MAKALAH KERJA KERAS KREATIF PRODUKTIF DAN INOVATIF

BAB I
PENDAHULUAN


A.           LATAR BELAKANG
Untuk mencapai suatu cita-cita, kita tidak bisa berpangku tangan merrunggu nasib baik saja, tetapi harus diupayakan dengan sebuah usaha atau kerja. Bekerja. keras merupakan sikap terpuji yang dapat menumbuhkan kreativitas karena adanya tuntutan untuk berpikir agar usaha yang dilakukan mencapai hasil optimal.
Islam sangat menganjurkan agar kita bekerja keras yang diistilahkan dengan "Bersungguh-sungguh atau berjuang di jalan Allah.". Selain bekerja keras, kita juga mesti aktif, kreatif, dan dinamis. Semuanya tentu dilakukan terhadap hal-hal yang positif.
Dengan pentingnya bekerja keras tersebut, mengajari doa agar terhindar dari sifat malas, Rasulullah SAW bersabda yang Artinya: "Ya Allah hamba berlindung kepadamu dari sifat lemas dan malas." (H.R. Al-Rukhari da Muslim).

B.            RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian dari Kerja Keras?
2.      Bagaimana bentuk (contoh) dari Kerja Keras?
3.      Apakah manfaat dari Sikap Kerja Keras dan bagaimana membiasakannya?
4.      Apakah yang dimaksud Kreatif, Produktif, dan Inovatif?

C.           MAKSUD DAN TUJUAN
Mengetahui dan memahami pengertian Kerja Keras, manfaat dan bagaimana membiasakan diri untuk memiliki sikap kerja keras dalam kehidupan sehari-hari serta menumbuhkan sifat Kreatif, Produktif dan Inovatif.





BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kerja
Makna dari "kerja" dari sisi kebahasaan artinya melakukan suatu kegiatan untuk mencari nafkah. Dalam bahasa Arab kata "kerja" sepadan dengan "amal", Kedua kata tersebut dalam arti sempit yaitu suatu kegiatan yang dilakukan dengan kesadaran oleh manusia baik secara pribadi atau bersama orang  lain  untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Ada pula yang mendefinisikan bahwa kerja atau amal adalah kegiatan yang dilakukan dengan jerih payah oleh manusia untuk mendapatkan makanan, pakaian, jaminan, dan kebahagiaan hidup. Pada perkembangan makna, istilah kerja yang lebih sering digunakan dalam pengertian  secara umum.
Pemahaman   Islam   dalam   masalah   kerja   ini,   para   ulama   sepakat dibolehkannya memberi upah untuk melakukan suatu pekerjaan, bahkan untuk urusan peribadatan, seperti imam, muazin, mengelola masjid, mengajarkan Al-Qur'an, dan sebagainya. Konsep Islam tentang kerja digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur'an pada kisah Nabi Musa yang bekerja kepada Nabi Syu'aib membantu memberi minum ternak kedua putrinya dengan memberi upah, yaitu dalam surah Al- Qashash/28 ayat 23-28, Coba anak-anak buka kembali kisah tersebut.
Dari kisah yang dipaparkan dalam surah AI-Qashash/28 ayat 23-28, yaitu munculnya perasaan dari Nabi Syu'aib bahwa yang dilakukan Nabi Musa merupakan suatu pekerjaan yang harus diberi imbalan. Dari konsep ini dapat dipahami bahwa:
a.           Setiap orang yang melakukan suatu pekerjaan untuk pihak lain, baik melalui tenaga maupun pikiran harus memperoleh imbalan.
b.          Mempekerjakan orang tanpa memberi imbalan merupakan hal yang  terlarang karena bisa dianggap sebagai penindasan.
Kekecualian terhadap hal tersebut adalah apabila pekerjaan yang dilakukan memang menolak imbalan. Bentuk penolakan ini misalnya membantu orang bekerja karena untuk urusan akhirat dan hanya mengharap pahala dari Allah SWT atau merupakan pengabdian kepada masyarakat atau pula karena tidak membutuhkanya. Kekecualian ini tidak termasuk dalam kaidah umum di atas. Berkenaan dengan upah pekerjaan ini, Al-Thabari menjelaskan bahwa perkerjaan diberi upah menurut ukuran pekerjaannya dan upah yang setimpal.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa amal dalam pengertian luas yaitu setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia dengan jerih payah, baik yang bersifat materi, maknawi, pikiran maupun fisik, serta berhubungan dengan urusan dunia maupun ahkirat. Pengertian kerja dalam arti luas dapat dipahami melalui penggunaan kata amal yang terdapat dalam Al-Qur'an.
Berdasarkan penelitian Jalaluddin Rahman, kata amal dan berbagai kata jadiannya ditemukan di Al-Qur'an sebanyak 359 kata. Selain itu ada pula beberapa kata lain yang sepadan dengan kata amalun, seperti kata kasbun, sa'yun, dan shan'un. Masing-masing kata mempunyai implikasi dalam aspek tertentu dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Meski demikian pada dasarnya semua kata ini menunjuk pada kerja, usaha, perbuatan, dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia.

