KARYA ILMIAH TENTANG APLIKASI SOSIOLOGI DALAM PEMBANGUNAN
BABI PENDAHULUAN
I. Latar belakang masalah
Saat ini sosiologi merupakan ilmu
yang sudah tidak asing lagi di masyarakat. Secara tidak sadar , dalam melakukan
aktivitas masyarakat sosiologi pun sering di terapkan. Salah satunya di bidang
pembangunan masyarakat.
Banyak ilmu yang digunakan dalam
proses pembangunan masyarakat. Namun di samping itu dalam proses pembangunan
masyarakat diperlukan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masyarakat
ilmu tersebut lah yang di sebut ilmu sosiologi.
Banyak masyarakat yang
masih belum mengetahui bahwa sosiologi dapat diterapkan dalam proses
pembangunan masyarakat. Untuk itu perlu di paparkan mengenai hal tersebut agar
masyrakat lebih mengetahui tentang aplikasi sosiologi masyarakat dalam
pembangunan. Kami penulis akan memaparkannya dalam makalah ini.
II. Rumusan Masalah
1. Apakah sosiologi dapat ditetapkan
dibidang pembangunan ?
2. Bagaimana sosiologi diterapkan
dibidang pembangunan masyarakat ?
III. Tujuan penulisan
1. Pembacaan dapat mengetahui apakah
sosiologi dapat diterapkan dibidang pembangunan.
2. Pembacaan dapat mengetahui
bagaimana sosiologi diterapkan di masyarakat.
IV. Metode Penulisan
Untuk
mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan metode
studi kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan
dan sumber-sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional
yaitu, Internet.
BAB II
Landasan Teori
I. Mengenal
sekilas soiologi pembangunan
Sosiologi pembangunan
berkembang pesat sejak awal 1960-an. Sebagai bagian dari ilmu sosiologi,
sosiologi pembangunan sangat dipengaruhi oleh pokok-pokok pikiran ahli
sosiologi klasik seperti Marx, Weber dan Durkheim.
Perkembangan
sosiologi pembangunan semakin pesat seiring dengan gagalnya program pembangunan
yang disponsori oleh Amerika Serikat pada negara-negara dunia ketiga.
Kegagalan
pembangunan dunia ketiga tersebut memicu sebuah tanda tanya besar bagi peneliti
sosial untuk mengungkap faktor-faktor penyebabnya. Kelima penulis walaupun
menggunakan teori yang berbeda memiliki satu kesepahaman tentang kegagalan
pembangunan pada negara dunia ketiga.
Sosiologi pembangunan
membawa dampak pada lahirnya dimensi-dimensi baru dalam konsep pembangunan.
Menurut Webster (1984), terdapat lima dimensi yang perlu untuk diungkap, antara
lain :
1. Posisi negara miskin dalam
hubungan sosial dan ekonominya dengan negara-negara lain.
2. Ciri khas atau karakter dari
suatu masyarakat yang mempengaruhi pembangunan.
3. Hubungan antara proses budaya dan
ekonomi yang mempengaruhi pembangunan.
4. Aspek sejarah dalam proses
pembangunan atau perubahan sosial yang terjadi.
5. Penerapan berbagai teori
perubahan sosial yang mempengaruhi kebijakan pembangunan nasional pada
negara-negara berkembang.
Pembangunan adalah
proses transisi atau transformasi secara besar-besaran dari tahap masyarakat
“primitif” atau masyarakat “tradisional” ke tahap yang lebih maju yakni apa
yang disebut sebagai “masyarakat modern” (jan-erick lane & svante ersson)
Dari berbagai definisi yang ada ,dapat diketahui bahwa inti dari pembangunan
adalah proses perubahan masyarakat . sebagaimana kita ketahui ,perubahan
masyarakat bisa bergerak kea rah yang kurang baik (negatif) , bisa pula
merupakan perubahan kearah yang lebih baik (positif) .
Terkait dengan proses pembangunan masyarakat tersebut
, ada beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian, yaitu sebagai berikut.
a. Pembangunan merupakan proses yang
disengaja dan terarah.
b. Pembangunan diarahkan pada
terjadinya peningkatan taraf / mutu kehidupan warga masyarakat secara individu
maupun keseluruhan .
c. Pembangunan mengutamakan
partisipasi (inisiatif dan kreativitas) masyarakat.
d. Pembangunan mengutamakan
pendayagunaan sumber-sumber setempat.
Proses pembangunan bisa berhasil , bisa pula kurang /
tidak berhasil. Karena itu perihal ukuran keberhasilan tersebut menjadi hal
penting . apa saja ukuran sebuah proses pembangunan yang berhasil? Sebuah
pembangunan yang berhasil . beberapa hal itu meliputi :
a. Adanyapningkatan kekayaan
rata-rata masyarakat ;
b. Terjadinya pemerataan pendapatan
masayarakat;
c. Terjadinya penigkatan kualitas
kehidupan massyarakat ; dan
d. Tidak adanya / minimnya kerusakan
lingkungan .
BAB III
Pembahasan
I. Teori
pembangunan
Sejauh ini ada
berbagai pandangan teoritis mengenai pembangunan. Beberapa pandangan teoretis
itu meliputi (Budiman , 2000):
1. Teori modernisasi
2. Teori ketergantungan
3. Teori pasca ketergantungan
Teori Modernisasi
Menurut teori modernisasi masalah
pembangunan (keterbelakangan masyarakat) terjadi akibat ada faktor-faktornya
internal dalam masyarakat. Karena itu, cara melakukan pembangunan adalah
bagaimana menumbuh-kembangkan faktor –faktor internal itu. Ada berbagai
pendapat mengenai faktor-faktor internal masyarakat yang bersifat menentukan ,
sehingga perlu menjadi fokus upaya menggerakkan pembangunan. Beberapa pendapat
itu anara lain adalah sebagai berikut :
a. Pembangunan masyarakat ditentukan
oleh tingginya tabungan dan investasi.
b. Pembangunan masyarakat ditentukkan
oleh nila-nilai budaya yang dianut masyarakat .
c. Pembangunan masyarakat
ditentukkan oleh adanya kebutuhan/ dorongan untuk berprestasi (need for
achievement )
d. Pembangunan masyarakat
ditentukan oleh adanya kewirausahaan dalam masyarakat.
e. Pembangunan masyarakat ditentukan
oleh adanya kondisi lingkungan masyarakat yang baik.
f. Pembangunan masyarakat ditentukan
ditentukan oleh adanya manusia modern.
Teori bahwa pembangunan masyrakat
ditentukan oleh tingginya tabungan dan inestasi,dikemukakan oleh Evesy
Domar dan Romar Harrod . pandangan ini dikenal
dengan istilah teori Harrod-Domar . Menurut teori ini, masalah utama dalam
pembangunan adalah soal penyediaan modal .pembangunan untuk bisa berlangsung
dengan baik perlu disediakan modal . modal bisa berupa tabungan masyarakat
maupun investasi, baik yang diperoleh dari dalam negeri maupun pinjaman dari
luar negeri.
Teori bahwa pembangunan
ditentukan oleh nilai budaya masyarakat, dikemukakan oleh Max
Weber . Menurut pandangan ini ,nilai-nilai budaya , terutama agama .
Terutama dalam hal ini adalah nilai-nilai budaya yang mendukung kemauan ekonomi
, misalnya ,sikap hermat , kerja keras ,dan kesedian untuk menunda kesenangan
sekarang demi kepentingan masa depan .
Teori bahwa pembangunan
masyarakat ditentukan oleh adanya kebutuhan /dorongan untuk berpretasi
dikemukakan oleh David McClelland . Menurut McClelland
,kebutuhan/dorongan berprestasi merupakan faktor terpenting untuk menciptakan
pertumbuhan ekomoni .karena itu agar pembangunan dapat berlangsung dengan baik
,harus diupayakan agar semakin banyak warga masyarakat yang memiliki
kebutuhan/dorongan berprestasi.
Teori bahwa pembangunan
masyarakat di tentukan oleh adanya kewirausahaan dalam masyarakat dikemukakan
oleh W.W Rostow. Menurut Rostow, supaya pembangunan berlangsung
dengan baik maka harus di tumbuhkan kelompok pengusaha dalam masayarakat. Yang
dimaksud kelompok wiraswastan adalah orang-orang yang berani melakukan tindakan
pembaruan meskipun tindakan itu beresiko.
Teori bahwa pembangunan
masyarakat di tentukan oleh kondisi lingkungan yang baik dikemukakkan
oleh Bert F. Hoselitz. Menurut Hoselitz, pembangunan
masyarakat akan berhasil kalau tersedia kondisi lingkungan yang menopang
berlangsungnya proses industrialisasi. Kondisi lingkungan tersebut
terutama berkenaan dengan aspek nonekonomi, seperti hokum, pendidikan,
keluarga, dan motivasi.
Teori bahwa masyaarakat di
tentukan oleh adanya manusia modern di kemukakan oleh Alex
Inkeles dan David H.Smith. yang dimaksud manusia
modern adalah manusia-manusia yang memiliki cirri : keterbukaan terhadap
pengalaman dan ide-ide baru, berorientasi kemasa sekarang dan masa depan, punya
kesanggupan merencanakanm percaya bahwa manusia bisa menguasai alam, dan
lain-lain. Untuk membentuk manusia modern itu, diperlukan adanya pendidikan
yang bermutu, pengalaman kerja di lembaga-lembaga modern (misal, perusahaan)
dan pengenalan media massa.
Dapat di simpulkan, bahwa menurut
teori modernisasi pembangunan adalah proses mengubah berbagai faktor internal
masyarakat agar menjadi kekuatan untuk meninggkatkan taraf hidup. Berbagai
faktor internal itu meliputi, tabungan dan investasi, nilai-nilai budaya,
kebutuhan/dorongan untuk berprestasi, semangat kewirausahaan, kelembagaan
masyarakat, dan manusia-manusia modern.
· Teori Ketergantungan
Teori ini
merupakan respons/kritik terhadap teori modernisasi . Beberapa tokoh teori
ketergantungan adalah Andre Gunder Frank, Paul Baran , Theotonio Dos Santos,
dan lain-lain. Menurut teori ketergantungan , hambatan pembangunan bukan
berasal dari faktor-faktor internal, sebagaimana pendapat teori modernisasi .
Melainkan,terjadi akibat adanya faktor-faktor eksternal masyarakata. Fatkor
eksternal itu terutama adalah adanya pembagian kerja internasional yang tidak
adil . Konkretnya ,ada hubungan yang tidak setara antara dua kawasan , yaitu
kawasan pusat (negara-negara maju) dan kawasan pinggiran (Negara-negara
berkembang/miskin)
Akibat ketidaksetaran itu ,terjadi pengalihan sumber-sumber ekonomi dari Negara
pinggiran kenegara pinggiran ke Negara pusat . Negara-negara pinggiran pun
kehilangan kemampuannya untuk membangun . Sebaliknya, Negara-negara pusat
justru semakin maju dalam pelaksanaan pembangunan. Gejala tersebut terus berlangsung
akibar beroperasinya system kapitalisme dunia.
Karena itu, menurut teori
ketergantungan , Negara-negara berkembang/miskin harus berani melakukan
pemutusan hubungan dengan kapitalisme dunia . Serentak dengan itu ,berusaha
bersikap mandiri dalam melaksanakan pembangunan masyarakat.
· Teori Pasca ketergantungan
Teori ini merupakan
respon/kritik terhadap teori ketergantungan. Beberapa tokoh dari teori ini
misalnya Bill Warren, Imannuel Wallerstein. Menurut teori ini, proses pembangunan
di berbagai Negara di dunia tidak bisa dianalisis secara sendiri-sendiri.
Melainkan harus dilihat dalam keseluruhannya sebagai sebuah totalitas. Namun,
berbeda dengan pandangan teori ketergantungan, menurut teori
pascaketergantungan, hubungan antara Negara pusat dan pinggiran tidak selalu
ada kemungkinan terjadinya perubahan . baik itu perubahan berupa naik
kelas (Negara berkembang menjadi Negara yang lebih maju) maupun turun
kelas (Negara maju menjadi Negara berkembang). Negara-negara yang mampu naik
kelas itu antara lain korea selatan , Taiwan, Hongkong , singapura , Malaysia,
Cina Tanzania, dan lain-lain.
Demikianlah ,melalui
sosiologi kita bisa memperoleh pemahaman global mengenai proses pembangunan .
Pemahaman tersebut akan menolong para pembuat kebijakan dalam menentukan
prioritas-prioritas kebijakan publik yang tepat dalam pelaksanaan pembangunan .
Bagi warga masyarakat biasa ,pemahan tersebut setidaknya akan menjadi masukan
berharga dalam menilai kebijakan pembangunan . Bagi warga masyarakat biasa ,
pemahaman tersebut setidaknya akan menjadi masukanberharga dalam menilai
kebijakan pembangunan yang di laksanakan pemerintah dan/atau melakukan prakarsa
untuk melaksanakan kegiatan pembangunan dalam skala local .
II. Penerapan
sosiologi dalam pembangunan
Suatu proses
pembangunan memerlukan adanya kemauan keras serta kemampuan untuk memanfaatkan
potensi-potensi yang tersedia dalam masyarakat. Berbagai perencanaan perlu
disusun dan di gelar dalam rangka mengimpun kekuatan masyarakat dalam usaha
mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi . menurut soerjono soekanto ,
suatu proses pembangunan berkaitan dengan pandangan optimis, yang berwujud
usaha usaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih daripada apa yang telah
di capai .
Secara sosiologis, focus utama yang menjadi prioritas dalam pembangunan
adalah usaha untuk mencapai perbaikan ekonomi dan hanya tidak terbatas pada
golongan elite saja melainkan secara menyeluruh dan merata sampai pada lapisan
terbawah. Dengan kata lain , pembangunan dalam arti kata sosiologi
ditujukan pada pemberantasan terhadap angka kemiskinan. Kepekaan dan kemajuan
pemikiran sosiologi inilah yang menjadikan pengetahuan sosiologi diterapkan
dalam pembangunan. Selain itu , prosedur penelitian kuantitatif dan kualitatif
dalam sosiologi merupakan pemikiran gabungan yang paling maju . sehingga metode
ini sering di gunakan unntuk menuntun proses pembangunan dapat lebih objektif
dan efisien.
Menurut soerjono soekanto , kegunaan sosiologi bagi pembangunan dapat di
identifikasikan melalui beberapa tahap, diantaranya :
a. Tahap perencanaan
Sebelum pembangunan
dilaksanakan,mula mula para pemimpin (pemerintah ) menyerap aspirasi masyarakat
yang menghendaki peningkatan taraf hidup menjadi lebih baik. Di samping itu ,
para pemimpin juga memiliki visi jauh ke depan untuk memajukan masyarakat
.perpaduan aspirasi masyarakat dan visi para pemimpin ( pemerintah ) kemudian
di tuangkan dalam rencana pembangunan nasional. Lembaga yang bertugas membuat
rencana pembangunan adalah Bappenes ( Badan Perencana Pembangunan Nasional ) .
disinilah banyak ahli sosiologi berkumpul . mereka menyumbangkan
pemikiran dan pengetahuan sosiologinya untuk membuat rencana pembangunan yang
baik . mereka bekerja sama dengan para ahli dari berbagai bidang lain,
sehingga rencana yang dibuat bersifat menyeluruh . di Bappenas inilah
pengetahuan sosiologi benar – benar diaplikasikan dalam proses pembangunan.
Bappenes membuat rencana pembangunan secara nasional , meliputi rencana jangka
pendek ( satu tahun ) , jangka menengah ( lima tahun ) , dan jangka panjang (
25 tahun ) . setiap pemerintahan Pemerintah Orde Lama membuat program
pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun ( 1956 hingga 1961 )
dan dilanjutkan dengan Rencana Pembangunan Semesta ( 1961 hingga 1968 ) .
Pemerintah Orde Baru merancang pembangunan dalam bentuk sebagai berikut.
1) Rencana pembangunan jangka
panjang (PJP) dengan periode 25 tahun
2) Rencana pembangunan jangka
menengah dengan periode lima tahun (repelita)
3) Rencana jangka pendek tahunan
yang tertuang dalam RAPBN (renca anggaran pendapatan dan belanja Negara )
Berikut ini tahap-tahap pembangunan selama
pemerintahan orde baru.
1) Pelita I (1969-1974)
2) Pelita II (1974-1976)
3) Pelita III (1979-1984)
4) Pelita IV (1984-1989)
5) Pelita V (1989-1994)
Sementara itu, renacana
pembangunan pada masa Reformasi (1999-2004) dituangkan dalam Program
Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004. Dalam Propenas , termuat Sembilan
sektor kehidupan masyarakat yang direncanakan untuk dibangun. Kesembilan
sektor itu meliputi politik, pertahanan dan keamanan, hukum , ekonomi,
pendidikan, kesehatan, kehutanan, kelautan dan industri.
b. Tahap pelaksanaan
Setelah renca dibuat, selanjutnya
diterapkan atau dilaksanakan. Segala sesuatu yang tertuang dalam rencana harus
dilaksanankan dengan sebaik mungkin. Faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat pelaksanaan rencana harus diperhatikan. Keterlibatan semua lapisan
masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan sangat diharapkan.
