MAKALAH PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI AGAMA
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Psikologi
merupakan kelanjutan dari studi tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan sistematika dan metode ilmiah, sehingga teorinya
lebih objektif. Objek psikologi bukanlah jiwa dan bukan pula masalah-masalah
rohaniah yang bersifat misterius serba rahasia dan sukar diterka. Oleh karena
itu para psikolog pun belum mampu mengetahui kehidupan rohaniah seseorang
sebagaimana melihat bayangan dirinya dalam cermin, walaupun mereka mampu
meramal dan mengadakan pragnosa secara ilmiah mengenai kemungkinan tingkah laku
yang akan diperbuat seseorang. Psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap
sikap dan tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang,
kaena cara seseorang berfikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku, tidak
dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi
kepribadiannya.
Sudah
banyak ahli-ahli psikologi yang menaruh perhatian dalam bidang agama, atau
dalam proses kejiwaan yang berhubungan dengan agama, mencoba memberikan
definisi-definisi, baik tentang psikologi, maupun tentang agama. Namun
usaha-usaha mereka untuk membuat satu definisi atau ketentuan-ketentuan yang
tegas dan pasti, tetap terbentuk, karena psikologi agama harus mencakup
sekaligus psikologi dan agama.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian psikologi agama?
2. Bagaimanakah ruang lingkup dari psikologi agama?
3. Sebutkan manfaat mempelajari psikologi agama?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari psikologi agama.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dari psikologi agama.
3. Untuk mengetahui manfaat mempelajari psikologi agama.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Agama
Psikologi
agama terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan agama. Psikologi berasal
dari bahasa yunaniyaitu “Psyche”dan “logos”. “Psyche” yang
artinya jiwa dan“logos” yang artinya ilmu pengetahuan.
Jadi, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai
macam-macam gejalanya, proses maupun latar belakang.
Psikologi
secara etimologi mengandung arti ilmu tentang jiwa. Dalam Islam kata jiwa
disamakan dengan“an-nafsu” namun ada juga yang menyamakan dengan
istilah “ar-ruh”. Tetapi istilah “an-nafsu” lebih
popular dari pada istilah“ar-ruh”, karena psikologi dalam bahasa
arab lebih popular diterjemahkan dengan ilmu an-nafsu dari pada ilmu ar-ruh.
Dalam Al-Quran surat Al-Fajrayat 27-30 disebutkan, kata an-nafsu berarti jiwa.
يَٰأَيَّتُهَاٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّة. ٱرْجِعِى
إِلَىٰرَبِّكِرَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً. فَٱدْخُلِى فِى عِبَٰدِى. وَٱدْخُلِى
جَنَّتِى.
“Haijiwa yang
tenang.KembalilahkepadaTuhanmudenganhati yang puaslagidiridai-Nya.Makamasuklahkedalamjemaahhamba-hamba-Ku,danmasuklahkedalamsurga-Ku”.(QS. Al-Fajr (89): 27-30)
Psikologi
agama menurut Jalaludin menggunakan dua kata, yaitu psikologi dan agama. Kedua
kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Psikologi secara umum diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan
beradab.
Psikologi
menurut Zakiah Darajat, meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku
orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara orang berpikir,
bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku, tidak dapat dipisahkan dari
keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.
Psikologi
agama dengan demikian merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari
tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama
yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui
pendekatan psikologi. Jadi penelahaan tersebut merupakan kajian empiris.
B. Objek Kajian
Psikologi Agama
Psikologi
agama tidak menyelidiki tentang ajaran-ajaran secara meteriil, dasar-dasar
agama dan tidak berwenang untuk membenarkan atau menyalahkan pengertian yang
ada dalam agama. Yang menjadi objek dan lapangan psikologi agama adalah
menyangkut gejala-gejala kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan
(amaliah) dan mekanisme antara keduanya. Dengan kata lain, meminjam istilah
Zakiah Daradjat, psikologi agama membahas tentang kesadaran agama (religious
counciousness) dan pengalaman agama (religious experience).
Kesadaran
agama adalah bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat
dilihat gejalanya melalui introspeksi. Di samping itu, dapat dikatakan bahwa
kesadaran beragama adalah aspek mental atau aktivitas agama, sedangkan
pengalaman agama adalah unsur perasaan dan kesadaran beragama, yaitu perasaan
yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakah (amaliah).