B.       Usaha yang Halal Sebagian dari Jihad
Bekerja keras terkait erat dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Terpenuhinya kebutuhan itu tergantung etos kerja masing-masing. Pada kondisi yang sangat kompetitif dan dalam sistem perekonomian global ini porsi tenaga kerja menjadi sangat dibutuhkan karena sumber daya alam semakin berkurang. Bersamaan dengan kondisi seperti ini, konsep Islam tentang bekerja hams tetap dipertahankan, yaitu:
Artinya: "Mencari yang halal untuk jihad. "(H.R. Adh-Diyah)

C.      Peranan Bekerja dalam Kehidupan
Bekerja berperan cukup menentukan dalam dalam upaya seseorang meraih kehidupan yang lebih baik. Al-Qur'an dan hadits pun telah mengatur dan menganjurkan bekerja, berkarya, dan mencari rezeki yang halal, Untuk lebih jelas dalam memahami dalil-dali! tersebut kita akan membahas satu per satu.
Allah SWT menganjurkan untuk bekerja sebagaimana Firman Allah swt.. dalam surah At-Taubah/9 ayat 105 berbunyi sebagai berikut.
Artinya  :    "Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (Q.S. At-Taubah/9:105)
Nabi Muhammad saw,, dalam sebuah hadits juga menganjurkan untuk bekerja giat dan agar tidak meminta-minta. Hadits-hadits adalah sebagai berikut.
Artinya  :    "Nabi bersabda: "Tidak satu pun makanan yang dimakan seseorang lebih baik daripada hasil kerja tangannya. Sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil kerja tangannya."
Artinya : "Meminta-minta kepada manusia adalah luka cakar yang dibuat seseorang di mukanya sendiri. Ada orang yang suka maka dibiarkannya luka itu di mukanya dan pula orang yang tak suka maka ditinggalkannya, kecuali orang yang meminta kepada penguasa atau berada dalam keadaan yang ia tidak menemukan pilihan lain," (H.R. Abu Daud, Al-Nasa'i dan At-Tirmidzi)
Dari ayat dan hadits di atas semakin jelas bahwa harga diri manusia nyata ditunjukkan oleh kerja dan amal yang diperbuatnya. Dengan kerja dan berbuat baik maka derajat manusia dapat terangkat pada posisi tertinggi sehingga ketika bertemu Tuhan disertai keridaan-Nya. Dalam surah Al-Kahfi ayat 110 Allah menjelaskan bahwa barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.
Dalam Islam, harga diri seorang muslim mempunyai makna mendalam. Harga diri tersebut terkait dengan eksistensi kehidupan yang tidak hanya di dunia yang sementara, tetapi juga kehidupan akhirat yang kekal abadi. Padahal isi dan nilai kehidupan ini ditentukan oleh amal atau usahanya. Alah berfirman untuk menunjukkan pentingnya bekerja tardapat pada surah An-Nahl ayat 97 sebagai berikut:
Artinya : "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada yang telah mereka kerjakan.
(Q.S An-Nahl: 97)
Hadits riwayat Ahmad, Abu Ya'la, Ibn Hibban, dan Al-Baihaqi menyebutkan bahwa Rasulullah saw., bersabda:
Artinya : "Seandainya salah seorang kamu beramal (bekerja) di dalam sebuah batu keras lagi padat yang tidak mempunyai pintu dan tidak pula lubang, niscaya Allah mengeluarkan (menunjukkan) amal (kerja)nya itu kepada manusia sebagimana adanya."
Dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits sebagaimana di atas mendorong masyarakat Islam untuk meningkatkan etos kerja. Kerja seorang muslim selalu dilandasi oleh tuntutan untuk beramal dan bekerja sehingga orang Islam menjadi kaya yang dengan kekayaannya itu mereka bisa beribadah dengan tenang dan kaafah. Hal itu bersebalikan dengan bermalas-malasan dan meminta-minta termasuk yang dianggap Islam sebagai akhlak tercela. Maka wajar apabila tuntunan Islam dilaksanakan dengan benar akan menciptakan semangat kerja yang tinggi sehingga kehidupan yang baik (hayah tayyibah) di raih. Artinya bila semangat kerja untuk urusan dunia dan akhirat rendah, maka bisa dikatakan belum mampu menghayati Islam secara total.