Walaupun pemerintahan berperan sebagai agen pembangunan (pelopor), namun
dukungan dan partisipasi masyarakat tetap diperlukan.
Menurut Soerjono Seokanto ,
pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :
1) Secara structural, yaitu
membangun lembaga-lembaga dalam masyarakat. Lembaga-lembaga inilah yang
nantinya berfungsi melayani kebutuhan masyarakat.
2) Secara spiritual, yaitu membangun
watak dan kepribadian melalui pendidikan. Watak yang dibangun didasari oleh
kemampuan berfikir logis dalam menghadapi kenyataan sosial.
3) Merupakan gabungan dua cara
sebelumnya
c. Tahap evaluasi
Semua usaha pembangunan harus
diukur keberhasilannya. Untuk mengetahui apakah suatu proses pembangunan telah
berhasil atau belum, diperlukan evaluasi. Pada tahap ini, dilakukan analisis
terhadap akibat perubahan sosial yang terjadi sebagai hasil pembangunan. Dari
evaluasi , dapat diketahui dan diidentifikasikan aspek-aspek yang kurang,
macet, mundur , dan merosot. Apabila hal itu terjadi, maka diadakan upaya
perbaikan. Evaluasi juga memberikan informasi mengenai
keberhasilan-keberhasilan pembangunan.
Ada tiga indikator
keberhasilan usaha pembangunan masyarakat, yaitu produktivitas, efisiensi, dan
partisipasi masyarakat. Usaha pembangunan dikatakan berhasil bila produktivitas
masyarakat meningkat. Peningkatan itu harus disertai dengan efisiensi
pelaksanaan pembangunan. Tingkat efisiensi dapat dicapai dengan meningkatkan
penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Adapun
partisipasi masyarakat maka terjaminlah kesinambungan pelaksanaan usaha
pembangunan.
Ketiga tahap
pembangunan diatas mutlak membutuhkan dukungan pengetahuan sosiologi. Tahap
perencanaan membutuhkan pengetahuan sosiologi karena sebuah rencana yang baik
harus didasari dengan data dan fakta sosial yang akurat. Data yang dibutuhkan
untuk membuat rencana yang baik , meliputi pola interaksi sosial,
kelompok-kelompok sosial , kebudayaan , lembaga-lembaga sosial, dan
stratifikasi sosial.
III. Sistematika penulisan
Pada makalah ini, dijelaskan hasil penelitian
dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi Latar Belakang Masalah
,Rumusan masalah ,Tujuan penulisan sampai Metode Penulisan Dilanjutkan
dengan bab ke dua yang berisi tentang mengenal sekilas tentang sosiologi
pembangunan dan sedikit tentang pengertiannya
Bab berikutnya, kami membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat,
yaitu tentang teori teori pembangunan serta penerapan sosiologi dalam
pembangunan
Bab keempat merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini,
penulis menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi
saran mengenai apa yang baiknya kita lakukan agar dapat lebih memahami tentang
soisologi pembangunan
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
Kesimpulan yang kami ambil yaitu pembangunan dalam
arti kata sosiologi ditunjukkan pada pemberantasan terhadap angka kemiskinan
karena pembangunan menunjukkan pada upaya untuk mengubah kondisi masyarakat
yang kurang baik menuju kondisi masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu
sosiologi dapat diterapkan dibidang pembangunan masyarakat terutama dalam
prosesnya.
II. Saran
Penulisan akan lebih berguna apabila pembaca
mendalaminya dan mempraktekannya dalam kehidupan masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Saptono ,&
Bambang Suteng S. 2006. SOSIOLOGI UNTUK SMA KELAS X. Jakarta :
Phibeta.
Tim sosiologi
.2007.Sosiologi 1 : suatu kajian kehidupan masyarakat. Jakarta :
yudhistira.
Hidayati S.pd,Dinna
& Sri iswantu S.s . TUNTAS sosiologi. Jakarta : cv graha pustaka