahu apa-apa telah keluar
dari goresan itu untuk memberi sedekah kepada Brahmana palsu itu. Dengan
seketika itu juga, Sita dilarikan Rawana. Burung Jentayu berusaha menolong
Sita, tetapi tidak berhasil, malah dirinya sendiri terbunuh.
Ketika Rama dan Laksamana kembali, mereka bukan main kaget.
Didapati Sita sudah hilang. Rama rebah dan jatuh di tempat duduk Sita sampai
beberapa hari tidak sadarkan diri. Sesudah Rama sadar kembali, mereka lalu
pergi mencari Sita.
Mula-mula, mereka bertemu dengan kakak burung Jentayu yang
memberi tahu mereka bahwa Sita sudah diculik oleh Rawana. Kemudian,
mereka bertemu dengan Sugriwa yang diusir dari kerajaan oleh saudaranya Balya.
Rama dan Laksamana menolong Sugriwa merebut kerajaan kembali. Sebelum meninggal,
Balya meminta Rama menjaga isteri dan kedua orang anaknya yang masing-masing
bernama Anggada dan Anila. Balya memberi tahu Rama bahwa yang dapat menolong
Rama merebut Sita kembali ialah anak saudaranya yang bernama Hanuman.
Hanuman menyamar diri sebagai seorang Maharisi dan menemui
Sita Dewi di istana Rawana. Hanuman menceritakan asal-usulnya dan Sita
mengakuinya sebagai anaknya. Kemudian, Hanuman memakan habis buah mempelam yang
ada di dalam istana. Karena hal ini, dia ditangkap dan mau dibakar. Tetapi,
Hanuman melompat ke sana-sini, menyebabkan kebakaran yang besar. Hanuman juga
mau membawa Sita Dewi ke tempat Rama. Sita Dewi menolak. Pertama, karena ia
tidak mau dijamah oleh laki-laki lain melainkan Rama. Kedua, karena ia maukan
kehormatan menyelamatkannya diberikan kepada Rama.
Sementara itu, pembinaan jambatan (titian) hampir selesai.
Gangga Mahasura, anak Rawana, berusaha membinasakan titian itu. Tetapi, semua
ikan dan ketam yang dikirimkan untuk melaksanakan tugas itu, habis dibinasakan
oleh Hanuman. Rawana mulai gentar dan berunding dengan saudara dan
menteri-menterinya tentang serangan Rama yang bakal datang itu. Bibusanam,
menteri yang tua, mengusulkan supaya Sita dikembalikan kepada Rama. Rawana
marah dan mau membunuh Bibusanam yang terpaksa melarikan diri dan menyerah diri
kepada Rama. Anak-anak Rawana, Indra Jat dan Kumbakarna juga menganjurkan
supaya Sita dikembalikan saja. Rawana tetap berkeras. Akhirnya, peperangan pun
berlangsung. Anak-anak Rawana satu demi satu gugur di medan perang. Mulamula
Buta Dapat, kemudian Patala Maharayan, kemudian Indra Jat dan akhirnya Mula
Patani. Selepas itu, keluarlah Rawana sendiri. Sesudah peperangan sengit,
berpanah-panahan, akhirnya Rawana tewas juga. Dengan demikian, berakhirlah
peperangan antara Rama dengan Rawana.
Masuklah Rama ke dalam kota Langkapuri. Rama tidak mau
menerima Sita kembali, takut kalau-kalau Sita sudah diperkosa oleh Rawana. Sita
membuktikan kesuciannya dengan duduk di dalam api yang menyala. Akhirnya,
berkumpullah Rama dan Sita kembali.
Di tempat Maharisi Kala, Sita melahirkan seorang anak,
Tilawi (Sh. Lawa) namanya. Sekali peristiwa, Maharisi Kala membawa Tilawi
berjalan-jalan. Tilawi tersesat jalan dan kembali sendiri ke tempat ibunya.
Maharisi Kala takut kalau-kalau Tilawi sudah hilang, lalu memuja lalang. Dengan
seketika terjadilah seorang anak lakilaki yang mirip dengan Tilawi. Anak
tersebut diberi nama Kusa. Sesudah besar, Tilawi dan Kusa menjadi anak muda
yang gagah berani. Banyak raksasa yang dibunuh mereka.
Sesudah beberapa lama, Rama pun sadar akan kesalahannya dan
meminta Sita kembali. Setelah Sita Dewi pulang, segala mergastua pun berbunyi
kembali dan Kikewi Dewi datang meminta ampun kepada Sita. Tilawi dikawinkan
dengan Puteri Indra Kusuma Dewi, anak Indra Jat, dan dirajakan di dalam negeri
Durja Pura. Kusa dikawinkan dengan Gangga Surani Dewi, anak Gangga Mahasura,
dan dirajakan di dalam negeri Langkapuri.
Setelah beberapa lama, Rama membuat negeri di tempat orang
bertapa. Negeri itu dinamainya Ayodhya Pura Negara. Sesudah empat puluh tahun
lamanya hidup bersuka-sukaan dengan Sita dalam pertapaan maka Sri Rama pun
kembalilah dari negeri yang fana ke negeri yang baka.
Unsur
intrinsik
1.
Tema : Kesetiaan dan pengorbanan
2.
Latar :
A. Latar 1
Di Bukit Serendib Rawana bertapa selama 12 tahun lamanya dengan penuh
kekhusuhan dan kesabaran.
B.
Latar
2
Kerajaannya di keinderaan, Rawana menikah dengan Puteri Nila Utama dengan
kebahagian hingga 12 tahun lamanya mereka memiliki seorang Putra.
C.
Latar 3
Di kerajaannya yang di bumi, Rawana kawin dengan Puteri
Pertiwi Dewi dan mempunyai anak Patala
Maharayan.
D.
Latar 4
Di kerajaannya yang di dalam laut, Rawana kawin dengan
Gangga Maha Dewi dan beranakkan Gangga Maha Suri. Sesudah genap umur, anak ini
dirajakan di dalam laut.
E.
Latar 5
Di dunia, Rawana membuat sebuah negeri yang sangat indah.
Negeri itu ialah Langkapuri. Maka Rawana pun menjadi raja yang adil di
Langkapuri.
F.
Latar 6
Raja negeri Darwati Purwa, bertapa di laut dan mendapatkan
peti besi yang dihanyutkan oleh Rawana yang berisi Dewi Sita dengan
keharuan dan kebahagiaan.
G.
Latar 7
Dasarata sangat gembira, sebab
istrinya tetap ada. Di samping itu, ia meminta seorang perempuan tua membawanya
ke istana Rawana. Pada malam hari ia meniduri putri itu dan dengan demikian
menjadi ayah, dari anak Rawana.
H.
Latar 8
Banyaklah sudah anak raja yang besar-besar berkumpul di
negeri Maharisi Kali untuk
melakukan sayembara memperebutkan Dewi Sita dengan penuh ketegangan dan
kegigihan.
I.
Latar
9
Rama menolak dan meneruskan perjalanan hingga sampailah di
bukit Indra Pawanam. Di sini ada seorang raksasa Purba. Ia mencoba melarikan
Sita. Raksasa itu dibunuh oleh Rama. Maka Rama pun membuat tempat pertapaan di
bukit ini.
J.
Latar
10
Maka berjalanlah Sri Rama dan Laksamana di dalam hutan
belantara. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan beberapa orang Maharisi yang
baik kepada mereka. Anggasa Dewa, Kikukan, dan Wirata Sakti menjamu mereka dan
mengajak Sri Rama bertapa samasama dengan mereka.
K.
Latar
11
Hanuman menyamar diri sebagai seorang Maharisi dan menemui
Sita Dewi di istana Rawana. Hanuman menceritakan asal-usulnya dan Sita
mengakuinya sebagai anaknya. Kemudian, Hanuman memakan habis buah mempelam yang
ada di dalam istana. Karena hal ini, dia ditangkap dan mau dibakar. Tetapi,
Hanuman melompat ke sana-sini, menyebabkan kebakaran yang besar.
L.
Latar
12
Masuklah Rama ke dalam kota Langkapuri. Rama tidak mau
menerima Sita kembali, takut kalau-kalau Sita sudah diperkosa oleh Rawana. Sita
membuktikan kesuciannya dengan duduk di dalam api yang menyala. Akhirnya,
berkumpullah Rama dan Sita kembali.
M.
Latar
13
Di tempat Maharisi Kala, Sita melahirkan seorang anak,
Tilawi (Sh. Lawa) namanya. Sekali peristiwa, Maharisi Kala membawa Tilawi
berjalan-jalan. Tilawi tersesat jalan dan kembali sendiri ke tempat ibunya.
Maharisi Kala takut kalau-kalau Tilawi sudah hilang, lalu memuja lalang.
N.