D.      Dorongan agar Bekerja Keras
Dari beberapa penyebab adanya kemiskinan, salah satunya disebabkan oleh sikap mental malas bekerja. Islam memberi solusi penyelesaiannya dengan giat bekerja sehingga mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Hal itu difirmankan oleh Allah swt. dalam Al-Qur'an surah Ar-Ra'du/13 ayat 11 sebagai berikut: 
Artinya : "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Q. S. Ar-Ra'du/13:11).

E.       Bentuk-Bentuk (Contoh) Sikap Kerja Keras
Soleh mungkin kurang beruntung menjadi anak dari keluarga kurang mampu. Ayahnya bekerja sebagai kuli bangunan. Tetapi mereka mempunyai semangat juang yang kuat. Ayah Soleh bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Soleh juga bersemangat agar bisa menjadi anak yang pandai. Untuk meringankan beban bapaknya, Soleh anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya itu, sepulang sekolah ia membantu bapaknya yang bekerja di rumah tetangga. Hasil dari membantu ayahnya itu ia gunakan untuk membayar uang sekolah dan keperluan lainnya. Berkat semangat yang kuat, akhirnya Soleh berhasil lulus dari madrasah tsanawiyah dengan prestasi di atas rata-rata.

F.       Nilai-Nilai Positif (Keuntungan) Memiliki Sikap Kerja keras
Akhlaq terpuji akan membuahkan hasil yang baik dan menguntungkan atau menimbulkan dampak positif terutama bagi diri sendiri. Dampak positif dari sikap kerja keras, misalnya sebagai berikut:
a.         Terhormat di mata Allah swt. karena termasuk orang-orang yang taat kepada
Allah dan rasul-Nya.
b.        Terhormat    di    mata    sesama    manusia,    misalnya    dianggap    mampu
menyelesaikan tugas di masyarakat.
c.         Selalu berupaya mencapai hasil yang optimal dalam setiap usaha atau kerja.
d.        Terpenuhi kebutuhan hidup sebagai imbalah dari Allah SWT yang memberi
Rahmat bagi hamba tidak mengenal menyerah dalam berusaha.
e.         Dipercaya Oleh orang lain, sehingga pada kesempatan lain diberi tugas lagi
sebagai jalan mendapat rezeki dari Allah swt.  
G.      Membiasakan Diri Bersikap Kerja Keras
Orang-orang yang mencintai Allah dan rasulnya, semestinya mempunyai watak kerja keras. Sikap kerja keras ini harus menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. Kebiasaan itu bisa diraih melalui latihan. Hal-hal yang bisa dicoba agar memiliki sikap kerja keras, antara lain sebagai berikut.
a.         Berusaha menghindari pemberian orang lain karena hasil usaha sendiri lebih
terpuji dan mulia daripada hasil dari pemberian orang lain.
b.        Meyakini bahwa Allah swt. memuji sikap kerja keras dan mencela meminta-
minta (kecuali jika terpaksa).
c.         Menghindari sikap mempersulit orang lain dengan tendensi diberi bantuan dari
orang tersebut.
d.        Berusaha untuk memberi atau bersedekah daripada meminta karena lebih
mulia.