Dengan
demikian, yang menjadi lapangan kajian psikologi agama adalah proses beragama,
perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang
dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Sedangkan objek pembahasan psikologi
agama adalah gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku
keagamaan, kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku
keagamaannya secara timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu dengan
lainnya.
C. Ruang Lingkup Psikologi
Agama
Sebagai
disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki ruang lingkup pembahasannya
tersendiri yang dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari masalah agama
yang lainnya. Sebagai contoh, dalam tujuannya psikologi agama dan ilmu
perbandingan agama memiliki tujuan yang tak jauh berbeda. Yakni mengembangkan
pemahaman terhadap agama dengan mengaplikasikan metode-metode peneliti yang
bertipe bukan agama dan bukan teologis. Bedanya adalah, bila ilmu perbandingan
agama cenderung memusatkan perhatiannya pada agama-agama primitif dan eksotis
tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman dengan memperbandingkan satu
agama dengan agama lainnya. Sebaliknya psikologi agama, seperti pernyataan
Robert H. Thouless (dalam Jalaludin) memusatkan kajiannya pada agama yang hidup
dalam budaya suatu kelompok atau masyarakat itu sendiri. Kajiannya terpusat
pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan tersebut dengan menggunakan
pendekatan psikologi.
Menurut
Zakiah Daradjat (dalam Jalaludin, 2001: 16), menyatakan bahwa lapangan
penelitian psikologi agama mencakup proses beragama, perasaan dan kesadaran
beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari
keyakinan. Oleh karena itu, menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi
lapangan kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai:
1. Bermacam-macam
emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama
orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tenteram setelah shalat, rasa lepas
dari ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci Al-Qura’an,
perasaan tenang, pasrah dan menyerah setelah berdzikir dan ingat kepada Allah
ketika mengalami kesedihan dan kekecewaan yang bersangkutan.
2. Bagaimana
perasaan dan pengalaman seseorang secara individu terhadap Tuhannya, misalnya
rasa tenteram dan kelegaan batin.
3. Mempelajari,
meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati
(akhirat) pada tiap-tiap orang.
4. Meneliti
dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang
berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi
pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5. Meneliti
dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat
suci, kelegaan batinya.
D. Sejarah Psikologi Agama
Sumber-sumber
Barat mengungkapkan bahwa penelitian secara ilmiah tentang agama dimulai dari
kajian para anthropolog. Hasil penelitian Frazer dan Taylor mengenai
agama-agama primitif dinilai sebagai gerakan awal dari kajian itu. Selanjutnya
sejumlah penelitian juga dilakukan oleh para sosiolog, dan juga ahli psikologi
seperti Stanley Hall. Tetapi Edwin Diller Starbuck dipandang sebagai peletak
dasar bagi peneliti modern dilapangan psikologi agama. Bukunya yang memuat
pembahasan mengenai pertumbuhan perasaan agama yang berjudulThe Psychology
of Religion, An Empirical Study of Growth of Religion Counsciousness. Buku
yang diterbitkan tahun 1899 tersebut dianggap sebagai buku pertama mengenai
psikologi agama oleh kalangan ahli psikologi agama Barat.
Walaupun
secara formal pembahasan tentang psikologi agama di dunia Timur (Islam) sama
sekali tidak ditemukan, hal ini bukan berarti pada masa itu psikologi agama
belum dibicarakan sama sekali. Dari hasil penelitian AE. Afifi ditemukan, bahwa
ternyata dalam filsafat mistis Ibnu Arabi telah banyak diuraikan butir-butir
kajian kejiwaan yang tidak jauh berbeda dengan yang dikaji dalam psikologi
modern.Ibnu Arabi sudah membahas psikologi empiris, sifat-sifat dan fungsi-
fungsi jiwa, dan teori tentang mimpi yang banyak diungkapkan oleh Sigmund Freud.
Walaupun pembicaraan mengenai butir-butir psikologi tersebut sangat lekat
dengani penghayatan sufistiknya, namun hal itu jelas mempunyai arti sangat
penting bagi kajian psikologi agama dan kesehatan mental.
