MAKALAH KISAH NABI NUH AS
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nuh merupakan keturunan ke-9 Nabi Adam Alaihissalam. Kaum Nuh yang ada saat itu sudah sangat jauh
menyimpang dari jalan Allah. Mereka mendustakan nikmat yang selalu
dilimpahkan Allah kepada mereka. Kaum Nuh menyembah patung-patung yang
mereka anggap sebagai tuhan. Mereka meniru bapak-bapak mereka
terdahulu dan menganggap perbuatan itu pasti benar. Syaitan lagi-lagi berhasil membuat kaum Nuh menjadi
sangat jauh kesesatannya dalam ketaatan kepada Allah. Mengimani dan menyembah
kepada Allah tidak mereka kenal lagi. Dan syaitan merasa senang ada yang
menemaninya menjadi penghuni neraka Jahanam.
Nuh
yang terbebas dari segala bentuk kesyirikan kaumnya, melepaskan diri dari
penyembahan kepada patung-patung buatan tersebut. Allah
kemudian mengangkat Nuh menjadi penerus risalah kenabian. Nabi Nuh
Alaihissalam mendapatkan beberapa petunjuk dan Allah agar membersihkan keimanan
kaumnya untuk menyembah hanya kepada Allah. Pada masa itu, setiap
manusia memiliki usia yang panjang. Nuh diangkat oleh Allah menjadi nabi
dan rasul pada usia 480 tahun. Sepanjang usianya tersebut, Nabi Nuh
Alaihissalam berdakwah dan menyeru tiada kenal lelah. Tidak hanya
kepada orang-orang di sekitarnya tapi yang utama kepada anggota
keluarganya sendiri. Istri Nabi Nuh Alaihissalam dan seorang anaknya yang
bernama Kan’an, terpengaruh keadaan dan ikut-ikutan pula durhaka kepada
Allah.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana riwayat perjalanan
hidup Nabi Nuh as?
2. Hikmah dan pelajaran apa yang dapat
dipetik dari kisah Nabi Nuh As?
C. Tujuan
1. Menyajikan riwayat-riyawat penting seputar
perjalanan hidup Nabi Nuh as.
2. Mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah Nabi Nuh As.
3. Memberikan pemahaman
kepada pembaca akan pentingnya hidup berdasarkan tuntunan
Nabi dan Rasul utusan Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PROFIL SINGKAT NABI NUH AS
Nabi Nuh
merupakan keturunan
Nabi Adam yang ke-9. Dikutip dari Kitab Ibnu
Katsir tentang kisah para
Nabi, jarak antara Nabi Nuh dengan Nabi Adam adalah
10 Abad. Agama Islam yang dibawa Nabi Adam terus berkembang, tetapi setelah
masa yang panjang antara nabi Idris dan Nabi Nuh, menyebabkan umat manusia, yaitu
kaum Nuh yang ada saat itu, sudah sangat jauh menyimpang dari jalan Allah.
Mereka kembali pada
perbuatan ingkar dengan menyembah patung-patung yang mereka anggap sebagai
tuhan. Mereka meniru bapak-bapak mereka terdahulu dan menganggap bahwa
perbuatan itu pasti benar. Patung-patung itu pada awalnya adalah
orang-orang yang sholeh yang menjadi pewaris Nabi Idris, yang berdakwah agar
agama Islam selalu diamalkan oleh masyarakat.
Para orang shaleh
yang bernama wadd, shuwa ini selalu mengingatkan masyarakat agar bertakwa
kepada Allah SWT. Akan tetapi ketika para orang shaleh ini meninggal maka
iblis la’natullah mulai membisik-bisiki nenek moyang kaum Nuh untuk tidak
melupakan jasa mereka. Cara untuk tidak melupakan jasa mereka adalah dengan
membuat patung-patung yang menyerupai orang-orang shaleh tersebut.