H.      KREATIF, PRODUKTIF, DAN INOVATIF
1.        Pengertian Kreatif, Produktif, dan Inovatif
Kreatif artinya sifat seseorang yang mempunyai banyak akal atau mempunyai daya cipta. Produktif artinya sifat seseorang yang banyak menghasikan sesuatu. Inovatif artinya sifat seseorang yang mempunyai ide pembaharu.
2.        Perlunya Memiliki Sifat Kreatif, Produktif, dan Inovatif
Di zaman yang kompetitif atau tingkat persaingan tinggi sebagai akibat semakin bertambahnya penghuni bumi, dibutuhkan sikap yang mempu mengatasi permasalahan hidup. Hal itu disebabkan bumi dan lahan mencari rezeki tidak bertambah sementara manusia semakin banyak. Kebutuhan hidup berkembang tidak sepadan dengan lahan pertanian yang menghasilan berbagai bahan mekanan, malah jutru lahan itu berkurang karena banyaknya rumah dan bangunan.
Sikap yang dibutuhkan pada kondisi ini adalah sifat kreatif, produktif, dan inovatif. Kreativitas dan produktivitas diperlukan agar dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Untuk mewujudkan sikap kreatif, memerlukan usaha keras dan motiva'si yang kuat. Untuk mendapatkan hasil maksimal kedua sikap itu perlu didukung dengan sikap inovatif. Dengan munculnya sikap tersebut kita akan Jerhindar dari ketergantungan pada penggunaan produk luar negeri.
Sikap inovatif ini lebih mengarah pada penemuan sesuatu yang baru. Harapan munculnya inovasi-inovasi itu adalah kemampuan bersaing dengan bangsa lain dan tidak selalu tergantung kepada mereka karena nasib kita ditentukan oleh kita sendiri. Hal itu sesuai dengan Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an surah ar-Rad'd/13:11 sebagai berikut: 
Artinya : "Bagi manusia ad a malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
Ayat di atas, mengisyaratkan bahwa manusia tidak boleh pasrah untuk mendapatkan nasib baik. Nasib baik tidak akan datang tiba-tiba tanpa usaha yang sungguh-sungguh. Keadilan Allah swt. yang telah menyediakan seluruh kebutuhan hidup manusia harus dijemput dengan usaha keras untuk mendapatkanya. Hal itu selaras dengan sabda Rasulullah saw., yang artinya: "Mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah ..." (HR. Muslim)
Sabda Rasulullah saw., tersebut merupakan ajakan bagi kaum mukmin agar berusaha menjadi mukmin yang kuat. Pemahaman kata kuat pada hadits Nabi SAW. dapat dicerna dengan benar setelah memenuhi beberapa syarat, yaitu sebagai berikut:
a.         Kuat fisik dan stamina, yaitu kemampuan raga. Kemampuan itu didukung
dengan gizi terpenuhi, olahraga teratur dan istirahat yang cukup.
b.        Kuat mental, yaitu kemampuan jiwa berani menghadapi permasalahan hidup.
c.         Kuat iman, yaitu kemampuan untuk selalu taat beribadah sesuai tuntunan
Rasulullah saw. dengan selalu berserah diri kepada Allah swt.
d.        Kuat ilmu, yaitu kemampuan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang
ada sehingga cita-ciat dapat tercapai.
e.         Kuat harta, yaitu kemampuan materi atau kaya, mampu memenuhi semua
keperluan hidup.