Bahasan
seputarpengaruh ajaran agama terhadap kehidupan keagamaan banyak ditemukan
dalam buku Ihya U`lum Al-Din dan Al-Munqidz Al-Dhalalkarangan
Abu Hamid Al-Ghazali. Di dalam buku itu ia tidak hanya menguraikan ajaran agama
terhadap kehidupan agama, tetapi lebih dari itu dalam kedua buku tersebut
ditemukan tentang pengahayatan Al-Ghazali sendiri terhadap adanya pengaruh
ajaran agama terhadap kehidupan keagamaan.
Konversi
al-Ghazali, yang dipahami sebagai masa pematangan beragama seseorang sebenarnya
merupakan bagian integral kajian psikologi agama. William James tampaknya juga
tidak melupakan aspek penting dari kajian psikologi agama ini.
Kesehatan
mental yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan psikologi
agama, juga banyak dibahas oleh para ilmuan muslim. Ibnu Sina sebagai filosof dan
dikter sudah mendiskusikan hal itu dalam buku al-Syifa’ (the book of
healing). Menurut Ibnu Sina, kebahagiaan itu sangat integral dengan akhlak.
Kebahagiaan akan dipeeroleh bila seseorang mampu memilih yang baik dan
menyingkirkan yang tidak baik. Penyucian dan pembersihan kalbu merupakan kunci
utama.
Al-Razi
sebagai seorang filosof sufi juga telah membahas tentang psikotherapi. Hal itu
dapat ditemukan dalam bukunya al-Thib al-Ruhanty. Dalam buku tersebut, sesuai
dengan judulnya Penyembuhan Jiwa, Razi menguraikan perihal pengobatan dan
penawaran kejiwaan. Sedangkan yang paling menonjol ialah al-Razi mengemukakan
cara penyembuhan dan perawatan kejiwaan dengan pola hidup sufistik melalui
konsep zuhud. Berkat karyanya yang monumental tersebut, menurut Sayyed Husin
Nasr, al-Razi diposisikan sebagai seorang master yang membidani lahirnya ilmu
perawatan jiwa.
Namun
demikian, terlepas dari pendapat di atas, dalam Al-Qur’an sendiri terdapat
ayat-ayat yang menunjukkan keadaan jiwa orang-orang yang beriman atau sebaliknya,
orang-orang kafir, sikap, tingkah laku, doa-doa. Di samping itu, juga terdapat
ayat-ayat yang berbicara tentang kesehatan mental, penyakit dan gangguan
kejiwaan, serta kalainan sifat dan sikap yang terjadi karena kegoncangan
kejiwaan sekaligus tentang perawatan jiwa. Karenanya tidak berlebihan jika
Yahya Jaya mengemukakan bahwa psikologi agama, dalam arti yang amat sederhana,
telah ada jauh sebelum abad ke-20, yaitu sejak Nabi Adam, yang pernah merasa
berdosa, yang menyebabkan jiwanya gelisah dan hatinya sedih. Untuk menghindari
kesedihan dan kegelisahan tersebut, ia bertaubat kepada Allah dan taubatnya
diterima, sehingga ia merasa lega kembali. Firman Allah:
فَتَلَقَّىٰ ءَادَمُمِنرَّبِّهِۦ كَلِمَٰتٍ
فَتَابَعَلَيْهِإِنَّهُۥهُوَٱلتَّوَّابُٱلرَّحِيمُ
“Kemudian
Adam menerima beberapa kalimat (untuk bertaubat) dari Tuhannya, maka Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Menerima taubat lagi Maha
Penyayang”. (QS. Al-Baqarah
(2): 37)
E. Metode Psikologi
Agama
Sebagai
disiplin ilmu yang otonom, maka psikologi agama juga memiliki metode penelitian
ilmiah. Kajian dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta berdasarkan data yang
terkumpul dan dianalisis secara objektif.
Karena
agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan batin yang sangat
mendalam, maka masalah agama sulit untuk diteliti secara seksama, terlepas dari
pengaruh-pengaruh subyektivitas. Namun demikian, agar penelitian mengenai agama
dapat dilakukan lebih netral, dalam arti tidak memihak kepada suatu keyakinan
atau menentangnya, maka diperlukan adanya sikap yang objektif. Makanya dalam
penelitian psikologi agama perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Memiliki
kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran batin manusia.