Pada masa awal
pembuatan patung ini, keimanan dan keislaman masyarakat masih terjaga. Akan
tetapi seiring dengan waktu dan setelah beberapa generasi, ketika ilmu agama
mulai memudar di antara mereka, maka secara perlahan tapi pasti iblis mulai
menggiring kaum Nabi Nuh untuk menyembah patung-patung ini dan menjadikannya
sebagai Tuhan. Demikianlah cara licik iblis dalam melakukan tipu dayanya
kepada umat manusia.
Iblis lagi-lagi
berhasil membuat keturunan Adam kembali tergoda bujuk rayu mereka. Kaum Nuh
kemudian menjadi sangat jauh kesesatannya dalam ketaatan kepada Allah.
Mengimani dan menyembah kepada Allah tidak mereka kenal lagi. Dan iblis pun
menjadi sangat senang, karena sudah berhasil mengajak manusia untuk menemaninya
menjadi penghuni neraka Jahanam.
Nuh yang masih mau
menggunakan akal sehatnya, dapat berfikir dan menghilangkan ketidakberdayaan
ini serta membuatnya terbebas dari segala bentuk kesyirikan kaumnya, dan
melepaskan diri dari penyembahan kepada patung-patung buatan manusia tersebut.
Allah SWT pun kemudian mengangkat Nuh sebagai penerus risalah kenabian.
B.
PERJUANGAN DAKWAH DAN MUKJIZAT
NABI NUH ALAIHISSALAM
Nabi Nuh Alaihissalam
mendapatkan beberapa petunjuk dari Allah agar membersihkan keimanan kaumnya
untuk menyembah hanya kepada Allah. Pada masa itu, setiap manusia memiliki
usia yang panjang. Nuh diangkat oleh Allah menjadi nabi dan rasul pada usia 480
tahun. Dalam AlQur’an disebutkan bahwa usia Nabi Nuh adalah 950 tahun.
Sepanjang usianya
tersebut, Nabi Nuh Alaihissalam berdakwah dan menyeru tiada kenal lelah. Tidak
hanya kepada orang-orang di sekitarnya tapi yang utama kepada anggota
keluarganya sendiri. Tetapi sayang setelah berdakwah selama hampir 5 abad, Nabi
Nuh hanya memiliki sedikit pengikut, yaitu hanya sekitar 70 sampai 80 orang.
Pengikut Nabi Nuh
Alaihissalam hanya terdiri dari orang-orang biasa, bukan orang terpandang dan
kaya raya. Sedangkan kaum Nuh yang kafir itu tidak suka bila berdekatan dan
bersama-sama dengan orang-orang tersebut. Mereka menganggap bahwa derajat
mereka lebih baik daripada Nabi Nuh dan para pengikutnya.
Penolakan atas ajakan
Nabi Nuh tidak hanya berasal dari kaumnya saja tetapi juga berasal dari
kalangan keluarga terdekatnya sendiri. Istri beliau dan putra kandungnya
sendiri Kan’an. Dua orang ini secara terang-terangan menentang ajaran Nabi Nuh
dan mempengaruhi orang lain untuk tidak mengikuti ajaran Nabi Nuh Alaihissalam.
Bagi kaum yang
durhaka itu, Nabi Nuh Alaihissalam dianggap hanya sebagai manusia biasa, dan
tidak mempunyai kelebihan apa pun. Alasan itulah yang digunakan untuk tidak
menaati ajaran yang dibawa Nabi Nuh Alaihissalam.
Pemimpin-pemimpin
kaum yang kafir itu kemudian berkata, akan dengan rela mengikuti Nabi Nuh
Alaihissalam, dengan syarat pengikut-pengikut Nabi Nuh yang terdiri dari
orang-orang hina ditinggalkan atau dibiarkan dan diusir. Tentu saja Nabi Nuh
menolak syarat tersebut.
Pemimpin-pemimpin
kaum yang kafir merasa kesal kemudian menantang Nabi Nuh Alaihissalam. Bila
memang kedurhakaan mereka kepada Allah akan mendatangkan azab yang besar, maka
mereka meminta Nabi Nuh agar menyegerakan datangnya azab tersebut.
Nabi Nuh kemudian
mendapat petunjuk dari Allah SWT, sekaligus merupakan mukjizat Nabi NuhAlaihissalam
yaitu diperintah Allah untuk membangun bahtera yang besar. Bahtera itu terbuat
dari kayu jati. Bahtera tersebut kemudian dikerjakan oleh Nabi Nuh bersama
dengan para pengikutnya.
Pembuatan bahtera
tersebut ternyata memakan waktu yang lama yaitu mencapai 40 tahun. Selama itu
Nabi Nuh Alaihissalam diuji kesabarannya, menghadapi kaumnya yang memandang
pekerjaannya itu sebagai pekerjaan orang gila, karena membangun bahtera di atas
bukit di gurun pasir.
Menurut Ibnu Abbas,
bahtera Nabi Nuh memiliki ukuran panjang 1.200 hasta, lebar 600 hasta. Bahtera
itu dibuat tiga tingkat yaitu tingkat pertama, diperuntukkan untuk hewan,
tingkat kedua untuk manusia, pengikut nabi Nuh dan tingkat ketiga untuk bangsa
burung. Bagian atas bahtera itu ditutup juga dengan kayu penutup.
Nabi Nuh Alaihissalam
kemudian berdoa kepada Allah SWT. Beliau memohon agar Allah jangan membiarkan
seorang pun dari kaum dan pemimpin yang kafir itu tetap tinggal di muka Bumi.
Jika dibiarkan hidup, nantinya mereka akan menyebabkan banyak orang menjadi
tersesat dan selalu berbuat maksiat.
Setelah selesai
membuat bahtera di atas bukit di tengah gurun pasir selama kurun waktu empat
puluh tahun. Maka Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk bersiap siap. Sebagai
tandanya adalah, akan muncul air dari dalam tannur di dapur rumah Nabi Nuh AS.
Para ahli tafsir
menafsirkan bahwa tafsiran dari at-Tannur adalah oven (alat untuk memanggang
roti) di rumah Nabi Nuh. Apabila air muncul keluar dari tannur tersebut serta
mengalir maka itu merupakan perintah bagi Nabi Nuh untuk bergerak.
Maka pada suatu hari
tannur itu mulai menunjukkan tanda-tandanya dari dalam rumah Nabi Nuh.
Mengetahui hal itu, Nabi Nuh pun segera membuka bahteranya dan mengajak
orang-orang mukmin untuk menaikinya. Jibril turun ke bumi. Nabi Nuh membawa
burung, binatang buas, binatang yang berpasang-pasangan, sapi, gajah, semut,
dan lain-lain.
Jibril menggiring
setiap dua binatang yang berpasangan agar setiap spesies binatang tidak punah
dari muka bumi. Menurut riwayat hewan yang pertama kali naik adalah burung
kakak tua, sedangkan hewan yang terakhir adalah keledai, diceritakan bahwa
iblis ikut bergelantung dipundak keledai.
Peristiwa ini Allah
gambarkan dalam Al Qur’an Surat Hud ayat 40, yang artinya :
“Hingga apabila perintah Kami datang dan tannur telah
memancarkan air, Kami berfirman: ‘Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari
masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali
orang yang terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkanlah pula) orang-orang
yang beriman.’ Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit. “ (QS.
Hud : 40)
Istri Nabi Nuh tidak
beriman kepadanya sehingga ia tidak ikut menaiki perahu, dan salah satu
anaknya, Kan’an juga tidak beriman. Hanya ada 80 orang mukmin yang masuk ke
dalam bahtera. Hewan-hewan darat Allah kumpulkan di lantai pertama kapal,
sedangkan lantai kedua manusia, dan lantai ke tiga jenis burung. Agar Hewan
buas tidak memangsa hewan jinak, maka Allah turunkan demam kepada hewan hewan
buas tersebut.
Setelah semua makhluk
yang Allah takdirkan selamat masuk kapal dan pintu kapal pun ditutup maka
dengan kekuasaan-Nya, Allah turunkan air dari langit dan air dari bumi. Air
mulai meninggi yang keluar dari celah-celah bumi. Tiada satu celah pun di bumi
kecuali keluar air darinya.
Selain itu dari arah
langit pun mulailah turun air hujan yang sangat deras dan belum pernah terjadi
sebelumnya sedemikian deras seperti itu di bumi, termasuk pula sesudahnya tidak
akan ada lagi hujan seperti itu. Lautan semakin bergolak dan ombaknya menerpa
apa saja dan menyapu bumi.
Isi perut bumi pun bergolak
dan bergerak dengan gerakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tidak wajar
sehingga mengakibatkan bola bumi tenggelam dalam air untuk pertama kalinya, dan
bumipun menjadi seperti sebuah bola air.
Peristiwa ini Allah
SWT gambarkan dalam Al Quran yang artinya :
“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan
(menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata
air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah
ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan
paku.” (QS. Al-Qamar: 11-13)
Air terus naik tinggi
hingga di atas kepala manusia, bahkan hingga melampaui ketinggian pohon, dan
puncak gunung. Akhirnya, seluruh permukaan bumi diselimuti dengan air. Itulah
banjir dan tsunami terdahsyat serta terbesar sepanjang masa. Tidak ada banjir
sebesar ini lagi hingga sampai tiba hari kiamat nanti.
C.
KISAH KAN’AN ANAK NABI NUH YANG
DURHAKA
Nabi Nuh Alaihissalam
dikaruni empat orang keturunan. Putra tertuanya bernama Kan’an dan adik-adiknya
bernama Yafith, Sam dan Ham. Sebelum azab menimpa kaum Nabi Nuh, Kan’an
menyembunyikan kebenciannya kepada bapaknya dan pura-pura beriman.
Namun ketika Azab
tiba dan banjir besar mengepung seluruh bagian bumi tampaklah kedurhakaan
Kan’an. Allah membongkar kemunafikannya dan tidak memasukkannya ke dalam
golongan yang selamat, sehingga saat bahtera Nuh mulai berlayar, Kan’an, anak
Nabi Nuh Alaihissalam, tidak mau masuk ke dalam kapal dan tetap ingin
menyelamatkan diri dengan berenang menuju puncak sebuah gunung yang belum
terjamah air. Kan’an yakin air tidak mungkin sampai puncak gunung
tersebut.
Ketika seluruh air
telah menutupi bumi, muncullah naluri kasih sayang seorang ayah yang akhirnya
membuat Nabi Nuh As dengan segala upayanya berusaha mengajak, hingga membujuk
dan merayu Kan’an, anaknya supaya bersedia ikut bersamanya naik bahtera.
“Kan’an anakku!
Naiklah ke perahu bersama kami! Janganlah kau mati bersama-sama orang yang
kafir!”. Kan’an menjawab? “Tidak Ayah! Aku akan selamat berada di
puncak gunung itu”. Kata Kan’an pongah
“Kan’an…. dengarkan Ayah!
Tidak ada satu pun yang dapat melindungimu dari keadaan ini selain Allah yang
Maha Penyayang”. (QS. Hud : 42-43)
Disela pembicaraan
antara ayah dan anak tersebut, tiba-tiba muncullah gelombang besar yang menghalangi
keduanya. Kan’an seketika lenyap dari penglihatan Nabi Nuh As. Nabi Nuh As
berusaha mencari, namun Beliau tidak menemukan selain ombak yang semakin
tinggi. Nabi Nuh As sangat sedih, ia telah kehilangan anak yang sangat
disayanginya. Tiada lagi permukaan bumi yang tersisa, seluruhnya telah
tenggelam hingga tak ada lagi manusia yang hidup kecuali yang berada di atas
perahu.
Nabi Nuh sangat
bersedih dan menyesali kematian anaknya yang tragis. Beliau menyesal mengapa
Kan’an tidak mengikuti ajakannya. Nuh bertanya-tanya Mengapa Allah Swt tidak
menyelamatkan anaknya. Padahal Nuh melihat selama ini Kan’an tidak tampak
membantah ucapannya. Rupanya NAbi Nuh tidak menyadari kalau selama ini Kan’an
menyembunyikan kekafirannya.