3.        Contoh Sifat Kreatif, Produktif, dan Inovatif
Ruang kelas di madrasah tempat Malik sekolah sedang direhab, suatu hari dia melihat tumpukan kertas zak semen. Ternyata bekas bungkus semen itu dijual, tetapi harganya tidak seberapa. Karena Malik anak yang cerdas, ia berpikir bagaimana agar kertas zak semen itu lebih bernilai tinggi. Suatu saat dia ingat anak-anak senang bermain robot-robotan. Maka setiap kali pulang sekolah dia mencoba mempraktikkan membuat topeng dengan bahan kertas semen tersebut diolah dengan tepung kanji, kemudian dicetak pada cetakan topeng yang telah dibuatnya. Ternyata hasil karya Malik sangat disukai anak-anak dan laku keras. Dengan kreativitasnya itu Malik bisa mendapatkan uang untuk membantu orang tua membiayai sekolah
Dengan tidak meninggalkan belajarnya, Malik selalu berusaha meningkatkan mutu dan ide-ide yang diminati anak-anak. Dia sering mencermati topeng hasil karya orang lain. Akhirnya dia menemukan formula dan cara pembuatan yang paling efektif karena dia cukup kewalahan menerima pesanan dari penjual mainan anak-anak. Tetapi, karena dia masih memikirkan sekolah maka dia meminta bantuan ibu-ibu di sekitarnya yang longgar untuk membantu membuat topeng dengan cara yang paling praktis tersebut.
Jadi selain kreatif, Malik juga produktif karena dia selalu berinovasi mengembangkan hasil karyanya, atau bisa dikatakan ia juga bersikap inovatif.

4.        Nilai-Nilai  Positif (Keuntungah)  Dimilikinya  Sikap  Kreatif,  Produktif,  dan
Inovatif
Nilai-Nilai Positif yang dapat diambil dari sikap kreatif, produktif, dan inovatif yaitu sebagai berikut.
a.         Selalu berpikir maju untuk mengikuti perkembangan zaman sehingga hasil
kreativitasnya disukai orang lain.
b.        Mendapatkan hasil dari kreativitasnya.
c.         Terpenuhi keperluan hidup sehingga tidak kekurangan secara materi.
d.        Memperoleh kepuasan batin karena hasil karyanya banyak dimanfaatkan oleh
orang lain.
e.         Memperbanyak relasi dan persaudaraan sehingga menambah banyak rezeki.

5.        Membiasakan Diri Bersikap Kreatif, Produktif, dan inovatif
Banyak contoh orang-orang sukses diawali dari adanya sikap kreatif, produktif, dan inovatif pada diri mereka. Yang demikian ini perlu kita teladani. Adapun sikap-sikap positif tersebut dapat berbentuk, yaitu sebagai berikut:
a.         Berinisiatif menciptakan lapangan kerja bam, sesuai bidangnya.
b.        Berupaya  mengembangkan kemampuan dan  bakatnya sesuai modal yang dimiliki.
c.         Memprioritaskan kualitas produk daripada kuantitas, harga produknya pun relative murah.
d.        Berjiwa besar apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga usahanya mengalami kemajuan.
e.         Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi terapan.
f.         Mengadakan evaluasi secara berkala atas hasil karyanya sehingga mengetahui kekurangan dari produk yang dihasilkannya.
g.        Selalu berpikiran ke depan dan bertekad untuk selalu memperbaiki diri.


BAB III
KESIMPULAN

Makna dari "kerja" dari sisi kebahasaan artinya melakukan suatu kegiatan untuk mencari nafkah. Dalam bahasa Arab kata "kerja" sepadan dengan "amal", Kedua kata tersebut dalam arti sempit yaitu suatu kegiatan yang dilakukan dengan kesadaran oleh manusia baik secara pribadi atau bersama orang  lain  untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Ada pula yang mendefinisikan bahwa kerja atau amal adalah kegiatan yang dilakukan dengan jerih payah oleh manusia untuk mendapatkan makanan, pakaian, jaminan, dan kebahagiaan hidup.
Dari beberapa penyebab adanya kemiskinan, salah satunya disebabkan oleh sikap mental malas bekerja. Islam memberi solusi penyelesaiannya dengan giat bekerja sehingga mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Subscribe to receive free email updates: