Makalah Belajar dan Prinsip Belajar
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Adanya kemapuan untuk belajar dan menurunkan
kemampuan belajar antar generasi merupakan ciri penting manusia yang
membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Kemampuan belajar telah memberikan
banyak manfaat bagi perkembangan peradaban manusia baik secara individual
maupun kelompok (masyrakat).secara individual, kemampuan belajar dapat
mengantarkan seseorang pada perkembangan pribadi yang mengarah pada tebentuknya
pola kecakapan intelektual, kecakapan hidup, serta penguasaan
keterampilan-keterampilan tertentu. Berkaitan dengan hal ini, maka tidaklah
mengherankan jika ada seorang dokter yang menguasai keterampilan lain selain
keterampilan profesinya, misalnya keterampilan dalam memasak, mengajar, dan
lainnya. Bagi masyarakat, kegiatan belajar memainkan peranan penting dalam
proses pewarisan nilai-nilai budaya antar generasi. Hasil yang diperoleh dari
proses belajar baik berupa temuan-temuan ilmiah maupun hasil coba-coba yang
berlangsung terus menerus dari waktu ke waktu selalu terwariskan dan terus
berkembang dari generasi ke generasi. Hal inilah yang menjadikan masyrakat
manusia selalu berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu atau dari generasi
ke generasi berikutnya.
Proses belajar dan pembelajaran merupakan dua
istilah yang selalu berkaitan. Agar proses pembelajaran dapat belangsung, maka
mesti ada peserta didik yang belajar dan pendidik yang berperan sebagai
perancang, penilai proses dan hasil pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses
perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat
akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat
dihayati (dialami ) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh
orang lain. Selain itu, belajar sering juga dimaknai sebagai adanya perolehan ketrampilan dan ilmu
pengetahuan. Seiring dengan perkembangan mutakhir yang didukung oleh hasil
kajian neurofisiologi dan neuropsikologi makna belajar lebih luas yakni
melibatkan kemampuan memproses informasi, menalar, dan mengembangkan pemahaman
serta meningkatkan penguaasaan keterampilan dalam proses pembelajaran.
Istilah pembelajaran lebih dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi untuk kebutuhan belajar, dimana peserta didik
difasilitasi untuk dapat berkreativitas secara individual maupun kelompok dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik. Untuk
menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang
berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni
prinsip-prinsip maupun teori belajar.
Proses pembelajaran
dewasa ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-holistik yang
menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatan atau subjek belajar. Seiring
dengan hal ini, perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin mempermudah
peserta didik dalam belajar. Kemajuan teknologi harus mampu dimanfaatkan guna
meningkatkan hasil belajar, tanpa melupakan prinsip-prinsip belajar. Prinsip
ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi peserta didik
maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud belajar ?
2. Apa yang dimaksud dengan prinsip
belajar ?
3. Apa saja prinsip-prinsip belajar
yang terkait dengan proses belajar ?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui dan memahami
pengertian dari belajar secara luas ataupun khusus.
2. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip
Belajar secara umum dan implikasinya dalam Belajar dan pembelajaran.
3. Untuk dijadikan bahan dalam kegiatan
diskusi Belajar dan Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan
perubahan yang lebih baik. Arti dari disengaja
sebenarnya proses belajar timbul karena ada suatu niatan. Sedangkan
perubahan itu misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil
menjadi terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan
sesuatu dan lain sebagainya. Perubahan tersebut adalah perubahan yang timbul karena adanya
pengalaman dan latihan. Jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi
kebutuhan menuntut ilmu. Proses belajar adalah mengalami, berbuat
mereaksi dan melampaui (under going).
Adapun
Pengertian dari belajar menurut para ahli yaitu:
1) Witherington
(1952) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan dalam
kepribadianyang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru
berbentukketerampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
2) Wingkel,
1987 menyatakan bahwa “belajar adalah suatu aktifitas mental &
psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
perilaku pada diri sendiri.”Belajar adalah suatu proses/usaha sadar yang
dilakukan olehindividu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai) maupun psikomotor
(keterampilan) sebagai hasil interaksinyadengan lingkungan untuk mencapai
tujuan tertentu.
3) Moh. Surya
(1997) menyatakan bahwa “belajar diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalamberinteraksi dengan lingkungannya”.
4)
(Walra,
rochmat, 1999:24)
‘’Belajar ialah Suatu aktifitas atau
pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang
bersifat permanen.’’
Dari pengertian belajar menurut para
ahli di atas dapat diuraikan bahwa pada proses belajar terjadi penyesuaian dari
pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain,
ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang
kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai
dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana
dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia.
Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah
(manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan
hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam
pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses.
Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan
psikomotor yang terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan tersebut bersifat
positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan
sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas
yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan
tertentu.
B. PENGERTIAN
PRINSIP
Adapun pengertian prinsip menurut
para ahli :
1. Prinsip merupakan sesuatu yang
dipegang sebagai panutan yang utama (Badudu&Zein, 2001:1089)
2. Prinsip merupakan sesuatu yang
menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dsb (Syah Djanilus, 1993)
3. Prinsip merupakan esuatu kebenaran
yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya (Dardiri, 1996)
C. PENGERTIAN PRINSIP BELAJAR
Prinsip
Belajar Menurut Gestalt
Adalah
suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami
perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus
menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan
sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah
diterimanya.
Prinsip
Belajar Menurut Robert H Davies adalah Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta
didik sehingga peserta didik termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya
melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode
yang menyenangkan peserta didik.
Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa Prinsip Belajar adalah landasan
berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran
dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
D.
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR YANG TERKAIT
DENGAN PROSES BELAJAR
Banyak
teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip
belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat
kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi peserta didik yang
perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam apaya meningkatkan
mengajarnya.
Secara
umum prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan :
1) Perhatian dan Motivasi
Perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin
terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatian terhadap belajar akan
timbul pada peserta didik apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan
sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih Ianjut atau
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka peserta didik perlu
dibangkitkan perhatiannya. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan
dengan mesin dan kemudi pada mobil (gage dan Berliner, 1984 : 372). “Motivation
is the concept we use when we describe the force action on or whitin an
organism yo initiate and direct behavior”
Demikian
menurut H.L. Petri (Petri, Herbet L, 1986: 3). Motivasi dapat merupakan tujuan
dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu
tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa peserta didik tertarik dalam
kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai
alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil
belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik
dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan.
Motivasi
mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Peserta didik yang memiliki minat
terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan
dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalan,
kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku
manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan
hendaknya disesuaikan dengan minat peserta didik dan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Sikap
peserta didik, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Peserta
didik yang menyukai matematika akan merasa senang belajar matematika dan
terdorong untulk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya. Karenanya adalah
kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri peserta didik
terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Motivasi
juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebagai contoh, seorang peserta didik yang dengan sungguh-sungguh mempelajari
mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan
yang dilakukannya tetapi menjadi penyertaanya. Sebagai contoh, peserta didik
belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapat ijazah.
Naik kelas dan mendapat ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat
dipisahkan. Perhatian ialah pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan)
terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar
makin baik dan hasilnya akan makin haik pula. Oleh karena itu guru harus selalu
berusaha supaya perhatian peserta didik terpusat pada pelajaran. Memunculkan
perhatian seseorang pada suatu objek dapat diakibatkan oleh dua hal.
Pertama, orang itu merasa bahwa objek tersebut mempunyai kaitan
dengan dirinya umpamanya dengan kebutuhan, cita cita, pengalaman, bakat, minat.
Kedua, Objek itu sendiri dipandang memiliki sesuatu yang lain dari
yang lain, atau yang lain dari yang biasa, lain dari yang pada umumnya muncul.
Dari uraian kedua hal tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa,
1.
Belajar
dengan pernah perhatian pada pelajaran yang sedang dipelajari, proses dan
hasilnya akan lebih baik.
2.
Upaya
guru memumbuhkan dan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pelajaran
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a) Mengaitkan pelajaran dengan
pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat atau minat peserta didik.
b) Menciptakan situasi pembelajaran
yang tidak monoton. Umpamanya penggunaan metode mengajar yang bervariasi,
penggunaan media, tempat belajar tidak terpaku hanya didalam kelas saja.
2) Keaktifan Belajar
Kecendrungan
psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak
mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasi
sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendri. Mon Dewey mengemukakan bahwa “belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan peserta didik
untuk dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang dari peserta didik sendiri.”
Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).
Dalam
setiap proses belajar, peserta didik selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan
itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati
sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh
kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. Seperti yang telah
dibahas di depan bahwa belajar iu sendiri adalah akivitas, yaitu aktivitas
mental dan emosional. Bila ada peserta didik ) yang duduk di kelas pada saat
pelajaran berlangsung, akan tetapi mental emosionainya tidak terlibat akif
didalam situasi pembelajaran itu, Pada hakikamya peserta didik tersebut tidak
ikut belajar. Oleh karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan ada peserta
didik yang tidak ikut aktif belajar. Lebih jauh dari sekedar mengaktifkan peserta
didik belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar aktifitas belaiar
tersebut.
Kegiatan
mendengarkan penjelasan guru, sudah menunjukkan adanya aktivitas belajar. Akan
tetapi barangkali kadarnya perlu ditingkinkan dengan metode mengajar lain. Sekali
untuk memantapkan pemahaman anda tentang upaya meningkatkan kadar aktivitas
belajar peserta didik, coba anda tetapkan salah satu pokok bahasan dari salah
satu mata pelajaran yang biasa diajarkan. Silahkan anda rancang
kegiatan-kegiatan belajar yang bagaimana yang harus peserta didik anda
lakukan, supaya kadar aktivitas belajair mereka relatif tinggi. Bila sudah
selesai anda kerjakan, silahkan diskusikan deingan guru lain disekolah anda
atau guru sesama peserta program
3) Keterlibatan Langsung Dalam
Belajar
Di
muka telah dibkarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh peserta
didik yang, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada
orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan
dalam kerueut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar
melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung peserta
didik tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya.
Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila
ia terlihat secara langsng dalam perbuatan (direct performance), bukan sekadar
melihat bagaimana orang menikmati tempe (demonstrating), apalagi sekadar
mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling).
Pentingnya
ketelibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “leaming
by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar
harus dilakukan oleh peserta didik secara aktif, baik individual maupun
kelompok, dengan cara memecahkan masalah (prolem solving). Guru bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan
peserta didik di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata,
namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional,
keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan
pengetahuan, dalam penghayatan dan intemalisasi nilai-nilai dalam pembentukan
sikap dan nilat, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan.
4)
Pengulangan Belajar
Prinsip
belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh teori
Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada
pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal,
merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka
dasya-daya tersebut akan berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah
akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma.
Teori
lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi Asosiasi atau
Koneksionisme dengan tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah
satu hukum belajarnya “law of exercise“, ia mengemukakan bahwa belajar
ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. dan pengulangan
terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Seperti
kata pepatah “latihan menjadikan sempurna” (Thomdike, 1931b:20. dari Gredlei,
Marget E Bell, terjemahan Munandir, 1991: 51).Psikologi Conditioning yang
merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan
pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah
pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning
respons akan timbul bukan karena saja stimulus, tetapi juga oleh stimulus
yang dikondisikan.
Banyak
tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya peserta didik
berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaman berhenti
ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu
dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu
perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan,
mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan
pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat
juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga
teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun
dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya
jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk respons yang benar dan membentuk
kebiasaan- kabiasaan. Walaupun kita tidak japat menerima bahwa belajar adalah
pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat
dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih
relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar tetap diperlukan
latihan/pengulangan. Metode drill dan stereotyping adalah bentuk
belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan Berliner, 1984: 259).
5) Sifat Merangsang Dan Menantang Dari
Materi Yang Dipelajari
Teori
Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam, situasi belajar
berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar peserta
didik menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat
hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi
hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan
itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk
dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul
motif yang Kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar
haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah
menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat peserta didik
bergairah untuk mengatasinya.
Bahan
belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
peserta didik tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi
kesempatan pada peserta didik untuk menermakan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan generalisasi akan menyebabkan peserta didik berusaha meneari dan menemukan
konsp-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang
telah mendan saja kurang menarik bagi peserta didik.
Penggunaan
metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi peserta
didik untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif
maupun negatif juga akan menantang peserta didik dan menimbulkan motif untuk
memperoleh gaujaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6) Pemberian Balikan Atau Umpan Balik
Dan Penguatan Belajar
Prinsip
belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
teori belajar operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisin adalah stimulusnya, maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar im
adalah law of effect – nya Thomdike. Peserta didik akan belajar lebih
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang haik. Hasil, apalagi
hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengarub baik
bagi usaha belajar selanjutnya. Namum dorongan belajar itu menurut B.E Skinner
tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga ada yang tidak menyenangkan.
Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar
(gage dan Berliner, 1984: 272).
Peserta
didik belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.
Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang
baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya
anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut
tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong tuk belajar lebih
giat. Di sini nilai buruk dan dan rasa takut lidak naik kelas juga bisa
mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif.
Di sini peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak
menyenangkan, maka penguatanatan negatif juga disebut escape conditioning,
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan
sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan
dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh peserta didik setelah belajar
melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat peserta didik terdorong untuk
belajar lebih giat dan bersemangat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1)
Belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan
perubahan yang lebih baik, misalnya : dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
terampil menjadi terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat
melakukan sesuatu dan lain sebagainya.
2)
Prinsip
belajar merupakan landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi
agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan
peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran,
baik bagi peserta didik maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang
diinginkan.
3)
Secara Umum, Prinsip-prinsip belajar berkaitan
dengan :
a.
Perhatian
dan Motivasi
c.
Keterlibatan
langsung atau pengalaman
d.
Pengulangan
e.
Tantangan
f.
Balikan
dan penguatan (law of effect)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu Dan
Uhbiyati.2001. Ilmu Pendidikan Cetakan II.
Jakarta: Rineka Cipta.
Baharudin Dan Esa
.2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Dimyati Dan
Mujiono.1999. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:
Rineka Cipta.
Iskandar,
Syaifudin, DR. M.Pd.2008. Materi Mata
Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Sumbawa: Universitas Samawa.
Jufri, Wahab.2010. Belajar Dan Pembelajaran Sains. Mataram:
Arga Puji: Press.
Sujana,
Nana.1991. Teori-Teori Belajar Untuk
Pengajaran.Jakarta: LPFE.