Latar
14
Rama membuat negeri di tempat orang bertapa. Negeri itu
dinamainya Ayodhya Pura Negara. Sesudah empat puluh tahun lamanya hidup
bersuka-sukaan dengan Sita dalam pertapaan maka Sri Rama pun kembalilah dari
negeri yang fana ke negeri yang baka.
3.
Penokohan
A. Sri
Rama. Putra dari
raja Dasarata dan suami dari Dewi Sita yang terlalu elok parasnya dan gagah berani bijaksana,
patuh, dan sangat menghormati orang tua buktinya ia dapat menaklukkan banyak musuh
dengan panahnya bahkan ia dapat mengalahkan Rawana,. Bahkan
ketika saat Rama dibuang ke hutan dia tetap patuh dan tunduk kepada orang
tuanya.
B. Dewi Sita. Seorang putri dari Mundadaki dan istri dari
Sri Rama, seorang
puteri yang sangat elok parasnya, ia diasuh oleh Maharisi Kali. Dewi sita
seorang putri yang sangat setia terhadap suaminya Rama, buktinya ketika ia
diculik oleh Rawana, ia dapat menjaga dan membuktikan kesuciannya dengan
melompat kedalam api.
C. Rawana. Seorang raja yang dapat menaklukkan banyak
kerajaan, Rawana seorang raja yang hatinya dipenuhi ankara murka yaitu ingin
menang sendiri, penganiaya, dan penghianat. Buktinya ia ingin membunuh Rama dan
Sita karena ia mendapat ramalan bahwa Rama akan menghancurkan kerajaannya.
Namun, dia juga merupakan seorang yang gigih. Buktinya ia melakukan pertapaan
dengan cara yang paling hebat yaitu kaki digantung dan kepala di bawah selama
12 tahun lamanya agar dapat menguasai 4 kerajaan.
D. Dasarata. Seorang raja yang baik hati, dan pemurah
buktinya ketika Rawana ingin mengambil istrinya dia dengan suka rela memberikan
istrinya tersebut kepada Rawana walaupun Putri yang dibawa Rawana bukanlah Mandudari melainkan Mandudaki yang serupa dengan Mandudari dan juga selalu menepati janjinya
buktinya yaitu dia berjanji
menabalkan anak-anak Baliadri. Apa
daya, kata raja tak dapat diubah maka terpaksalah Dasarata mengabulkan
permohonan Baliadri. Rama dan Sita, bersama-sama Laksamana lalu meninggalkan
negeri dan pergi bertapa di dalam hutan.
E. Laksamana. Putra ketiga dari raja Dasarata dan
merupakan saudara dari Sri Rama. Ia berwatak halus, setia, dan.tak kenal takut. Buktinya ia setia
menemani Sri Rama untuk menjalani pengasingan selama 13 tahun bersama Dewi Sita
di hutan, dan dia juga membantu Sri Rama dalam membebaskan kembali Dewi Sita
yang di culik oleh Rawana.
F. Jentayu. Seekor burung yang suka menolong orang-orang
serta rela berkorban demi keselamatan orang lain. Buktinya ia rela mati demi
membebaskan Dewi Sita dari penculikan Rawana.
G. Hanuman. Seorang siluman kera putih yang suka menolong
dan rela berkorban, buktinya dia dapat membantu Sri Rama membebaskan Dewi Sita
dari Rawana.
4.
Alur
A. Waktu : Maju
B. Pengisahan :
1)
Pengenalan.
Maharaja Rawana dibuang ke Bukit Serendib. Di Bukit itu ia bertapa
dengan cara yang paling hebat: kakinya digantung, kepalanya di bawah. Selama
dua belas tahun ia bertapa. Tuhan lalu mengasihaninya dan mengirim Nabi Adam
untuk menanyai apa kehendaknya. Rawana memohon empat kerajaan pada Tuhan yaitu
satu kerajaan dalam dunia, satu kerajaan pada keinderaan, satu kerajaan di
dalam bumi, dan satu lagi di dalam laut. Permohonan Rawana disetujui Tuhan
dengan syarat, Rawana harus memerintah dengan adil dan dilarang mengerjakan
pekerjaan haram.
2)
Konflik.
Mandudaki pun hamillah dan melahirkan seorang puteri yang
sangat elok parasnya. Puteri itu ialah Sita Dewi. Menurut ramalan ahlinujum,
suami Sita Dewilah kelak yang akan membunuh Rawana. Rawana terlalu murka, mau
rasanya membunuh Sita Dewi ketika itu juga. Atas rayuan Mandudaki, Sita Dewi
ditaruh dalam peti besi dan dihanyutkan ke laut.