2. Memiliki
keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat dibuktikan secara empiris.
3. Dalam
penelitian haru bersikap filosofis spiritualistis.
4. Tidak
mencampuradukkan anata fakta dengan angan-angan atau perkiraan khayali.
5. Mengenal
dengan baik masalah-masalah psikolgi dan metodenya.
6. Memiliki
konsep mengenai agama serta mengetahui metodologinya.
7. Menyadari
tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama.
8. Mampu
menggunakan alat-alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ilmiah.
Dalam
meneliti ilmu jiwa, agama menggnakan sejumlah metode, yang antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Dokumen
Pribadi (Personal Document)
Metode
ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan kehidupan
batin seseorang dalam hubungannya dengan agama. Untuk memperoleh informasi
mengenai hal dimaksud, maka cara yang ditempuh adalah mengumpulkan dokumen
pribadi orang seorang. Dokumen tersebut mungkin berupa autobiogrfi, biografi,
tulisan ataupun catatan-catatan yang dibuatnya.
Didasarkan
pertimbangan bahwa agama merupakan pengalaman batin yang bersifat individual di
kala seseorang merasakan sesuatu yang gaib, maka dokumen pribadi dinilai dapat
memberikan informasi yang lengkap. Selain catatan atau tulisan, juga digunakan
dafta pertanyaan kepada orang-orang yang akan diteliti. Jawaban yang diberikan
secara bebas memberi kemungkinan bagi responden untuk menyampaikan kesan-kesan
batin yang berhubungan dengan agama yang diyakininya.
Dalam
penerapannya metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan berbagai cara atau teknik-teknik
tertentu. Sebenarnya, ada banyak teknik yang digunakan, hanya saja dalam hal
ini penulis akan membahas beberapa teknik saja. Diantaranya yang banyak
digunakan adalah:
a. Teknik
Nomotatik
Nomotatik
merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami tabiat atau
sifat-sifat dasar manusia dengan cara mencoba menetapkan ketentuan umum dari
hubungan antara sikap dan kondisi yang dianggap sebagai penyebab terjadinya
sikap tersebut. Sedangkan sikap yang terliha sebagai kecenderungan sikap umum
itu dinilai sebagai gabungan sikap yang terbentuk dari sikap-sikap individu
yang ada di dalamnya, Philip G. Ziambardo (dalam Jalaludin).
b. Teknik
Analisis Nilai (Value Analysis)
Teknik
ini digunakan dengan dukungan analisis statistik. Data yang terkumpul
diklasifikasikan menurut teknik statistik dan dianalisis untuk dijadikan
penilaian terhadap individu yang diteliti. Teknik statistik digunakan
berdasarkan perimbangan bahwa ada sejumlah pengalaman keagamaan yang dapat
dibaha dengan menggunakan bantuan ilmu eksakta, terutama dalam mencari hubungan
antara sejumlah variabel.
c. Teknik
Idiography
Teknik
ini juga merupakan pendekatan psikolgis yang digunakan untuk memahami
sifat-sifat dasar (tabiat) manusia. Berbeda dengan nomotatik, maka ideography
lebih dipusatkan pada hubungan antara sifat-sifat dimaksud dengan keadaan
tertentu dan aspek-aspek kepribadian yang menjadi ciri khas masing-masing
individu dalam upaya untuk memahami seseorang.
d. Teknik
Penilaian terhadap Sikap (Evaluation Attitudes Technique)
Teknik
ini digunakan dalam penelitian terhadap biografi, tulisan, atau dokumen yang
ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti. Berdasarkan dokumen
tersebut kemudian ditarik kesimpulan, bagaimana pendirian seseorang terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kaitan hubungannya dengan pengalaman
dan kesadaran agama.
2. Kuesioner
dan Wawancara
Metode
kuesioner maupun wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang
lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden.
Dalam
penerapannya, metode kuesioner dan wawancara dilakukan dalam berbagai bentuk.