Nabi Nuh yang saat
itu sangat bersedih tanpa disadari terucaplah dari lisannya permohonan,
“Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku
dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang
seadil-adilnya”. (QS. Hud : 45)
Allah SWT pun menjelaskan kepada Nabi Nuh
Alaihissalam,
“Hai Nuh, sesungguhnya Kan’an itu bukanlah termasuk
keluargamu yang dijanjikan akan diselamatkan. Sesungguhnya perbuatannya tidak
baik. Sebab itu, janganlah engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang engkau tidak
ketahui hakekatnya. Aku peringatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk
orang-orang yang tidak berpengetahuan”. (QS. Hud : 46)
Seketika Nabi Nuh pun tersadar dan memohon ampun
kepada Allah SWT atas kekhilafannya.
D.
AKHIR BANJIR BANDANG NABI NUH
Banjir, Taufan dan
tsunami melanda semua belahan bumi. Tak satupun bagian bumi yang tidak
tenggelam. Satu riwayat menggambarkan bumi seperti bola air. Seluruh makhluk
hidup, tumbuhan, hewan dan manusia musnah, tak ada satupun yang tersisa.
Setelah 150 hari terombang-ambing diatas laut tanpa batas, akhirnya Allah SWT
pun memberikan perintah agar air surut.
Setelah air surut
maka mendaratkan bahtera Nabi Nuh dengan selamat di bukit Judd
Armenia. Keluarlah nabi Nuh bersama para pengikutnya dari dalam bahtera.
Sekitar 80 orang yang ikut dalam bahtera Nabi Nuh beserta ketiga orang anak
Nabi Nuh pun turun. Mereka bersama hewan yang selamat memulai kehidupan baru
mereka.
Diriwayatkan seluruh
pengikut nabi Nuh yang turut bersama dalam bahtera Nuh tersebut akan wafat
tanpa menyisakan satu keturunan pun. Hanya anak Nabi Nuh yaitu Sam, Ham dan
Yafith yang memiliki keturunan. Hingga akhirnya seluruh ras manusia yang ada
sekarang ini semuanya merupakan keturunan mereka bertiga. Tak mengherankan bila
kemudian Nabi Nuh disebut juga sebagai bapak para manusia.
Sam dan keturunannya merupakan
cikal bakal bangsa Arab, Yafith melahirkan keturunan bangsa
Rum (Romawi) dan Ham menghasilkan
keturunan bangsa Habasyah (Ethiopia).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Nabi Nuh
merupakan keturunan Nabi
Adam yang ke-9. Dikutip dari Kitab Ibnu
Katsir tentang kisah para
Nabi, jarak antara Nabi Nuh dengan Nabi Adam adalah
10 Abad. Agama Islam yang dibawa Nabi Adam terus berkembang, tetapi setelah
masa yang panjang antara nabi Idris dan Nabi Nuh, menyebabkan umat manusia,
yaitu kaum Nuh yang ada saat itu, sudah sangat jauh menyimpang dari jalan
Allah.
Diriwayatkan seluruh
pengikut nabi Nuh yang turut bersama dalam bahtera Nuh tersebut akan wafat
tanpa menyisakan satu keturunan pun. Hanya anak Nabi Nuh yaitu Sam, Ham dan
Yafith yang memiliki keturunan. Hingga akhirnya seluruh ras manusia yang ada
sekarang ini semuanya merupakan keturunan mereka bertiga. Tak mengherankan bila
kemudian Nabi Nuh disebut juga sebagai bapak para manusia.
Sam dan keturunannya merupakan
cikal bakal bangsa Arab, Yafith melahirkan keturunan bangsa
Rum (Romawi) dan Ham menghasilkan
keturunan bangsa Habasyah (Ethiopia).
B. SARAN
Semoga
kehadiran makalah ini, dapat memberikan khasanah ilmu bagi para pembaca, khususnya
kepada diri penyusun sendiri. Sekelumit kisah-kisah para nabi lainnya dapat
memberikan pencerahan sebagai modal hidup bagi kita semua.