3)
Klimaks.
Tidak lama kemudian, terdengar pula suara Rama meminta
tolong. Sita mendesak Laksamana pergi menolong Rama. Ketika Laksamana menolak,
Sita menuduh Laksamana. Dikatakannya bahwa Laksamana ingin memilikinya
seandainya Rama mati. Oleh karena tuduhan itu maka terpaksalah Laksamana pergi.
Sebelum ia pergi, ia menggores tanah dengan telunjuknya. Maksudnya, barang
siapa yang melangkahi goresan ini akan kena tangkap. Kemudian,
muncullah Rawana sebagai seorang Brahmana yang miskin dan meminta sedekah dari
Sita. Sita yang tidak tahu apa-apa telah keluar dari goresan itu untuk memberi
sedekah kepada Brahmana palsu itu. Dengan seketika itu juga, Sita dilarikan
Rawana.
4)
Peleraian.
Mula-mula, mereka bertemu dengan kakak burung Jentayu yang
memberi tahu mereka bahwa Sita sudah diculik oleh Rawana. Kemudian, mereka bertemu dengan
Sugriwa yang diusir dari kerajaan oleh saudaranya Balya. Sebelum meninggal, Balya memberi tahu Rama bahwa yang
dapat menolong Rama merebut Sita kembali ialah anak saudaranya yang bernama
Hanuman. Hanuman menyamar diri sebagai
seorang Maharisi dan menemui Sita Dewi di istana Rawana. Hanuman menceritakan
asal-usulnya dan Sita mengakuinya sebagai anaknya. Kemudian, Hanuman memakan
habis buah mempelam yang ada di dalam istana. Karena hal ini, dia ditangkap dan
mau dibakar. Tetapi, Hanuman melompat ke sana-sini, menyebabkan kebakaran yang
besar. Hanuman juga mau membawa Sita Dewi ke tempat Rama. Sita Dewi menolak.
Pertama, karena ia tidak mau dijamah oleh laki-laki lain melainkan Rama. Kedua,
karena ia maukan kehormatan menyelamatkannya diberikan kepada Rama. Sementara itu, pembinaan jambatan
(titian) hampir selesai. Gangga Mahasura, anak Rawana, berusaha membinasakan
titian itu. Tetapi, semua ikan dan ketam yang dikirimkan untuk melaksanakan
tugas itu, habis dibinasakan oleh Hanuman. Rawana mulai gentar dan berunding
dengan saudara dan menteri-menterinya tentang serangan Rama yang bakal datang
itu. Bibusanam, menteri yang tua, mengusulkan supaya Sita dikembalikan kepada Rama.
Rawana marah dan mau membunuh Bibusanam yang terpaksa melarikan diri dan
menyerah diri kepada Rama. Anak-anak Rawana, Indra Jat dan Kumbakarna juga
menganjurkan supaya Sita dikembalikan saja. Rawana tetap berkeras. Akhirnya,
peperangan pun berlangsung. Anak-anak Rawana satu demi satu gugur di medan
perang. Mulamula Buta Dapat, kemudian Patala Maharayan, kemudian Indra Jat dan
akhirnya Mula Patani. Selepas itu, keluarlah Rawana sendiri. Sesudah peperangan
sengit, berpanah-panahan, akhirnya Rawana tewas juga. Dengan demikian,
berakhirlah peperangan antara Rama dengan Rawana.
5) Penyelesaian.
Di tempat Maharisi Kala, Sita melahirkan seorang anak,
Tilawi (Sh. Lawa) namanya. Sekali peristiwa, Maharisi Kala membawa Tilawi
berjalan-jalan. Tilawi tersesat jalan dan kembali sendiri ke tempat ibunya.
Maharisi Kala takut kalau-kalau Tilawi sudah hilang, lalu memuja lalang. Dengan
seketika terjadilah seorang anak lakilaki yang mirip dengan Tilawi. Anak
tersebut diberi nama Kusa. Sesudah besar, Tilawi dan Kusa menjadi anak muda
yang gagah berani. Banyak raksasa yang dibunuh mereka. Sesudah
beberapa lama, Rama pun sadar akan kesalahannya dan meminta Sita kembali.