Di antara cara yang digunakan adalah teknik pengumpulan data melalui:
a. Pengumpulan
pendapat masyarakat (Public Opinion Polls)
Teknik
ini merupakan gabungan antara kuesioner dan wawancara. Cara mendapatkan data
adalah melalui pengumpulan pendapat khalayak ramai. Data tersebut selanjutnya
dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi yang sudah dibuat berdasarkan
kepentingan penelitian.
b. Skala
penilaian (Rating Scale)
Teknik
ini digunakan untuk memperoleh data tentang faktor-faktor yang menyebabkan
perbedaan khas dalam diri seseorang berdasarkan pengaruh tempat dan kelompok,
misalnya. Dengan adanya penyebab yang khas ini peneliti dapat memahami
latar belakang timbulnya perbedaan antarpenganut suatu keyakinan agama.
Misalnya sikap liberal lebih banyak dijumpai di kalangan penganut Protestan,
dan sikap konservatif lebih banyak dijumpai di kalangan penganut agama Katolik.
c. Tes
(Test)
Tes digunakan dalam
upaya mempelajari tingkah laku keagamaan seseorang dalam kondisi tertentu.
Untuk memperoleh gambaran yang diinginkan, biasanya diperlukan bentuk tes yang
sudah disusun secara sistematis.
d. Eksperimen
Teknik eksperimen
digunakan untuk mempelajari sikap dan tingkah laku keagamaan seseorang melalui
perlakuan khusus yang sengaja dibuat.
e. Observasi
melalui pendekatan sosiologi dan antropologi
(Sociological and anthropological
observation)
Penelitian dilakukan
dengan menggunakan data sosiologi dengan mempelajari sifat-sifat manusiawi
orang per orang atau kelompok.
f. Studi
agama berdasarkan pendekatan antropologi budaya
Cara ini digunakan
dengan membandingkan antara tindak keagamaan (upacara, ritus) dengan
menggunakan pendekatan psikologi. Melalui pengukuran statistik kemudian dibuat
tolok ukur berdasarkan pendekatan psikologi yang dihubungkan dengan kebudayaan.
Misalnya, adanya persaudaraan antara sesama orang yang ber-Tuhan, masalah
ke-Tuhanan dan agama, adanya kebenaran keyakinan yang terlihat dalam bentuk
formalitas, bentuk-bentuk praktek keagamaan, dan sebagainya.
Penggunaan
metode-metode dalam penelitian psikologi agama sebenarnya dapat dilakukan
dengan beragam, tergantung kepada kepentingan dan jenis data yang akan
dikumpulkan. Adakalanya seseorang lebih memilih dokumen pribadi untuk meneliti
pengalaman agama. Demikian pula ada yang selain menggunakan dokumen pribadi,
baik berupa riwayat hidup, buku harian, catatan, pernyataan, juga menggunakan
angket dan wawancara sebagai pelengkap. Dengan banyaknya metode yang mungkin
digunakan, terlihat bahwa metode yang dipakai dalam penelitian psikologi agama
tidak berbeda dengan metode yang dipakai dalam penelitian ilmiah dalam cabang
disiplin ilmu pengetahuan lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi
agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya
serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Prof.
Dr. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa lapangan penelitian psikologi agama
mencakup proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan
akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu
agama, yang dianut). Oleh karena itu, menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, ruang
lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai:
1.
Bermacam-macam emosi
yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang
biasa (umum).
2.
Bagaimana perasaan
dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya.
3.
Mempelajari,
meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati
(akhirat) pada tiap-tiap orang.
4.
Meneliti dan
mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan
dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh
terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5.
Meneliti dan
mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci
kelegaan batinnya.
Hasil kajian psikologi agama tersebut, ternyata dapat
dimanfaatkan dalam berbagai lapangan kehidupan, seperti dalam bidang
pendidikan, psikoterapi, kedokteran, pengobatan alternatif misalnya ruqyah, ekonomi/perikanan, dakwah, politik maupun
mendorong program-program Pemerintah seperti KB, transmigrasi, pelestarian
lingkungan hidup dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Mulyono, Psikologi Agama dalam Perspektif Islam, Malang: Uin
Malang Press, 2008.
Jalaluddin, Psikologi Agama,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012.
Ramayulis, Psikologi Agama,
Jakarta: Kalam Mulia, 2011.
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.