Setelah Sita Dewi pulang, segala mergastua pun berbunyi kembali dan Kikewi Dewi
datang meminta ampun kepada Sita. Tilawi dikawinkan dengan Puteri Indra Kusuma
Dewi, anak Indra Jat, dan dirajakan di dalam negeri Durja Pura. Kusa dikawinkan
dengan Gangga Surani Dewi, anak Gangga Mahasura, dan dirajakan di dalam negeri
Langkapuri. Setelah beberapa lama, Rama membuat negeri di tempat orang
bertapa. Negeri itu dinamainya Ayodhya Pura Negara. Sesudah empat puluh tahun
lamanya hidup bersuka-sukaan dengan Sita dalam pertapaan maka Sri Rama pun
kembalilah dari negeri yang fana ke negeri yang baka.
C. Sudut Pandang : Orang ketiga
D. Amanat : Kita harus
percaya akan kesetian dan kepatuhan Istri kita, jangan percaya akan satu hal
yang membuat kepercayaan kita hilang terhadap Istri kita, karena penyesalan
selalu berada dibelakang.
Unsur
Ekstrinsik
1.
Nilai Moral
A. Hikayat
ini mengajarkan kita tentang kesetiaan dan kepatuhan terhadap suami seperti
yang dilakukan oleh Dewi Sita yang tetap mengaja kesuciannya.
B. Hikayat ini mengajarkan kita untuk selalu sabar dan optimis membuktikan
bahwa kita tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh Dewi Sita yang
rela bersabar ketika diusir oleh Rama karena dianggap telah dinodai oleh Rawana
dan mematahkan keraguaan Rama dengan membuktikan bahwa dia menjaga kesuciannya
dengan duduk di dalam api yang menyala.
C. Hikayat ini mengajarkan kita untuk mendengarkan
penjalasan sang istri terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan tanpa
melakukan diskusi. Seperti Sri Rama yang tidak mau menerima Dewi Sita karena
menurutnya Dewi Sita telah dinodai oleh Rawana tanpa meminta penjelasan dari
sang istri.
D. Hikayat ini mengajarkan kita untuk gigih dan sabar
walaupun mengambil banyak waktu agar keinganan kita tercapai. Seperti yang
dilakukan oleh Rawana yang melakukan pertapaan dengan cara yang paling hebat
yaitu kaki digantung dan kepala dibawah selama 12 tahun lamanya agar dapat
menguasai 4 kerajaan.
E. Hikayat ini mengajarkan kita bahwa penyesalan selalu
berada di belakang. Seperti Sri rama yang tidak memercayai sang Istri yang
telah patuh dan setia terhadapnya. Namun, ketika Sri Rama mengetahui bahwa
ternyata sang istri adalah sosok yang patuh dan setia dia merasa menyesal telah
menyianyiakan sang istri.
2.
Nilai Budaya
A.
Pada
zaman kerajaan seorang raja memilki lebih dari satu istri. Seperti yang
dilakukan oleh Rawana dia memiliki 4 orang istri yaitu Dewi Nila Utama, Puteri
Pertiwi Dewi, Gangga Maha Dewi dan Mandudaki.
B. Untuk
menikahkan putri raja diadakan sayembara untuk mencari calon suami seperti yang dilakukan Maharisi Kali yang melakukan
sayembara yaitu barang
siapa yang dapat mengangkat panah yang ada di halaman rumahnya dan dapat pula
memanah pohon lontar dengan sekali terus empat puluh pohon, dia akan diterima
menjadi suami Dewi Sita
C.
Pada
zaman dahulu orang – orang selalu melakukan pertapaan untuk meminta atau
memohon sesuatu. Seperti yang dilakukan Rawana, Dasarata, dan Maharasi Kali
yang melakukan pertapaan agar permintaannya dapat terwujud.
3.
Nilai Sosial
A. Hikayat ini mengajarkan kita untuk saling tolong
menolong sesama makhluk hidup tidak mengenal batas derajat baik itu manusia
maupun hewan. Seperti yang dilakukan Burung Jeyantu yang rela mati demi
membantu Rama mengambil kembali Dewi Sita dari Rawana.
B. Hikayat ini mengajarkan kita bahwa tali persaudaraan tidak akan putus. Seperti yang dilakukan Laksamana yang setia
menemani Sri Rama yang diasingkan di Hutan dan mencari Dewi Sita yang diculik
oleh Rawana.
4.
Nilai Agama
A. Pada zaman dahulu orang – orang melakukan pertapaan
kepada Tuhan. Seperti yang dilakukan Rawana yang beratapa kepada Tuhan agar
dapat dikasihi dengan dikabulkannya keinginannya yaitu menguasai 4 kerajaan.